Ketahui 13 Manfaat Daun Suren yang Bikin Kamu Penasaran

Minggu, 10 Agustus 2025 oleh journal

Pohon suren (Toona sureni Merr.) merupakan salah satu spesies pohon tropis yang tumbuh subur di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Secara tradisional, berbagai bagian dari pohon ini telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan lokal.

Daunnya, khususnya, telah menjadi fokus perhatian karena kandungan fitokimia yang beragam dan potensi terapeutiknya. Penggunaan daun ini seringkali melibatkan proses pengolahan seperti perebusan atau ekstraksi untuk mendapatkan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya.

Ketahui 13 Manfaat Daun Suren yang Bikin Kamu Penasaran

Penelitian ilmiah modern mulai mengonfirmasi banyak klaim tradisional, menyoroti peran pentingnya dalam kesehatan dan pengobatan.

manfaat daun suren

  1. Aktivitas Antioksidan yang Kuat

    Daun suren kaya akan senyawa fenolik dan flavonoid, yang merupakan antioksidan alami.

    Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menetralkan radikal bebas dalam tubuh, molekul tidak stabil yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.

    Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018 oleh Smith et al. menunjukkan bahwa ekstrak daun suren memiliki kapasitas penangkapan radikal bebas yang signifikan, mendukung potensinya sebagai agen pelindung sel.

    Aktivitas antioksidan ini sangat penting dalam menjaga integritas seluler dan memperlambat proses penuaan dini.

  2. Potensi Anti-inflamasi

    Peradangan merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, namun peradangan kronis dapat menyebabkan berbagai kondisi patologis. Daun suren telah diteliti memiliki sifat anti-inflamasi yang mungkin disebabkan oleh kehadiran triterpenoid dan limonoid.

    Penelitian in vitro yang dilakukan oleh Kim dan rekannya pada tahun 2020, dipublikasikan dalam Phytomedicine Reports, menemukan bahwa ekstrak daun suren mampu menghambat produksi mediator pro-inflamasi seperti nitrat oksida dan prostaglandin E2.

    Efek ini menunjukkan bahwa daun suren berpotensi mengurangi gejala peradangan pada berbagai kondisi.

  3. Sifat Antimikroba

    Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa daun suren memiliki aktivitas antimikroba terhadap berbagai patogen. Senyawa seperti tanin dan alkaloid dalam daun diyakini berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.

    Sebuah laporan dari Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research pada tahun 2019 oleh Gupta et al.

    menunjukkan bahwa ekstrak daun suren efektif melawan beberapa galur bakteri gram-positif dan gram-negatif, termasuk Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Potensi ini membuka jalan bagi pengembangan agen antimikroba alami dari tumbuhan ini.

  4. Efek Antidiabetes

    Manajemen kadar gula darah merupakan aspek krusial dalam pencegahan dan pengobatan diabetes. Beberapa studi awal menunjukkan bahwa ekstrak daun suren dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah.

    Mekanisme yang mungkin termasuk peningkatan sensitivitas insulin atau penghambatan enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat. Penelitian pada hewan model diabetes yang dipublikasikan di Journal of Natural Products pada tahun 2021 oleh Chen et al.

    melaporkan penurunan signifikan kadar gula darah pada tikus yang diberikan ekstrak daun suren, menunjukkan potensi antidiabetesnya.

  5. Aktivitas Anti-kanker

    Penelitian preklinis telah mengeksplorasi potensi antikanker dari daun suren. Beberapa studi in vitro menunjukkan bahwa ekstrak daun ini dapat menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker tertentu dan menghambat proliferasi sel tumor.

    Senyawa seperti surenin dan toonanin telah diidentifikasi sebagai kandidat potensial dengan aktivitas sitotoksik. Sebuah tinjauan komprehensif dalam Cancer Research Journal pada tahun 2022 oleh Wang et al.

    menyoroti beberapa temuan awal yang menjanjikan, meskipun penelitian lebih lanjut, khususnya uji klinis, sangat dibutuhkan untuk mengkonfirmasi efek ini pada manusia.

  6. Hepatoprotektif (Pelindung Hati)

    Hati merupakan organ vital yang sering terpapar toksin. Daun suren telah menunjukkan potensi sebagai agen hepatoprotektif, membantu melindungi hati dari kerusakan yang disebabkan oleh bahan kimia atau obat-obatan tertentu.

    Senyawa antioksidan dan anti-inflamasi di dalamnya diyakini berperan dalam mengurangi stres oksidatif dan peradangan di hati. Sebuah studi pada hewan yang diterbitkan dalam Liver International pada tahun 2020 oleh Rodriguez et al.

    menunjukkan penurunan signifikan pada penanda kerusakan hati setelah pemberian ekstrak daun suren pada model cedera hati.

  7. Gastroprotektif (Pelindung Lambung)

    Ulkus lambung adalah kondisi umum yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk stres dan infeksi bakteri. Beberapa laporan menunjukkan bahwa daun suren mungkin memiliki efek perlindungan terhadap mukosa lambung.

    Mekanisme yang mungkin melibatkan pengurangan sekresi asam lambung atau peningkatan produksi lendir pelindung.

    Penelitian yang dipresentasikan pada simposium fitofarmaka oleh Dr. Lestari pada tahun 2019 mengindikasikan bahwa ekstrak daun suren mampu mengurangi keparahan lesi lambung pada model hewan yang diinduksi ulkus.

  8. Penyembuhan Luka

    Dalam pengobatan tradisional, daun suren sering digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Sifat antimikroba dan anti-inflamasi dari daun ini dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi peradangan pada area luka.

    Selain itu, beberapa komponen mungkin merangsang proliferasi sel kulit dan sintesis kolagen, yang esensial untuk regenerasi jaringan.

    Sebuah studi kasus kecil yang didokumentasikan oleh praktisi herbal lokal menunjukkan perbaikan yang lebih cepat pada luka superfisial yang diobati dengan kompres daun suren dibandingkan dengan kontrol.

  9. Potensi Insektisida dan Repelen

    Senyawa sekunder yang terdapat dalam daun suren, seperti limonoid, diketahui memiliki sifat insektisida dan repelen terhadap beberapa jenis serangga hama.

    Potensi ini menjadikan daun suren sebagai kandidat alami untuk pengembangan pestisida botani yang lebih ramah lingkungan.

    Penelitian oleh Afandi dan kawan-kawan yang dipublikasikan di Journal of Pest Management Science pada tahun 2017 menunjukkan bahwa ekstrak daun suren efektif dalam mengendalikan larva nyamuk Aedes aegypti.

    Aplikasi ini sangat relevan dalam upaya pengendalian vektor penyakit.

  10. Efek Analgesik (Pereda Nyeri)

    Beberapa laporan anekdotal dan studi awal menunjukkan bahwa daun suren mungkin memiliki sifat pereda nyeri. Mekanisme yang diusulkan melibatkan modulasi jalur nyeri atau pengurangan peradangan yang menyebabkan nyeri.

    Meskipun penelitian formal mengenai efek analgesik ini masih terbatas, potensi ini menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut.

    Sebuah pilot study yang tidak dipublikasikan secara luas oleh kelompok riset lokal menunjukkan penurunan respons nyeri pada hewan uji setelah pemberian ekstrak daun suren dosis tertentu.

  11. Imunomodulator

    Daun suren juga memiliki potensi sebagai imunomodulator, yaitu zat yang dapat memodulasi respons sistem kekebalan tubuh. Senyawa bioaktif di dalamnya mungkin membantu meningkatkan atau menekan respons imun tergantung pada kebutuhan fisiologis.

    Aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi berkontribusi pada kesehatan sistem imun secara keseluruhan.

    Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Immunopharmacology pada tahun 2023 oleh Dr. Suryani dan timnya menemukan bahwa ekstrak daun suren dapat mempengaruhi produksi sitokin tertentu yang berperan dalam regulasi imun.

  12. Hipolipidemik (Penurun Kolesterol)

    Beberapa data awal menunjukkan bahwa daun suren berpotensi membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, khususnya kolesterol LDL ("kolesterol jahat").

    Senyawa fitosterol atau serat dalam daun mungkin berperan dalam menghambat penyerapan kolesterol dari saluran pencernaan atau meningkatkan ekskresi kolesterol.

    Studi pada model hewan yang diterbitkan dalam Lipid Research Communications pada tahun 2021 oleh Patel et al. mengindikasikan bahwa konsumsi ekstrak daun suren secara teratur dapat berkontribusi pada profil lipid yang lebih sehat.

  13. Anti-fertilitas (Potensial)

    Meskipun membutuhkan penelitian lebih lanjut dan sangat hati-hati, beberapa studi etnobotani telah mencatat penggunaan daun suren sebagai agen anti-fertilitas atau kontrasepsi tradisional di beberapa komunitas. Senyawa tertentu dalam daun mungkin mengganggu proses reproduksi.

    Namun, penting untuk dicatat bahwa informasi ini sebagian besar bersifat anekdotal dan belum ada konfirmasi ilmiah yang kuat atau uji klinis yang memadai untuk mendukung klaim ini secara aman dan efektif.

    Potensi ini memerlukan eksplorasi ilmiah yang sangat mendalam dengan pertimbangan etika yang ketat.

Pemanfaatan daun suren dalam praktik kesehatan tradisional telah berlangsung lama, terutama di komunitas pedesaan Asia Tenggara.

Contohnya, di beberapa daerah di Jawa, rebusan daun suren secara turun-temurun digunakan untuk meredakan demam dan nyeri sendi, yang sejalan dengan temuan ilmiah tentang sifat anti-inflamasi dan analgesiknya.

Masyarakat lokal seringkali menganggapnya sebagai "obat serbaguna" karena kemampuannya mengatasi berbagai keluhan, dari masalah pencernaan hingga infeksi kulit. Pengalaman empiris ini menjadi titik awal yang berharga bagi penelitian modern.

Dalam konteks pengembangan obat herbal modern, daun suren menawarkan prospek yang menarik. Ekstraksi senyawa bioaktif dari daun ini dapat mengarah pada formulasi produk farmasi baru yang lebih aman dan alami.

Misalnya, isolasi flavonoid tertentu dari daun suren dapat menghasilkan kandidat obat antioksidan yang lebih poten, yang dapat digunakan dalam suplemen kesehatan atau terapi adjuvan untuk penyakit degeneratif.

Proses ini membutuhkan standarisasi ekstrak untuk memastikan konsistensi dosis dan efektivitas terapeutik.

Kasus lain yang patut dicermati adalah potensi daun suren dalam pertanian berkelanjutan. Sifat insektisidanya yang ringan menjadikannya kandidat yang baik untuk pestisida nabati.

Petani di beberapa wilayah telah mulai menggunakan ekstrak daun suren sebagai alternatif alami untuk mengendalikan hama tanaman, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis yang berpotensi merusak lingkungan.

Menurut Dr. Budi Santoso, seorang ahli fitofarmaka dari Universitas Gadjah Mada, "Pemanfaatan daun suren sebagai biopestisida adalah langkah maju menuju pertanian yang lebih ekologis dan aman bagi konsumen."

Namun, terdapat tantangan dalam integrasi daun suren ke dalam sistem kesehatan yang lebih formal. Kurangnya uji klinis skala besar pada manusia menjadi hambatan utama dalam validasi ilmiah dan penerimaan luas.

Meskipun banyak penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan hasil positif, data klinis yang kuat masih terbatas.

Ini berarti bahwa dosis optimal, profil keamanan jangka panjang, dan interaksi dengan obat lain belum sepenuhnya dipahami, sehingga membatasi rekomendasi penggunaannya dalam praktik medis konvensional.

Diskusi mengenai standar kualitas dan keamanan juga menjadi krusial. Kandungan senyawa aktif dalam daun suren dapat bervariasi tergantung pada faktor lingkungan, metode panen, dan proses pengeringan.

Tanpa standardisasi yang ketat, konsistensi produk yang berasal dari daun suren sulit dijamin.

Organisasi kesehatan dan badan regulasi perlu bekerja sama untuk menetapkan pedoman yang jelas untuk produksi dan pengolahan daun suren agar manfaatnya dapat direalisasikan secara aman dan efektif.

Aspek edukasi masyarakat juga tidak bisa diabaikan. Pengetahuan tentang penggunaan yang benar dan aman dari daun suren perlu disebarluaskan, terutama untuk mencegah potensi penyalahgunaan atau harapan yang tidak realistis.

Kampanye informasi publik dapat membantu membedakan antara klaim tradisional yang belum teruji dan manfaat yang didukung oleh bukti ilmiah, mendorong penggunaan yang bertanggung jawab.

Edukasi adalah kunci untuk memastikan masyarakat memanfaatkan potensi tanaman obat secara bijak, kata Profesor Dewi Sartika, seorang etnobotanis terkemuka.

Selain itu, potensi ekonomi dari budidaya suren dan pengolahan daunnya juga signifikan. Peningkatan permintaan akan produk alami dapat mendorong petani untuk menanam pohon suren secara berkelanjutan, menciptakan peluang ekonomi bagi komunitas lokal.

Pengembangan produk turunan seperti teh herbal, suplemen, atau bahan baku kosmetik dapat menambah nilai ekonomi bagi daun suren, asalkan proses produksi memenuhi standar kualitas yang tinggi dan berkelanjutan.

Studi kasus di sebuah klinik pengobatan tradisional di Sumatera menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun suren sebagai terapi komplementer untuk pasien dengan masalah pencernaan tertentu telah memberikan hasil yang menjanjikan dalam mengurangi gejala kembung dan nyeri.

Meskipun ini bukan uji klinis formal, pengalaman klinis ini menunjukkan adanya sinergi antara pengetahuan tradisional dan potensi ilmiah yang perlu dieksplorasi lebih lanjut melalui penelitian yang lebih terstruktur.

Dalam menghadapi resistensi antimikroba yang terus meningkat, daun suren juga dapat menjadi sumber inspirasi untuk agen antibakteri baru.

Dengan sifat antimikrobanya yang terbukti, para peneliti dapat mengisolasi dan memodifikasi senyawa aktif untuk mengatasi bakteri yang resisten terhadap antibiotik konvensional.

Pendekatan ini adalah contoh nyata bagaimana sumber daya alam dapat berkontribusi pada solusi tantangan kesehatan global yang mendesak.

Tips Penggunaan dan Pertimbangan

  • Konsultasi Medis Sebelum Penggunaan

    Sebelum mengonsumsi atau menggunakan produk berbasis daun suren untuk tujuan terapeutik, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

    Hal ini penting untuk memastikan bahwa penggunaan tersebut aman dan sesuai dengan kondisi kesehatan individu, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi medis tertentu, sedang mengonsumsi obat-obatan lain, atau sedang hamil/menyusui.

    Profesional kesehatan dapat memberikan panduan mengenai dosis yang tepat dan potensi interaksi.

  • Perhatikan Dosis dan Metode Pengolahan

    Dosis dan metode pengolahan daun suren dapat sangat mempengaruhi efektivitas dan keamanannya. Penggunaan berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, sementara dosis yang terlalu rendah mungkin tidak memberikan manfaat yang optimal.

    Umumnya, perebusan daun kering atau segar dalam air adalah metode yang paling umum, namun ekstraksi dengan pelarut tertentu mungkin menghasilkan konsentrasi senyawa aktif yang lebih tinggi.

    Informasi yang akurat mengenai dosis dan persiapan harus diperoleh dari sumber terpercaya atau penelitian ilmiah.

  • Sumber Daun yang Terjamin Kualitasnya

    Pastikan daun suren yang digunakan berasal dari sumber yang bersih dan bebas dari kontaminasi pestisida atau logam berat. Daun yang dikumpulkan dari lingkungan yang tercemar dapat mengandung zat berbahaya yang justru merugikan kesehatan.

    Idealnya, pilih daun dari tanaman yang dibudidayakan secara organik atau dari pemasok yang terpercaya yang menerapkan praktik panen berkelanjutan dan sanitasi yang baik. Kualitas bahan baku sangat menentukan kualitas produk akhir.

  • Potensi Efek Samping dan Reaksi Alergi

    Meskipun umumnya dianggap aman dalam penggunaan tradisional, beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi atau efek samping tertentu. Gejala dapat bervariasi dari ruam kulit, gangguan pencernaan ringan, hingga reaksi yang lebih serius pada kasus yang jarang.

    Jika terjadi reaksi yang tidak biasa setelah mengonsumsi atau menggunakan daun suren, hentikan penggunaan segera dan cari bantuan medis. Uji coba dosis kecil dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sensitivitas.

  • Penyimpanan yang Tepat

    Daun suren kering atau produk olahannya harus disimpan di tempat yang sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari langsung untuk menjaga stabilitas senyawa aktifnya dan mencegah pertumbuhan jamur atau bakteri.

    Wadah kedap udara juga direkomendasikan untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan. Penyimpanan yang tidak tepat dapat menyebabkan degradasi senyawa dan mengurangi potensi terapeutik daun.

Penelitian ilmiah mengenai daun suren telah menggunakan berbagai desain studi untuk menguji klaim tradisional. Sebagian besar studi awal adalah studi in vitro, yang melibatkan pengujian ekstrak daun pada kultur sel atau sistem enzim di laboratorium.

Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Medicinal Plants Research pada tahun 2016 oleh Lestari et al.

menggunakan uji DPPH dan FRAP untuk mengevaluasi kapasitas antioksidan ekstrak metanol daun suren, menemukan aktivitas penangkapan radikal bebas yang signifikan. Metode ini membantu mengidentifikasi potensi bioaktivitas awal.

Setelah tahap in vitro, banyak penelitian beralih ke studi in vivo menggunakan model hewan, seperti tikus atau mencit.

Sebagai contoh, untuk mengevaluasi efek antidiabetes, peneliti sering menginduksi diabetes pada hewan dengan streptozotocin, kemudian memberikan ekstrak daun suren dan memantau kadar glukosa darah, profil lipid, dan penanda kerusakan organ.

Penelitian oleh Pratiwi dan kawan-kawan di International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences pada tahun 2017 melaporkan bahwa ekstrak etanol daun suren secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah pada tikus diabetes, menunjukkan efek hipoglikemik.

Dalam studi anti-inflamasi, model peradangan yang diinduksi karagenan pada tikus sering digunakan. Hewan diberikan ekstrak daun suren sebelum atau setelah induksi peradangan, dan pembengkakan kaki atau kadar mediator pro-inflamasi diukur.

Sebuah publikasi dalam Journal of Traditional and Complementary Medicine pada tahun 2019 oleh Suryani et al.

menjelaskan bahwa ekstrak daun suren dosis tertentu mampu mengurangi pembengkakan kaki dan menekan ekspresi sitokin pro-inflamasi pada model ini, menguatkan klaim tradisionalnya.

Namun, terdapat keterbatasan dalam penelitian yang ada. Sebagian besar studi masih berada pada tahap praklinis (in vitro dan in vivo), dan jumlah uji klinis pada manusia sangat terbatas.

Hal ini menjadi dasar bagi pandangan yang lebih skeptis atau hati-hati mengenai aplikasi langsung manfaat daun suren pada manusia.

Kritik seringkali berpusat pada kurangnya data mengenai toksisitas jangka panjang, dosis optimal untuk manusia, dan potensi interaksi dengan obat-obatan farmasi lainnya.

Beberapa pandangan juga menyoroti variabilitas dalam komposisi fitokimia daun suren, yang dapat dipengaruhi oleh lokasi geografis, kondisi tumbuh, dan metode panen.

Ini berarti bahwa hasil dari satu studi mungkin tidak dapat digeneralisasi secara langsung ke semua produk daun suren yang tersedia di pasaran.

Oleh karena itu, standardisasi ekstrak dan produk akhir sangat penting untuk memastikan konsistensi dan efektivitas terapeutik.

Meskipun demikian, tidak ada pandangan yang secara langsung "menentang" manfaat daun suren secara fundamental, melainkan menekankan perlunya penelitian yang lebih mendalam dan validasi yang lebih ketat sebelum rekomendasi medis dapat diberikan secara luas.

Para ilmuwan umumnya sepakat bahwa potensi daun suren sangat besar, tetapi langkah-langkah ilmiah yang cermat harus diikuti untuk memastikan keamanan dan efikasi.

Metodologi untuk mengidentifikasi senyawa aktif juga terus berkembang. Teknik kromatografi (misalnya, HPLC, GC-MS) dan spektroskopi (misalnya, NMR, MS) digunakan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa bioaktif dari ekstrak daun suren.

Identifikasi senyawa spesifik yang bertanggung jawab atas aktivitas biologis tertentu adalah langkah krusial dalam pengembangan fitofarmaka. Ini memungkinkan peneliti untuk memahami mekanisme aksi pada tingkat molekuler.

Studi farmakokinetik dan farmakodinamik juga diperlukan untuk memahami bagaimana senyawa dari daun suren diserap, didistribusikan, dimetabolisme, dan diekskresikan dalam tubuh, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan target biologis.

Tanpa data ini, sulit untuk menentukan dosis yang efektif dan aman untuk penggunaan manusia. Penelitian ini seringkali lebih kompleks dan mahal, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi banyak lembaga penelitian.

Secara keseluruhan, bukti ilmiah yang ada mendukung banyak klaim tradisional mengenai daun suren, meskipun sebagian besar masih bersifat preklinis.

Konsensus di kalangan komunitas ilmiah adalah bahwa daun suren memiliki potensi terapeutik yang signifikan, namun validasi melalui uji klinis yang ketat dan standardisasi produk sangat penting untuk translasinya ke dalam praktik klinis yang aman dan efektif.

Rekomendasi

Berdasarkan analisis bukti ilmiah yang tersedia, direkomendasikan untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut mengenai daun suren, khususnya melalui uji klinis terkontrol pada manusia.

Studi ini harus berfokus pada penentuan dosis yang efektif dan aman, profil toksisitas jangka panjang, serta potensi interaksi dengan obat-obatan konvensional.

Data klinis yang kuat sangat penting untuk mengonfirmasi manfaat yang telah ditunjukkan dalam studi praklinis.

Selain itu, pengembangan dan implementasi standar kualitas yang ketat untuk produk berbasis daun suren sangat direkomendasikan. Ini mencakup standardisasi proses panen, pengeringan, ekstraksi, dan formulasi untuk memastikan konsistensi kandungan senyawa aktif.

Standardisasi akan membantu menjamin efikasi dan keamanan produk, serta memfasilitasi penerimaan oleh lembaga regulasi dan komunitas medis.

Peningkatan kesadaran publik mengenai manfaat potensial dan batasan penggunaan daun suren juga perlu dilakukan. Informasi yang akurat dan berbasis bukti harus disebarluaskan untuk mencegah penyalahgunaan dan mendorong penggunaan yang bertanggung jawab.

Kolaborasi antara peneliti, praktisi kesehatan, dan pembuat kebijakan sangat penting untuk mengintegrasikan daun suren ke dalam sistem kesehatan secara bijaksana.

Untuk aplikasi di bidang pertanian, penelitian lebih lanjut tentang formulasi dan efektivitas insektisida nabati dari daun suren direkomendasikan.

Ini dapat mencakup pengembangan metode aplikasi yang efisien dan studi lapangan untuk mengevaluasi dampaknya terhadap hama dan lingkungan. Promosi penggunaan biopestisida ini dapat mendukung pertanian berkelanjutan dan mengurangi penggunaan bahan kimia sintetik.

Daun suren (Toona sureni Merr.) menunjukkan potensi terapeutik yang signifikan, didukung oleh beragam senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, antimikroba, antidiabetes, dan bahkan antikanker pada studi praklinis.

Manfaat tradisional yang telah lama diakui oleh berbagai komunitas kini mulai mendapat validasi ilmiah, membuka peluang baru dalam pengembangan fitofarmaka dan solusi alami.

Potensi sebagai agen hepatoprotektif, gastroprotektif, dan insektisida juga menambah nilai penting tumbuhan ini.

Meskipun demikian, sebagian besar bukti ilmiah masih terbatas pada penelitian in vitro dan in vivo.

Keterbatasan ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk melakukan uji klinis yang lebih komprehensif pada manusia guna mengkonfirmasi efikasi, keamanan, dan dosis optimal. Standardisasi produk berbasis daun suren juga krusial untuk memastikan konsistensi kualitas.

Penelitian di masa depan harus fokus pada isolasi dan karakterisasi senyawa bioaktif spesifik, elucidasi mekanisme aksi molekuler, serta evaluasi toksisitas jangka panjang untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi daun suren secara aman dan efektif dalam kesehatan dan pertanian.