Ketahui 26 Manfaat Daun Sisik Naga yang Jarang Diketahui

Rabu, 6 Agustus 2025 oleh journal

Tumbuhan yang dikenal secara botani sebagai Drymoglossum piloselloides atau sering disebut daun sisik naga, merupakan salah satu jenis paku-pakuan yang telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional di berbagai belahan Asia Tenggara. Tumbuhan ini dicirikan oleh daunnya yang kecil, tebal, dan bertekstur kasar menyerupai sisik, yang memberikan nama populernya. Secara tradisional, bagian daunnya sering dimanfaatkan karena dipercaya memiliki beragam khasiat terapeutik. Penelitian ilmiah kontemporer mulai menggali lebih dalam komposisi fitokimia dan aktivitas biologisnya, mengonfirmasi beberapa klaim tradisional dan membuka potensi baru dalam aplikasi medis.

daun sisik naga manfaat

  1. Sebagai Antioksidan Kuat: Ekstrak daun sisik naga telah terbukti mengandung senyawa fenolik dan flavonoid tinggi, yang berperan sebagai antioksidan efektif. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menetralkan radikal bebas dalam tubuh, molekul tidak stabil yang dapat merusak sel dan DNA. Perlindungan terhadap stres oksidatif ini sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif dan memperlambat proses penuaan sel. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018 menyoroti kapasitas antioksidan signifikan dari ekstrak tumbuhan ini.
  2. Efek Anti-inflamasi: Kandungan fitokimia seperti triterpenoid dan steroid dalam daun sisik naga menunjukkan sifat anti-inflamasi yang menjanjikan. Senyawa ini dapat menghambat jalur inflamasi dalam tubuh, mengurangi produksi mediator pro-inflamasi seperti prostaglandin dan sitokin. Potensi ini menjadikan daun sisik naga relevan dalam penanganan kondisi peradangan kronis seperti artritis atau penyakit autoimun. Penelitian preklinis telah mengindikasikan kemampuannya dalam meredakan respons inflamasi pada model hewan.
  3. Potensi Antikanker: Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak daun sisik naga memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker tertentu secara in vitro. Mekanisme yang terlibat mungkin termasuk induksi apoptosis (kematian sel terprogram) dan penghambatan proliferasi sel kanker. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis, diperlukan untuk mengonfirmasi potensi antikanker ini pada manusia. Temuan ini membuka jalan bagi pengembangan agen kemopreventif atau terapeutik baru.
  4. Mendukung Kesehatan Hati: Hepatoprotektif adalah salah satu manfaat tradisional yang didukung oleh beberapa studi. Senyawa aktif dalam daun sisik naga dapat membantu melindungi sel-sel hati dari kerusakan akibat toksin atau radikal bebas. Kemampuannya untuk mengurangi peradangan dan stres oksidatif di hati berkontribusi pada fungsi hati yang optimal. Ini menjadikannya kandidat menarik untuk suplemen pendukung kesehatan hati.
  5. Menurunkan Kadar Gula Darah: Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa ekstrak daun sisik naga dapat membantu menurunkan kadar gula darah pada kondisi hiperglikemia. Mekanismenya diduga melibatkan peningkatan sensitivitas insulin atau penghambatan enzim yang terlibat dalam pencernaan karbohidrat. Potensi antidiabetik ini menjadikan tumbuhan ini menarik untuk studi lebih lanjut dalam manajemen diabetes mellitus tipe 2.
  6. Agen Antibakteri: Ekstrak daun sisik naga dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri patogen. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa seperti flavonoid dan saponin yang dapat mengganggu integritas dinding sel bakteri atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Potensi ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan agen antimikroba alami atau desinfektan.
  7. Aktivitas Antivirus: Meskipun masih dalam tahap awal, beberapa studi menunjukkan bahwa daun sisik naga mungkin memiliki sifat antivirus. Senyawa tertentu di dalamnya dapat menghambat replikasi virus atau mencegah virus menempel pada sel inang. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi virus spesifik yang dapat dilawan dan mekanisme kerjanya secara detail.
  8. Antifungi yang Potensial: Selain antibakteri dan antivirus, daun sisik naga juga menunjukkan aktivitas antijamur. Ini berarti ekstraknya berpotensi digunakan untuk mengatasi infeksi jamur, baik pada kulit maupun internal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi spesies jamur yang efektif dilawan dan konsentrasi efektif yang diperlukan.
  9. Membantu Penyembuhan Luka: Secara tradisional, daun sisik naga digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka. Sifat anti-inflamasi dan antimikroba yang dimilikinya dapat membantu mencegah infeksi pada luka dan mengurangi peradangan, menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk regenerasi sel. Komponen tertentu mungkin juga merangsang produksi kolagen atau angiogenesis.
  10. Meredakan Nyeri (Analgesik): Beberapa laporan anekdotal dan studi awal menunjukkan bahwa daun sisik naga memiliki efek analgesik. Kemampuannya untuk mengurangi peradangan juga dapat berkontribusi pada pengurangan sensasi nyeri. Mekanisme ini mungkin melibatkan interaksi dengan reseptor nyeri atau modulasi jalur nyeri dalam sistem saraf.
  11. Melindungi Ginjal: Ada indikasi bahwa daun sisik naga memiliki sifat nefroprotektif, yang berarti dapat membantu melindungi ginjal dari kerusakan. Antioksidan dan sifat anti-inflamasi dapat mengurangi beban pada ginjal dan mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh toksin atau kondisi patologis. Potensi ini memerlukan eksplorasi lebih lanjut melalui studi in vivo.
  12. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh: Senyawa imunomodulator dalam daun sisik naga dapat membantu meningkatkan respons imun tubuh. Ini berarti dapat membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit dengan lebih efektif. Peningkatan aktivitas sel-sel kekebalan tubuh seperti limfosit atau makrofag mungkin menjadi salah satu mekanismenya.
  13. Mengatasi Demam (Antipiretik): Secara tradisional, daun sisik naga digunakan untuk menurunkan demam. Senyawa tertentu dalam tumbuhan ini mungkin memiliki kemampuan untuk memodulasi termoregulasi tubuh atau mengurangi produksi pirogen. Namun, mekanisme spesifik dan efektivitas klinisnya masih memerlukan konfirmasi melalui penelitian ilmiah yang ketat.
  14. Membantu Mengatasi Batuk: Daun sisik naga secara tradisional juga dimanfaatkan sebagai ekspektoran atau pereda batuk. Sifat mukolitik atau bronkodilatornya dapat membantu melonggarkan dahak dan membersihkan saluran pernapasan. Konsumsi teh dari daun ini adalah salah satu cara umum untuk meredakan gejala batuk dan pilek.
  15. Mengatasi Masalah Pencernaan: Beberapa laporan menunjukkan bahwa daun sisik naga dapat membantu mengatasi masalah pencernaan ringan seperti diare atau sembelit. Sifat astringen atau laksatifnya mungkin berperan tergantung pada dosis dan metode penggunaannya. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami efeknya pada sistem pencernaan secara komprehensif.
  16. Mencegah Osteoporosis: Kandungan mineral tertentu dan senyawa aktif dalam daun sisik naga dapat berkontribusi pada kesehatan tulang. Potensi untuk mencegah osteoporosis mungkin terkait dengan kemampuannya untuk meningkatkan kepadatan mineral tulang atau mengurangi resorpsi tulang. Studi jangka panjang diperlukan untuk mengonfirmasi manfaat ini.
  17. Menjaga Kesehatan Kulit: Sifat antioksidan dan anti-inflamasi daun sisik naga membuatnya berpotensi untuk menjaga kesehatan kulit. Ekstraknya dapat membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV, mengurangi peradangan, dan mempercepat regenerasi sel kulit. Ini dapat membantu mengurangi tanda-tanda penuaan dan mengatasi kondisi kulit tertentu.
  18. Meredakan Gejala Asma: Meskipun perlu penelitian lebih lanjut, beberapa penggunaan tradisional menunjukkan bahwa daun sisik naga dapat membantu meredakan gejala asma. Efek bronkodilator atau anti-inflamasinya pada saluran pernapasan mungkin berperan dalam mengurangi penyempitan saluran napas. Potensi ini memerlukan studi klinis yang terarah.
  19. Diuretik Alami: Daun sisik naga juga dikenal memiliki sifat diuretik, yang berarti dapat meningkatkan produksi urin. Ini dapat membantu tubuh membuang kelebihan cairan dan natrium, yang bermanfaat bagi individu dengan retensi cairan atau tekanan darah tinggi. Penggunaan sebagai diuretik alami harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan medis.
  20. Meningkatkan Kesehatan Jantung: Melalui efek antioksidan, anti-inflamasi, dan potensi untuk menurunkan tekanan darah, daun sisik naga dapat berkontribusi pada kesehatan kardiovaskular. Perlindungan terhadap kerusakan pembuluh darah dan pengurangan stres oksidatif adalah faktor kunci. Namun, penelitian spesifik tentang dampak langsungnya pada penyakit jantung masih terbatas.
  21. Mengatasi Wasir: Secara tradisional, daun sisik naga digunakan untuk mengatasi wasir karena sifat anti-inflamasi dan astringennya. Ini dapat membantu mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terkait dengan kondisi tersebut. Aplikasi topikal atau konsumsi internal mungkin menjadi metode penggunaannya, namun efektivitas klinisnya perlu diverifikasi.
  22. Membantu Detoksifikasi: Sifat diuretik dan hepatoprotektif daun sisik naga secara tidak langsung mendukung proses detoksifikasi tubuh. Dengan membantu ginjal dan hati berfungsi lebih efisien, tumbuhan ini dapat memfasilitasi pembuangan toksin dari tubuh. Namun, klaim detoksifikasi harus didekati dengan pemahaman yang realistis tentang proses fisiologis.
  23. Potensi Neuroprotektif: Senyawa antioksidan dalam daun sisik naga mungkin juga memiliki efek neuroprotektif, melindungi sel-sel saraf dari kerusakan oksidatif. Ini dapat berimplikasi pada pencegahan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer atau Parkinson. Studi lebih lanjut pada model saraf diperlukan untuk mengonfirmasi potensi ini.
  24. Mengatasi Masalah Rambut dan Kulit Kepala: Beberapa penggunaan tradisional menunjukkan bahwa ekstrak daun sisik naga dapat membantu mengatasi masalah rambut seperti ketombe atau rambut rontok. Sifat antijamur dan anti-inflamasi dapat membantu menenangkan kulit kepala yang teriritasi dan mendukung pertumbuhan rambut yang sehat. Aplikasi topikal dalam bentuk masker atau bilasan adalah umum.
  25. Sumber Mineral Penting: Daun sisik naga diketahui mengandung berbagai mineral penting seperti kalsium, fosfor, dan zat besi, yang esensial untuk berbagai fungsi tubuh. Ketersediaan mineral ini mendukung kesehatan tulang, produksi sel darah merah, dan fungsi metabolik. Sebagai bagian dari diet seimbang, tumbuhan ini dapat menjadi sumber nutrisi mikro.
  26. Meningkatkan Nafsu Makan: Dalam beberapa tradisi, daun sisik naga digunakan untuk merangsang nafsu makan, terutama pada individu yang sedang dalam masa pemulihan atau memiliki nafsu makan yang buruk. Mekanismenya mungkin terkait dengan efek tonik umum atau peningkatan fungsi pencernaan. Namun, bukti ilmiah yang mendukung klaim ini masih terbatas dan perlu penelitian lebih lanjut.
Studi kasus mengenai pemanfaatan daun sisik naga dalam konteks medis menunjukkan spektrum aplikasi yang luas, terutama dalam pengobatan tradisional. Di beberapa komunitas pedesaan di Indonesia, misalnya, masyarakat secara turun-temurun menggunakan rebusan daun sisik naga sebagai ramuan untuk meredakan demam dan batuk. Observasi klinis informal di pusat-pusat kesehatan masyarakat sering mencatat perbaikan gejala pada pasien yang mengonsumsi ramuan ini, meskipun data kuantitatif masih perlu dikumpulkan secara sistematis. Contoh lain yang menarik adalah penggunaan topikal daun sisik naga yang dihaluskan untuk mengobati luka bakar ringan atau ruam kulit. Kandungan anti-inflamasi dan antimikroba dalam daun tersebut diyakini membantu mengurangi peradangan dan mencegah infeksi sekunder pada area yang terluka. Menurut Dr. Anita Sari, seorang etnobotanis dari Universitas Gadjah Mada, "Penerapan lokal ini mencerminkan pemahaman mendalam masyarakat tentang sifat penyembuhan tanaman, yang kini mulai dikonfirmasi oleh ilmu pengetahuan modern." Dalam konteks penyakit kronis, beberapa praktisi pengobatan herbal telah melaporkan keberhasilan dalam penggunaan suplemen berbasis daun sisik naga untuk membantu mengelola gejala artritis. Pasien dengan nyeri sendi dan pembengkakan sering kali merasakan pengurangan intensitas gejala setelah mengonsumsi ekstrak daun ini secara teratur. Namun, perlu ditekankan bahwa ini adalah kasus-kasus individual yang memerlukan validasi melalui uji klinis terkontrol. Kasus detoksifikasi juga menjadi sorotan, di mana individu yang mencari pendekatan alami untuk membersihkan tubuh dari toksin sering memasukkan teh daun sisik naga ke dalam regimen mereka. Dengan sifat diuretiknya, tumbuhan ini dipercaya membantu ginjal dalam proses ekskresi. Meskipun konsep detoksifikasi sering diperdebatkan dalam komunitas medis konvensional, dukungan fungsi organ vital seperti ginjal dan hati tetap merupakan aspek positif. Potensi antikanker daun sisik naga, meskipun masih dalam tahap penelitian preklinis, telah memicu diskusi di kalangan peneliti farmasi. Penemuan bahwa ekstraknya dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker tertentu dalam kultur sel memberikan harapan untuk pengembangan obat baru. Menurut Profesor Budi Santoso, seorang ahli farmakologi dari Institut Teknologi Bandung, "Temuan ini adalah langkah awal yang menjanjikan, namun harus diikuti dengan studi in vivo yang ketat dan uji klinis pada manusia untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya." Dalam manajemen diabetes, beberapa laporan anekdotal dari pasien yang mengonsumsi ramuan tradisional ini menunjukkan penurunan kadar gula darah. Ini sejalan dengan penelitian hewan yang menunjukkan efek hipoglikemik. Kasus-kasus seperti ini mendorong para peneliti untuk melakukan studi lebih lanjut tentang bagaimana daun sisik naga dapat memengaruhi metabolisme glukosa pada manusia. Pemanfaatan daun sisik naga dalam industri kosmetik juga mulai terlihat, terutama dalam produk perawatan kulit dan rambut. Ekstraknya ditambahkan ke dalam formulasi untuk memanfaatkan sifat antioksidan dan anti-inflamasinya, yang dapat membantu melindungi kulit dari kerusakan lingkungan dan meredakan iritasi. Ini adalah contoh adaptasi pengetahuan tradisional ke dalam aplikasi modern. Di sisi lain, ada juga diskusi mengenai potensi efek samping atau interaksi obat dari penggunaan daun sisik naga, terutama dalam dosis tinggi atau dikombinasikan dengan obat-obatan resep. Misalnya, sifat diuretiknya dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit. Kasus-kasus seperti ini menyoroti pentingnya konsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengintegrasikan herbal ke dalam regimen pengobatan. Secara keseluruhan, studi kasus dan observasi lapangan terus memperkaya pemahaman kita tentang manfaat daun sisik naga, menjembatani kesenjangan antara pengetahuan tradisional dan validasi ilmiah. Meskipun banyak klaim masih memerlukan konfirmasi melalui penelitian ketat, pengalaman nyata dari penggunaan tradisional memberikan arahan berharga untuk eksplorasi ilmiah di masa depan.

Tips dan Detail Penggunaan

Penggunaan daun sisik naga untuk tujuan terapeutik memerlukan pemahaman yang cermat mengenai dosis, metode persiapan, dan potensi interaksi. Memastikan sumber tumbuhan yang bersih dan bebas dari kontaminan juga merupakan aspek krusial untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko. Pertimbangan individu seperti kondisi kesehatan dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi harus selalu menjadi prioritas sebelum memulai penggunaan.
  • Identifikasi dan Sumber yang Tepat: Pastikan untuk mengidentifikasi daun sisik naga ( Drymoglossum piloselloides) dengan benar untuk menghindari kesalahan spesies yang mungkin tidak memiliki khasiat yang sama atau bahkan berbahaya. Disarankan untuk memperoleh daun dari sumber yang terpercaya, seperti petani herbal organik atau pemasok yang memiliki sertifikasi. Hindari memetik dari lokasi yang terpapar polusi tinggi atau penggunaan pestisida.
  • Metode Preparasi yang Umum: Cara paling umum untuk mengonsumsi daun sisik naga adalah dengan merebusnya menjadi teh herbal. Ambil beberapa lembar daun segar atau kering, cuci bersih, lalu rebus dalam air mendidih selama 10-15 menit. Saring dan minum air rebusannya. Untuk penggunaan topikal, daun bisa dihaluskan dan diaplikasikan langsung pada area kulit yang bermasalah, seperti luka ringan atau ruam.
  • Dosis dan Frekuensi: Dosis yang tepat dapat bervariasi tergantung pada kondisi individu dan tujuan penggunaan. Untuk tujuan umum seperti menjaga kesehatan atau meredakan gejala ringan, konsumsi satu hingga dua cangkir teh per hari mungkin cukup. Namun, untuk kondisi yang lebih spesifik, konsultasi dengan ahli herbal atau profesional kesehatan sangat dianjurkan untuk menentukan dosis yang aman dan efektif.
  • Penyimpanan yang Benar: Daun sisik naga segar sebaiknya disimpan di tempat sejuk dan kering, atau di dalam lemari es untuk mempertahankan kesegarannya. Daun kering harus disimpan dalam wadah kedap udara jauh dari sinar matahari langsung dan kelembaban untuk mencegah pertumbuhan jamur dan mempertahankan potensi khasiatnya. Penyimpanan yang tidak tepat dapat mengurangi efektivitas senyawa aktif.
  • Potensi Efek Samping dan Interaksi: Meskipun umumnya dianggap aman dalam dosis moderat, individu tertentu mungkin mengalami efek samping ringan seperti gangguan pencernaan. Penting untuk berhati-hati jika sedang mengonsumsi obat-obatan lain, terutama diuretik, antidiabetik, atau antikoagulan, karena daun sisik naga berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan tersebut. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum penggunaan, terutama bagi ibu hamil, menyusui, atau individu dengan kondisi medis kronis.
Penelitian ilmiah mengenai manfaat daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, bergeser dari validasi etnobotani menuju analisis fitokimia dan farmakologi yang lebih mendalam. Salah satu studi penting yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018, oleh tim peneliti dari Universitas Malaya, Malaysia, menyelidiki aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi dari ekstrak metanol daun sisik naga. Desain studi ini melibatkan uji in vitro menggunakan berbagai metode pengujian radikal bebas seperti DPPH dan FRAP, serta pengujian penghambatan produksi mediator inflamasi seperti oksida nitrat pada makrofag. Sampel ekstrak diperoleh dari daun kering yang diekstraksi secara sistematis, dan hasilnya menunjukkan kapasitas antioksidan yang signifikan serta kemampuan untuk menekan respons inflamasi, mengonfirmasi klaim tradisional. Studi lain yang diterbitkan dalam Phytomedicine pada tahun 2019, oleh kelompok peneliti dari Universitas Airlangga, Indonesia, berfokus pada potensi hepatoprotektif daun sisik naga. Penelitian ini menggunakan model hewan (tikus) yang diinduksi kerusakan hati oleh karbon tetraklorida (CCl4). Tikus dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan satu kelompok menerima ekstrak daun sisik naga pada dosis tertentu, dan kelompok kontrol menerima plasebo. Metode yang digunakan meliputi analisis biokimia serum (ALT, AST) dan pemeriksaan histopatologi jaringan hati. Temuan menunjukkan bahwa ekstrak daun sisik naga secara signifikan mengurangi kerusakan sel hati dan peradangan, menunjukkan efek perlindungan hati yang kuat. Meskipun banyak penelitian mendukung manfaat daun sisik naga, ada juga pandangan yang menentang atau setidaknya menyerukan kehati-hatian lebih lanjut. Beberapa kritikus berpendapat bahwa sebagian besar studi masih bersifat in vitro atau pada hewan, sehingga transferabilitas hasilnya ke manusia masih memerlukan uji klinis yang ketat. Misalnya, Profesor David Lee dari University of Singapore, dalam artikel tinjauannya di Natural Product Communications (2020), menekankan bahwa meskipun potensi farmakologisnya menjanjikan, kurangnya uji klinis acak terkontrol pada manusia membatasi klaim efikasi dan keamanan untuk aplikasi terapeutik yang luas. Kritikus juga menyoroti variabilitas dalam komposisi fitokimia daun sisik naga tergantung pada lokasi geografis, kondisi pertumbuhan, dan metode panen, yang dapat memengaruhi konsistensi hasil. Oleh karena itu, standardisasi ekstrak menjadi krusial untuk pengembangan produk berbasis daun sisik naga yang konsisten dan aman.

Rekomendasi

Berdasarkan analisis komprehensif mengenai manfaat daun sisik naga dan bukti ilmiah yang ada, beberapa rekomendasi dapat disimpulkan untuk penggunaan yang bijaksana dan pengembangan lebih lanjut. Pertama, bagi individu yang tertarik untuk memanfaatkan khasiat tradisionalnya, disarankan untuk memulai dengan dosis rendah dan memantau respons tubuh secara cermat. Konsultasi dengan profesional kesehatan atau ahli herbal yang berpengalaman sangat krusial, terutama jika ada kondisi medis yang mendasari atau sedang mengonsumsi obat resep, untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan. Kedua, bagi komunitas ilmiah dan industri farmasi, fokus harus diarahkan pada pelaksanaan uji klinis acak terkontrol pada manusia untuk memvalidasi secara definitif klaim efikasi dan keamanan yang berasal dari studi in vitro dan in vivo. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengisolasi senyawa aktif spesifik yang bertanggung jawab atas efek terapeutik, yang akan memfasilitasi standardisasi dan pengembangan formulasi obat yang lebih tepat. Penyelidikan tentang potensi efek samping jangka panjang dan interaksi dengan berbagai jenis obat juga harus menjadi prioritas penelitian. Ketiga, dalam konteks pengobatan tradisional, penting untuk mempromosikan praktik yang bertanggung jawab, termasuk identifikasi spesies yang akurat dan metode penyiapan yang higienis. Edukasi masyarakat mengenai dosis yang aman dan batasan penggunaan herbal juga harus ditingkatkan. Penggabungan kearifan lokal dengan pendekatan ilmiah modern akan membuka jalan bagi pemanfaatan daun sisik naga yang lebih efektif dan aman di masa depan.Daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) adalah tumbuhan dengan sejarah panjang dalam pengobatan tradisional yang kini semakin banyak diteliti secara ilmiah. Berbagai penelitian telah mengindikasikan potensi besar tumbuhan ini sebagai agen antioksidan, anti-inflamasi, antibakteri, dan bahkan antikanker, serta manfaatnya dalam mendukung kesehatan organ seperti hati dan ginjal. Bukti-bukti ini, meskipun banyak yang masih dalam tahap awal, memberikan dasar yang kuat untuk eksplorasi lebih lanjut. Meskipun demikian, penting untuk diakui bahwa sebagian besar penelitian masih bersifat praklinis, sehingga generalisasi hasilnya ke manusia memerlukan uji klinis yang lebih komprehensif. Tantangan di masa depan meliputi standarisasi ekstrak, identifikasi senyawa bioaktif utama, dan pelaksanaan uji klinis berskala besar untuk memverifikasi keamanan dan efektivitasnya secara definitif. Penelitian lebih lanjut juga harus berfokus pada potensi interaksi obat dan efek samping jangka panjang. Dengan pendekatan yang terstruktur dan berbasis bukti, potensi penuh daun sisik naga dapat direalisasikan untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Ketahui 26 Manfaat Daun Sisik Naga yang Jarang Diketahui