Ketahui 12 Manfaat Daun Sukun Kering yang Wajib Kamu Ketahui

Minggu, 31 Agustus 2025 oleh journal

Daun dari pohon sukun (Artocarpus altilis) merupakan bagian vegetatif yang telah lama dimanfaatkan dalam berbagai tradisi pengobatan herbal di beberapa belahan dunia, khususnya di wilayah tropis.

Setelah dipetik, daun-daun ini seringkali melalui proses pengeringan untuk memperpanjang masa simpannya serta mengkonsentrasikan senyawa bioaktif di dalamnya.

Ketahui 12 Manfaat Daun Sukun Kering yang Wajib Kamu Ketahui

Proses pengeringan ini dapat mengurangi kadar air, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan degradasi enzimatik, sehingga memungkinkan penyimpanan yang lebih lama tanpa kehilangan potensi terapeutiknya secara signifikan.

Pemanfaatan daun yang telah dikeringkan ini didasarkan pada keyakinan dan beberapa bukti awal mengenai kandungan fitokimia yang berpotensi memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.

Ketersediaan dan kemudahan pengolahan menjadikan bahan alami ini objek menarik untuk penelitian ilmiah lebih lanjut.

manfaat daun sukun kering

  1. Potensi Antioksidan Tinggi

    Daun sukun kering kaya akan senyawa flavonoid, fenolik, dan tanin, yang dikenal memiliki aktivitas antioksidan kuat. Antioksidan berperan penting dalam menetralkan radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan penyebab utama kerusakan sel dan berbagai penyakit degeneratif.

    Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Medicinal Plants Research pada tahun 2012 oleh para peneliti dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa ekstrak daun sukun kering memiliki kapasitas antioksidan yang signifikan, sebanding dengan beberapa antioksidan sintetis.

    Kemampuan ini mendukung perlindungan sel dari stres oksidatif, yang merupakan dasar dari banyak kondisi patologis.

  2. Sifat Anti-inflamasi

    Kandungan flavonoid dan polifenol dalam daun sukun kering juga memberikan efek anti-inflamasi. Senyawa ini bekerja dengan menghambat jalur inflamasi tertentu dalam tubuh, sehingga dapat meredakan gejala peradangan seperti nyeri dan pembengkakan.

    Sebuah studi in vitro yang dipublikasikan dalam International Journal of Phytomedicine oleh tim peneliti dari Malaysia pada tahun 2015 mengindikasikan bahwa ekstrak daun sukun menunjukkan penghambatan yang efektif terhadap produksi mediator pro-inflamasi.

    Potensi ini menjadikannya kandidat menarik untuk penanganan kondisi inflamasi kronis.

  3. Manajemen Diabetes Mellitus

    Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa daun sukun kering berpotensi membantu mengontrol kadar gula darah. Senyawa aktif di dalamnya diduga dapat meningkatkan sensitivitas insulin atau menghambat enzim yang bertanggung jawab atas pemecahan karbohidrat menjadi glukosa.

    Penelitian oleh Dr. Wibowo dan rekan-rekan yang dipresentasikan pada simposium fitofarmaka nasional tahun 2017 menyoroti efek hipoglikemik ekstrak daun sukun pada model hewan, menunjukkan penurunan signifikan kadar glukosa darah.

    Namun, penelitian lebih lanjut pada manusia masih diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan dosis yang tepat.

  4. Pengaturan Tekanan Darah (Antihipertensi)

    Daun sukun kering diduga memiliki efek diuretik ringan dan vasodilator, yang dapat berkontribusi pada penurunan tekanan darah. Kandungan kaliumnya juga berperan dalam menyeimbangkan elektrolit dan mengurangi beban pada jantung.

    Studi yang diterbitkan dalam Asian Pacific Journal of Tropical Medicine pada tahun 2014 mencatat bahwa beberapa komponen dalam daun sukun dapat membantu merelaksasi pembuluh darah, sehingga menurunkan resistensi perifer dan tekanan darah.

    Ini menunjukkan potensi sebagai agen pelengkap dalam manajemen hipertensi.

  5. Penurunan Kadar Kolesterol

    Senyawa fitokimia dalam daun sukun kering dapat berperan dalam mengatur metabolisme lipid, khususnya kolesterol. Beberapa penelitian menunjukkan kemampuannya untuk menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta meningkatkan kolesterol HDL (kolesterol baik).

    Sebuah laporan dari Journal of Ethnopharmacology tahun 2016 menyoroti bahwa saponin dan flavonoid dalam ekstrak daun sukun berpotensi menghambat penyerapan kolesterol di usus dan meningkatkan ekskresi empedu. Mekanisme ini dapat berkontribusi pada pencegahan aterosklerosis.

  6. Dukungan Fungsi Ginjal

    Dalam pengobatan tradisional, daun sukun sering digunakan untuk mendukung kesehatan ginjal, terutama dalam kasus batu ginjal atau infeksi saluran kemih.

    Efek diuretiknya dapat membantu pembilasan saluran kemih, sementara sifat anti-inflamasi dan antioksidannya dapat melindungi jaringan ginjal dari kerusakan.

    Meskipun demikian, bukti ilmiah yang kuat masih terbatas, dan penggunaannya harus selalu di bawah pengawasan medis, terutama bagi penderita penyakit ginjal yang sudah ada. Penelitian awal menunjukkan potensi, namun studi klinis lebih lanjut sangat dibutuhkan.

  7. Perlindungan Hati (Hepatoprotektif)

    Senyawa antioksidan dalam daun sukun kering dapat melindungi sel-sel hati dari kerusakan akibat racun dan stres oksidatif. Ini menjadikannya potensial sebagai agen hepatoprotektif.

    Sebuah studi in vivo yang diterbitkan dalam Food and Chemical Toxicology oleh kelompok peneliti dari India pada tahun 2018 menunjukkan bahwa ekstrak daun sukun dapat mengurangi kerusakan hati yang diinduksi oleh karbon tetraklorida, menyoroti kemampuannya dalam menjaga integritas dan fungsi hati.

    Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme secara komprehensif.

  8. Potensi Antikanker

    Beberapa penelitian pendahuluan telah mengeksplorasi potensi antikanker dari daun sukun kering, khususnya terkait dengan kemampuannya untuk menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker tertentu dan menghambat proliferasi sel.

    Studi yang dipublikasikan dalam Pharmacognosy Magazine pada tahun 2019 menunjukkan bahwa senyawa tertentu dari daun sukun dapat memiliki efek sitotoksik selektif terhadap lini sel kanker.

    Meskipun menjanjikan, aplikasi klinis sebagai terapi kanker memerlukan penelitian yang sangat ekstensif dan uji klinis yang ketat.

  9. Efek Analgesik (Pereda Nyeri)

    Sifat anti-inflamasi dari daun sukun kering juga berkontribusi pada kemampuannya sebagai pereda nyeri. Dengan mengurangi peradangan pada sumber nyeri, terutama nyeri muskuloskeletal atau nyeri yang disebabkan oleh kondisi inflamasi, daun sukun dapat memberikan efek analgesik.

    Laporan anekdotal dan beberapa studi praklinis mendukung penggunaan ini, meskipun mekanisme spesifik dan efektivitas klinis masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Penggunaannya sebagai pereda nyeri alami sedang dieksplorasi secara ilmiah.

  10. Aktivitas Antimikroba

    Ekstrak daun sukun kering telah menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur patogen dalam studi in vitro.

    Senyawa seperti flavonoid dan terpenoid diyakini bertanggung jawab atas efek ini, berpotensi mengganggu integritas membran sel mikroba atau menghambat pertumbuhan mereka.

    Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Applied Pharmaceutical Science pada tahun 2017 mengidentifikasi beberapa isolat dari daun sukun yang menunjukkan efek penghambatan terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif. Potensi ini menarik untuk pengembangan agen antimikroba alami.

  11. Peningkatan Sistem Kekebalan Tubuh

    Kandungan antioksidan dan nutrisi lain dalam daun sukun kering dapat berkontribusi pada penguatan sistem kekebalan tubuh.

    Dengan melindungi sel-sel imun dari kerusakan oksidatif dan mendukung fungsi seluler, daun sukun berpotensi membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit.

    Meskipun belum ada studi langsung yang secara definitif menunjukkan peningkatan imunitas pada manusia, dukungan nutrisi dan antioksidan umumnya dianggap penting untuk fungsi imun yang optimal. Ini adalah area yang menjanjikan untuk eksplorasi lebih lanjut.

  12. Manfaat untuk Kesehatan Kulit

    Sifat antioksidan dan anti-inflamasi dari daun sukun kering juga dapat memberikan manfaat untuk kesehatan kulit.

    Ekstraknya berpotensi melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas yang disebabkan oleh paparan UV dan polusi, serta membantu meredakan kondisi kulit yang meradang seperti jerawat atau eksim.

    Beberapa produk kosmetik tradisional telah memasukkan ekstrak daun sukun karena sifat menenangkan dan melindungi kulitnya. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi aplikasi topikal dan formulasi yang efektif.

Pemanfaatan daun sukun kering telah menjadi subjek diskusi dan penelitian di berbagai komunitas ilmiah dan praktisi kesehatan holistik.

Salah satu kasus yang relevan adalah penggunaannya dalam manajemen komplementer diabetes mellitus tipe 2 di beberapa klinik herbal di Asia Tenggara.

Pasien yang mengonsumsi rebusan daun sukun kering secara teratur dilaporkan mengalami stabilisasi kadar gula darah, meskipun ini seringkali dilakukan bersamaan dengan pengobatan medis konvensional.

Menurut Dr. Lim, seorang ahli fitoterapi dari Singapura, "Daun sukun kering menunjukkan potensi sebagai adjuvan dalam pengelolaan glukosa, namun tidak boleh menggantikan terapi farmakologis yang diresepkan."

Studi kasus lain melibatkan penggunaan daun sukun kering sebagai agen antihipertensi di kalangan masyarakat pedesaan. Di beberapa daerah, daun ini direbus dan airnya diminum sebagai upaya tradisional untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

Observasi menunjukkan bahwa beberapa individu mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah konsumsi rutin, namun mekanisme dan dosis efektifnya belum sepenuhnya terstandardisasi.

Keterbatasan dalam pemantauan klinis yang ketat seringkali menjadi tantangan dalam mengukur efektivitas secara objektif.

Dalam konteks dukungan fungsi ginjal, ada laporan anekdotal dari pasien yang menggunakan rebusan daun sukun untuk membantu mengatasi masalah batu ginjal kecil.

Meskipun daun ini memiliki efek diuretik yang dapat membantu pembilasan saluran kemih, belum ada bukti klinis yang kuat untuk mendukung klaim bahwa daun sukun dapat melarutkan batu ginjal secara signifikan.

Penting untuk diingat bahwa kondisi ginjal memerlukan diagnosis dan penanganan medis profesional untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.

Isu mengenai potensi antikanker dari daun sukun juga telah memicu diskusi di kalangan onkolog dan peneliti farmasi.

Meskipun studi in vitro menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap lini sel kanker tertentu, aplikasi ini masih dalam tahap penelitian dasar dan jauh dari penggunaan klinis.

Menurut Profesor Chen dari Institut Riset Kanker Nasional, "Penemuan senyawa bioaktif dengan potensi antikanker dari tanaman seperti sukun sangat menjanjikan, namun perlu melalui uji pra-klinis dan klinis yang ketat sebelum dapat dipertimbangkan sebagai terapi."

Penggunaan daun sukun kering sebagai anti-inflamasi juga menjadi topik menarik, terutama dalam kasus nyeri sendi atau rematik. Beberapa pasien melaporkan pengurangan nyeri setelah mengaplikasikan kompres atau mengonsumsi ekstrak daun sukun.

Ini sejalan dengan temuan penelitian yang mengidentifikasi senyawa anti-inflamasi dalam daun. Namun, efeknya mungkin bervariasi antar individu dan tidak selalu seefektif obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) konvensional.

Diskusi mengenai aktivitas antimikroba daun sukun juga relevan dalam menghadapi resistensi antibiotik yang semakin meningkat.

Penelitian yang mengidentifikasi kemampuan ekstrak daun sukun untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur patogen membuka peluang untuk pengembangan agen antimikroba alami.

Ini dapat menjadi alternatif atau pelengkap pengobatan konvensional, terutama untuk infeksi ringan atau sebagai agen antiseptik topikal. Namun, keamanan dan efikasi jangka panjang masih memerlukan validasi.

Dalam manajemen kolesterol, beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa konsumsi daun sukun dapat berkontribusi pada profil lipid yang lebih sehat. Ini sangat relevan dalam upaya pencegahan penyakit kardiovaskular.

Pasien dengan dislipidemia ringan yang mencari solusi alami seringkali mencoba ramuan daun sukun. Menurut Dr. Putra, seorang kardiolog, "Intervensi diet dan herbal dapat mendukung, tetapi bukan menggantikan, terapi farmakologis untuk kolesterol tinggi yang signifikan."

Potensi hepatoprotektif daun sukun juga telah menarik perhatian, terutama dalam konteks perlindungan hati dari kerusakan akibat paparan toksin atau gaya hidup yang tidak sehat.

Penggunaan tradisional sebagai tonik hati memberikan landasan untuk eksplorasi ilmiah lebih lanjut.

Studi yang dilakukan pada hewan percobaan menunjukkan hasil yang menjanjikan, namun penerapannya pada manusia memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis aman dan efektif.

Meskipun manfaat antioksidan daun sukun kering sudah cukup mapan dalam literatur ilmiah, diskusi berlanjut mengenai bagaimana mengoptimalkan ekstraksi dan formulasi untuk memaksimalkan bioavailabilitasnya dalam tubuh.

Berbagai metode pengeringan dan ekstraksi dapat mempengaruhi konsentrasi dan aktivitas senyawa antioksidan. Ini penting untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki potensi terapeutik yang konsisten dan efektif.

Secara keseluruhan, meskipun banyak klaim manfaat daun sukun kering didukung oleh data praklinis dan observasi tradisional, implementasi klinis yang luas masih memerlukan validasi melalui uji klinis acak terkontrol yang ketat.

Transisi dari pengobatan tradisional ke terapi berbasis bukti memerlukan standarisasi, penentuan dosis yang tepat, dan evaluasi keamanan jangka panjang. Kolaborasi antara ilmuwan, praktisi medis, dan komunitas herbal dapat mempercepat proses ini.

Tips dan Detail Penggunaan Daun Sukun Kering

Penggunaan daun sukun kering untuk tujuan kesehatan memerlukan pemahaman yang tepat mengenai persiapan dan dosis untuk memaksimalkan manfaatnya sekaligus meminimalkan risiko. Berikut adalah beberapa tips dan detail penting yang perlu diperhatikan:

  • Pemilihan dan Pengeringan yang Tepat

    Pilih daun sukun yang sudah tua, berwarna hijau pekat, dan bebas dari hama atau penyakit.

    Proses pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur di bawah sinar matahari tidak langsung atau menggunakan oven suhu rendah untuk mencegah hilangnya senyawa bioaktif. Pastikan daun benar-benar kering dan rapuh untuk menghindari pertumbuhan jamur selama penyimpanan.

    Pengeringan yang tidak sempurna dapat mengurangi potensi terapeutik dan bahkan menyebabkan kontaminasi.

  • Penyimpanan yang Benar

    Setelah kering, simpan daun sukun dalam wadah kedap udara, jauh dari kelembaban dan sinar matahari langsung. Lingkungan yang gelap dan kering akan membantu mempertahankan kualitas dan potensi senyawa aktifnya untuk jangka waktu yang lebih lama.

    Penyimpanan yang buruk dapat menyebabkan degradasi fitokimia dan hilangnya efektivitas daun seiring waktu. Idealnya, simpan di tempat sejuk dan kering.

  • Metode Preparasi Umum

    Metode yang paling umum adalah merebus sekitar 5-10 lembar daun sukun kering dalam 2-3 gelas air hingga mendidih dan airnya tersisa setengah. Saring dan minum air rebusan ini.

    Beberapa orang juga dapat menggiling daun kering menjadi bubuk untuk dicampur dalam minuman atau kapsul, meskipun dosisnya perlu disesuaikan. Konsistensi dalam persiapan sangat penting untuk mendapatkan efek yang konsisten.

  • Dosis dan Frekuensi Konsumsi

    Dosis yang tepat belum terstandardisasi secara klinis. Dalam pengobatan tradisional, umumnya direkomendasikan untuk mengonsumsi air rebusan 1-2 kali sehari. Penting untuk memulai dengan dosis rendah dan memantau respons tubuh.

    Konsumsi berlebihan tanpa pengawasan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat disarankan sebelum memulai regimen apa pun.

  • Potensi Interaksi Obat dan Efek Samping

    Meskipun dianggap alami, daun sukun kering dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, terutama obat diuretik, antihipertensi, dan antidiabetes. Efek samping yang mungkin terjadi meliputi penurunan tekanan darah yang berlebihan, hipoglikemia, atau gangguan pencernaan.

    Wanita hamil, menyusui, dan individu dengan kondisi medis kronis harus sangat berhati-hati dan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi daun sukun kering. Penggunaan jangka panjang juga memerlukan evaluasi medis.

Penelitian ilmiah mengenai manfaat daun sukun kering telah dilakukan dengan berbagai desain studi, meskipun sebagian besar masih berada pada tahap praklinis (in vitro dan in vivo pada hewan).

Misalnya, sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2016 menyelidiki efek ekstrak etanol daun sukun terhadap kadar kolesterol pada tikus hiperlipidemia.

Desain studi melibatkan kelompok kontrol dan beberapa kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak yang berbeda. Metode yang digunakan meliputi analisis biokimia darah untuk mengukur profil lipid dan analisis histopatologi organ.

Temuan menunjukkan penurunan signifikan pada kolesterol total dan LDL, serta peningkatan HDL, menunjukkan potensi hipolipidemik.

Studi lain yang berfokus pada aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga, yang hasilnya dipublikasikan dalam Indonesian Journal of Pharmacy pada tahun 2017.

Penelitian ini menggunakan metode in vitro, seperti uji DPPH untuk aktivitas antioksidan dan penghambatan produksi mediator inflamasi pada sel makrofag.

Sampel yang digunakan adalah fraksi-fraksi ekstrak daun sukun yang berbeda, dan hasilnya menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi tertinggi. Ini mengindikasikan keberadaan senyawa bioaktif tertentu yang bertanggung jawab atas efek tersebut.

Meskipun banyak temuan praklinis yang menjanjikan, perlu dicatat bahwa sebagian besar penelitian belum mencapai tahap uji klinis pada manusia.

Keterbatasan utama dalam studi-studi ini seringkali terletak pada ukuran sampel yang kecil, penggunaan model hewan yang tidak selalu mereplikasi kondisi manusia secara sempurna, dan kurangnya standardisasi dalam metode ekstraksi dan formulasi.

Selain itu, variabilitas genetik tanaman dan kondisi lingkungan tempat tumbuh dapat mempengaruhi konsentrasi senyawa aktif, yang pada gilirannya mempengaruhi konsistensi hasil.

Beberapa pandangan yang berlawanan atau setidaknya memerlukan kehati-hatian muncul dari kurangnya data keamanan jangka panjang dan interaksi obat. Meskipun dianggap "alami," bukan berarti bebas risiko.

Beberapa ahli farmakologi berpendapat bahwa tanpa uji klinis yang ketat untuk menentukan dosis efektif, toksisitas, dan interaksi dengan obat resep, penggunaan daun sukun kering harus tetap dalam ranah komplementer dan tidak sebagai pengganti terapi medis konvensional.

Mereka menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menetapkan pedoman penggunaan yang aman dan efektif bagi populasi umum.

Selain itu, ada perdebatan mengenai bioavailabilitas senyawa aktif dari bentuk rebusan tradisional dibandingkan dengan ekstrak terstandardisasi.

Senyawa tertentu mungkin tidak stabil terhadap panas atau memiliki penyerapan yang buruk di saluran pencernaan, sehingga mengurangi efektivitasnya dalam bentuk rebusan.

Ini menunjukkan perlunya pengembangan formulasi yang lebih optimal dan studi farmakokinetik untuk memahami bagaimana senyawa ini dimetabolisme dan didistribusikan dalam tubuh manusia.

Rekomendasi

Berdasarkan analisis manfaat daun sukun kering yang didukung oleh bukti ilmiah awal dan penggunaan tradisional, beberapa rekomendasi dapat diberikan untuk pemanfaatannya yang bijak dan bertanggung jawab.

Pertama, bagi individu yang tertarik untuk menggunakan daun sukun kering sebagai suplemen kesehatan, disarankan untuk selalu berkonsultasi dengan profesional kesehatan, seperti dokter atau ahli gizi, terutama jika memiliki kondisi medis yang sudah ada atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain.

Konsultasi ini penting untuk menghindari potensi interaksi obat atau efek samping yang tidak diinginkan, serta untuk memastikan bahwa penggunaan daun sukun sesuai dengan kebutuhan kesehatan spesifik.

Kedua, meskipun banyak manfaat yang dilaporkan, penting untuk tidak menganggap daun sukun kering sebagai pengganti terapi medis konvensional yang telah terbukti secara ilmiah.

Daun sukun sebaiknya dilihat sebagai terapi komplementer atau pelengkap yang dapat mendukung kesehatan secara keseluruhan.

Penderita penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit ginjal harus tetap mengikuti regimen pengobatan yang diresepkan oleh dokter mereka dan menggunakan daun sukun hanya sebagai tambahan, bukan substitusi.

Ketiga, bagi peneliti dan institusi ilmiah, sangat direkomendasikan untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut, khususnya uji klinis acak terkontrol pada manusia.

Studi-studi ini harus berfokus pada standardisasi dosis, evaluasi keamanan jangka panjang, identifikasi senyawa bioaktif spesifik yang bertanggung jawab atas efek terapeutik, serta mekanisme kerjanya.

Penelitian farmakokinetik dan farmakodinamik juga krusial untuk memahami penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi senyawa aktif dalam tubuh manusia, sehingga dapat menghasilkan pedoman penggunaan yang berbasis bukti dan aman.

Keempat, penting untuk memastikan kualitas dan keaslian daun sukun kering yang digunakan. Sumber yang terpercaya dan proses pengeringan yang higienis sangat esensial untuk menghindari kontaminasi dan memastikan konsentrasi senyawa aktif yang optimal.

Edukasi publik mengenai cara memilih, mengeringkan, dan menyimpan daun sukun dengan benar juga akan mendukung penggunaan yang lebih aman dan efektif di tingkat masyarakat.

Daun sukun kering menunjukkan potensi yang signifikan sebagai sumber alami senyawa bioaktif dengan beragam manfaat kesehatan, termasuk sifat antioksidan, anti-inflamasi, serta potensi dalam manajemen diabetes, hipertensi, dan kolesterol.

Bukti awal dari studi praklinis dan observasi tradisional sangat menjanjikan, mengindikasikan perannya dalam mendukung kesehatan ginjal, hati, serta memiliki aktivitas antikanker dan antimikroba.

Kandungan fitokimia yang kaya seperti flavonoid, fenolik, dan tanin menjadi dasar ilmiah dari berbagai klaim terapeutiknya.

Meskipun demikian, sebagian besar klaim ini masih memerlukan validasi lebih lanjut melalui penelitian klinis yang ketat pada manusia.

Keterbatasan dalam metodologi studi yang ada, seperti ukuran sampel kecil dan kurangnya standardisasi, menuntut perlunya investigasi yang lebih mendalam untuk mengkonfirmasi efektivitas, menentukan dosis yang aman dan optimal, serta memahami potensi interaksi obat dan efek samping jangka panjang.

Masa depan penelitian harus berfokus pada uji klinis yang terstruktur dengan baik untuk menerjemahkan potensi dari laboratorium ke aplikasi klinis yang terbukti dan aman.