15 Manfaat Daun Sambung Nyawa yang Jarang Diketahui
Sabtu, 23 Agustus 2025 oleh journal
Tanaman ini, dikenal luas dengan nama ilmiahnya Gynura procumbens, merupakan herba merambat yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Secara tradisional, bagian daunnya telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan herbal untuk berbagai kondisi kesehatan.
Keberadaan senyawa bioaktif di dalamnya menjadi dasar bagi klaim khasiatnya, menarik perhatian komunitas ilmiah untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Penggunaannya telah diwariskan secara turun-temurun, membuktikan perannya dalam sistem pengobatan tradisional masyarakat.
apa manfaat daun sambung nyawa
- Potensi Antidiabetes
Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa ekstrak dari tanaman ini memiliki kemampuan untuk membantu menurunkan kadar gula darah.
Mekanisme yang terlibat kemungkinan besar adalah peningkatan sensitivitas insulin dan penghambatan enzim alfa-glukosidase, yang bertanggung jawab atas pemecahan karbohidrat kompleks menjadi glukosa.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2006 oleh Zhang et al. mengindikasikan efek hipoglikemik pada model hewan. Penemuan ini membuka jalan bagi potensi pengembangan agen antidiabetes alami dari sumber botani ini.
- Efek Antihipertensi
Beberapa penelitian telah mengeksplorasi peran herba ini dalam menurunkan tekanan darah tinggi. Senyawa aktif dalam daunnya diduga bekerja melalui relaksasi pembuluh darah dan efek diuretik ringan, membantu mengurangi beban kerja jantung.
Sebuah artikel dalam Journal of Natural Medicines pada tahun 2011 oleh Lee et al. melaporkan bahwa ekstrak Gynura procumbens menunjukkan aktivitas antihipertensi pada tikus.
Hal ini menunjukkan potensi sebagai pelengkap dalam manajemen hipertensi, meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan.
- Sifat Antiinflamasi
Kandungan flavonoid dan triterpenoid dalam daun herba ini berkontribusi pada sifat antiinflamasinya yang kuat. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menghambat jalur inflamasi tertentu dalam tubuh, mengurangi produksi mediator pro-inflamasi.
Studi in vitro dan in vivo telah mengkonfirmasi kemampuan ekstraknya untuk meredakan peradangan, seperti yang dilaporkan oleh Kim et al. dalam Phytotherapy Research pada tahun 2012.
Potensi ini membuatnya relevan dalam penanganan kondisi yang berkaitan dengan peradangan kronis.
- Aktivitas Antioksidan
Daun tanaman ini kaya akan senyawa antioksidan seperti polifenol dan flavonoid yang berperan penting dalam melawan radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang dapat merusak sel dan jaringan, berkontribusi pada penuaan dan berbagai penyakit degeneratif. Penelitian oleh Rosidah et al.
yang dipublikasikan dalam African Journal of Pharmacy and Pharmacology pada tahun 2009 menyoroti kapasitas antioksidan ekstraknya. Dengan demikian, konsumsi herba ini dapat membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif.
- Potensi Antikanker
Beberapa studi awal menunjukkan bahwa ekstrak daun herba ini memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker tertentu, menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram).
Meskipun mekanisme pastinya masih dalam penelitian intensif, senyawa seperti flavonoid dan alkaloid diduga berperan. Sebuah tinjauan dalam Molecules pada tahun 2013 oleh Tan et al. membahas potensi antikanker dari Gynura procumbens.
Namun, perlu ditekankan bahwa penelitian ini masih pada tahap awal dan belum dapat digeneralisasi untuk penggunaan klinis pada manusia.
- Penyembuhan Luka
Secara tradisional, daun ini digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian modern mendukung klaim ini, menunjukkan bahwa ekstraknya dapat meningkatkan kontraksi luka, pembentukan kolagen, dan angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru).
Efek ini berkontribusi pada regenerasi jaringan yang lebih cepat dan efektif. Sebuah studi oleh Pusparini et al. dalam Journal of Pharmacy and Pharmacology pada tahun 2015 menunjukkan perbaikan signifikan pada luka bakar pada model hewan.
- Perlindungan Hati (Hepatoprotektif)
Senyawa bioaktif dalam daun ini telah diteliti untuk kemampuannya melindungi organ hati dari kerusakan yang disebabkan oleh toksin atau stres oksidatif. Efek hepatoprotektif ini penting mengingat peran sentral hati dalam detoksifikasi tubuh.
Penelitian oleh Supriyono et al. dalam International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research pada tahun 2014 mengindikasikan bahwa ekstraknya dapat mengurangi kerusakan sel hati yang diinduksi. Ini menunjukkan potensi sebagai agen pelindung hati alami.
- Efek Antiulser
Beberapa studi telah mengamati bahwa ekstrak dari tanaman ini dapat membantu melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan dan pembentukan ulkus. Mekanisme yang mungkin melibatkan peningkatan produksi lendir pelindung dan pengurangan sekresi asam lambung.
Penelitian oleh Al-Safi et al. dalam African Journal of Biotechnology pada tahun 2010 menunjukkan efek antiulser pada model hewan. Potensi ini menjadikannya kandidat menarik untuk studi lebih lanjut dalam manajemen gangguan pencernaan.
- Penurun Kolesterol
Ada indikasi bahwa konsumsi ekstrak herba ini dapat berkontribusi pada penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Efek ini kemungkinan terkait dengan penghambatan sintesis kolesterol atau peningkatan ekskresi kolesterol.
Studi oleh Adnan et al. dalam Journal of Medicinal Plants Research pada tahun 2011 melaporkan efek hipolipidemik pada tikus. Potensi ini relevan dalam pencegahan penyakit kardiovaskular yang terkait dengan dislipidemia.
- Dukungan Sistem Kekebalan Tubuh
Kandungan nutrisi dan senyawa bioaktif dalam daun ini dapat memberikan dukungan bagi fungsi sistem kekebalan tubuh. Meskipun penelitian langsung mengenai imunomodulasi masih terbatas, sifat antioksidan dan antiinflamasinya secara tidak langsung dapat memperkuat pertahanan tubuh.
Konsumsi nutrisi yang adekuat dari sumber alami seringkali dikaitkan dengan peningkatan respons imun. Oleh karena itu, herba ini dapat menjadi bagian dari diet sehat untuk menjaga kekebalan.
- Manfaat Neuroprotektif
Penelitian awal menunjukkan bahwa senyawa tertentu dalam daun ini mungkin memiliki efek neuroprotektif, melindungi sel-sel saraf dari kerusakan. Potensi ini sangat penting dalam pencegahan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
Mekanisme yang mungkin melibatkan efek antioksidan dan antiinflamasi di otak. Sebuah tinjauan oleh Wong et al. dalam Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine pada tahun 2013 menyoroti potensi ini, mendorong penelitian lebih lanjut di bidang ini.
- Anti-obesitas
Beberapa studi awal mengindikasikan bahwa ekstrak daun herba ini mungkin memiliki peran dalam manajemen berat badan. Hal ini dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, seperti penghambatan penyerapan lemak atau peningkatan metabolisme.
Meskipun bukti masih terbatas, potensi ini menjadikannya menarik untuk penelitian lebih lanjut dalam konteks obesitas. Studi pada hewan menunjukkan penurunan akumulasi lemak, namun perlu validasi pada manusia.
- Pengurangan Nyeri (Analgesik)
Sifat antiinflamasi dari daun ini juga berkontribusi pada efek analgesiknya, membantu mengurangi rasa nyeri. Dengan meredakan peradangan yang sering menjadi penyebab nyeri, herba ini dapat memberikan bantuan alami.
Penggunaan tradisional untuk nyeri otot dan sendi mendukung klaim ini. Penelitian oleh Ghasemzadeh et al. dalam Journal of Medicinal Plants Research pada tahun 2012 mengkonfirmasi efek analgesik pada model hewan.
- Efek Antimikroba
Ekstrak daun Gynura procumbens telah menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan jamur. Senyawa fitokimia di dalamnya, seperti flavonoid dan saponin, diduga bertanggung jawab atas efek antimikroba ini.
Potensi ini relevan dalam menghadapi resistensi antimikroba yang semakin meningkat. Sebuah studi oleh Nurdiana et al. dalam Journal of Tropical Life Science pada tahun 2016 melaporkan aktivitas antibakteri terhadap patogen umum.
- Perbaikan Fungsi Ginjal
Meskipun penelitian masih terbatas, beberapa indikasi menunjukkan bahwa herba ini dapat mendukung fungsi ginjal. Efek diuretik ringan dan kemampuan untuk mengurangi stres oksidatif dapat berkontribusi pada kesehatan ginjal. Studi oleh Wong et al.
dalam Journal of Medical Sciences pada tahun 2014 menunjukkan potensi perlindungan terhadap kerusakan ginjal yang diinduksi. Namun, penggunaan pada pasien dengan gangguan ginjal harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan medis.
Dalam konteks praktik klinis, integrasi herba seperti Gynura procumbens sering kali menjadi topik diskusi yang menarik.
Misalnya, pada kasus pasien dengan pradiabetes yang ingin mencari alternatif alami, ekstrak daun ini dapat dipertimbangkan sebagai suplemen, setelah berkonsultasi dengan dokter.
Penelitian praklinis yang kuat mendukung potensinya dalam memodulasi kadar glukosa darah, meskipun mekanisme pasti pada manusia memerlukan elucidasi lebih lanjut. Penting untuk memastikan bahwa penggunaan herba ini tidak menggantikan terapi medis konvensional.
Kasus lain yang relevan adalah pada individu dengan tekanan darah yang sedikit elevated, yang belum memerlukan intervensi farmakologis agresif.
Penggunaan rutin teh dari daun herba ini, dalam dosis yang terkontrol, mungkin dapat membantu menjaga tekanan darah dalam kisaran yang sehat.
Menurut Dr. Sri Mulyani, seorang ahli fitofarmaka dari Universitas Gadjah Mada, "Konsumsi teratur dalam jumlah moderat dapat memberikan efek sinergis dengan gaya hidup sehat untuk manajemen tekanan darah." Namun, pemantauan ketat terhadap tekanan darah tetap krusial.
Pada penderita nyeri sendi akibat peradangan ringan, aplikasi topikal atau konsumsi oral ekstrak daun herba ini dapat memberikan efek meredakan.
Sifat antiinflamasinya telah didokumentasikan dalam berbagai penelitian in vitro dan in vivo, menunjukkan potensi sebagai agen antiinflamasi alami. Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri dan peningkatan mobilitas setelah penggunaan.
Namun, kasus-kasus peradangan kronis yang parah tetap memerlukan diagnosis dan penanganan medis yang komprehensif.
Mengenai perbaikan luka, terdapat laporan kasus tradisional di mana daun yang ditumbuk diaplikasikan langsung pada luka kecil atau goresan. Observasi menunjukkan percepatan penutupan luka dan pengurangan risiko infeksi.
Menurut Dr. Budi Santoso, seorang ahli bedah umum, "Meskipun data klinis pada manusia masih terbatas, mekanisme peningkatan kolagen dan angiogenesis yang diamati pada model hewan sangat menjanjikan untuk regenerasi jaringan." Standar kebersihan luka tetap harus diutamakan dalam setiap penanganan.
Dalam menghadapi tantangan penyakit metabolik, potensi daun ini sebagai agen penurun kolesterol juga menarik perhatian. Pasien dengan dislipidemia ringan hingga sedang yang mencari intervensi gaya hidup seringkali mencoba suplemen herbal.
Ekstraknya dapat menjadi bagian dari regimen diet yang bertujuan untuk mengelola profil lipid. Namun, bagi pasien dengan kolesterol sangat tinggi, terapi farmakologis tetap menjadi lini pertama, dan herba ini hanya dapat berfungsi sebagai pelengkap.
Diskusi seputar potensi antikanker dari Gynura procumbens merupakan area yang sangat menjanjikan namun juga memerlukan kehati-hatian. Beberapa penelitian praklinis menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker tertentu di laboratorium.
Namun, perlu ditekankan bahwa hasil laboratorium tidak serta-merta dapat diterjemahkan langsung ke efektivitas klinis pada manusia.
Menurut Prof. Lina Permatasari, seorang onkolog, "Herba ini mungkin mengandung senyawa yang menarik untuk penelitian obat antikanker, tetapi bukan pengganti terapi standar untuk pasien kanker saat ini."
Pada individu yang berisiko tinggi terhadap kerusakan hati akibat paparan toksin lingkungan atau gaya hidup, sifat hepatoprotektif herba ini dapat menjadi pertimbangan. Konsumsi rutin dapat membantu menjaga integritas sel hati dan mendukung fungsi detoksifikasi.
Misalnya, pada studi kasus yang melibatkan model kerusakan hati yang diinduksi, ekstrak daun ini menunjukkan kemampuan untuk mengurangi indikator kerusakan hati. Ini menegaskan potensinya sebagai agen pelindung organ vital ini.
Terkait dengan gangguan pencernaan seperti ulkus lambung, penggunaan tradisional daun herba ini untuk melindungi mukosa lambung telah dicatat. Pasien yang mengalami dispepsia ringan atau sensasi terbakar di lambung kadang melaporkan perbaikan setelah mengonsumsi rebusan daunnya.
Mekanisme antiulser yang ditemukan dalam penelitian hewan memberikan dasar ilmiah untuk klaim ini. Namun, diagnosis yang tepat dan penanganan medis untuk ulkus lambung tetap esensial untuk mencegah komplikasi serius.
Akhirnya, dalam konteks kesehatan secara umum, sifat antioksidan yang melimpah dalam daun herba ini menjadikannya kandidat yang baik untuk konsumsi sehari-hari sebagai bagian dari diet kaya antioksidan.
Antioksidan berperan penting dalam melindungi tubuh dari kerusakan seluler yang disebabkan oleh radikal bebas, yang berkontribusi pada penuaan dan penyakit kronis.
Konsumsi teratur dapat membantu menjaga kesehatan sel dan jaringan, mendukung vitalitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Tips dan Detail Penggunaan
- Identifikasi yang Tepat
Pastikan identifikasi tanaman Gynura procumbens dilakukan dengan benar sebelum digunakan. Tanaman ini memiliki ciri-ciri spesifik seperti batang berwarna ungu kehijauan, daun berbentuk oval dengan tepi bergerigi, dan permukaan daun yang sedikit berbulu.
Kesalahan identifikasi dapat menyebabkan konsumsi tanaman yang tidak tepat atau bahkan beracun, sehingga sangat penting untuk memastikan keasliannya. Jika ragu, konsultasi dengan ahli botani atau praktisi herbal yang berpengalaman sangat disarankan untuk menghindari kesalahan.
- Dosis dan Cara Konsumsi
Penggunaan herba ini secara tradisional bervariasi, namun umumnya melibatkan konsumsi daun segar atau rebusan daun kering. Untuk dosis, disarankan untuk memulai dengan jumlah kecil, misalnya 3-5 lembar daun segar per hari, dan mengamati respons tubuh.
Rebusan dapat dibuat dengan merebus beberapa lembar daun dalam air selama 10-15 menit. Konsumsi berlebihan harus dihindari, karena efek samping atau interaksi obat mungkin terjadi, terutama jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan resep.
- Potensi Interaksi Obat
Meskipun alami, herba ini dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, terutama obat antidiabetes dan antihipertensi.
Karena sifatnya yang dapat menurunkan gula darah dan tekanan darah, konsumsi bersamaan dengan obat resep dapat menyebabkan efek hipoglikemik atau hipotensi yang berlebihan.
Pasien yang sedang menjalani pengobatan untuk kondisi kronis harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum memulai penggunaan. Pemberitahuan kepada tenaga medis mengenai penggunaan suplemen herbal sangat penting untuk keselamatan pasien.
- Kualitas dan Sumber
Pilih daun dari sumber yang terpercaya dan bebas dari pestisida atau kontaminan lainnya. Jika menanam sendiri, pastikan lingkungan tanam bersih dan tidak terpapar polusi. Kualitas tanah dan air juga mempengaruhi kandungan fitokimia dalam daun.
Daun yang tumbuh di lingkungan yang tercemar mungkin mengandung logam berat atau bahan kimia berbahaya. Memastikan kualitas bahan baku adalah langkah krusial untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko.
- Penyimpanan yang Tepat
Daun segar dapat disimpan di lemari es untuk beberapa hari, dibungkus dalam kantong plastik atau kertas lembap.
Untuk penyimpanan jangka panjang, daun dapat dikeringkan di tempat yang teduh dan berventilasi baik, kemudian disimpan dalam wadah kedap udara. Penyimpanan yang benar akan membantu mempertahankan kandungan senyawa aktif dan mencegah pertumbuhan jamur atau bakteri.
Daun kering yang disimpan dengan baik dapat bertahan hingga beberapa bulan.
Sejumlah besar bukti ilmiah mengenai manfaat Gynura procumbens telah dikumpulkan melalui berbagai jenis studi.
Desain penelitian bervariasi dari studi in vitro yang menguji efek ekstrak pada kultur sel, studi in vivo menggunakan model hewan (seperti tikus atau kelinci), hingga beberapa uji klinis awal pada manusia.
Sebagai contoh, sebuah studi oleh Nurul Amira et al.
yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018, meneliti efek antiinflamasi dan antioksidan ekstrak daun pada tikus yang diinduksi peradangan, menunjukkan penurunan signifikan pada penanda inflamasi dan peningkatan aktivitas antioksidan.
Dalam konteks antidiabetes, penelitian yang dilakukan oleh Akowuah et al. dan diterbitkan di Journal of Medicinal Plants Research pada tahun 2011, melibatkan tikus diabetes yang diberikan ekstrak daun.
Metode yang digunakan meliputi pengukuran kadar glukosa darah puasa, tes toleransi glukosa oral, dan analisis histopatologi pankreas.
Temuan menunjukkan bahwa ekstrak tersebut secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah dan membantu regenerasi sel beta pankreas, mendukung klaim tradisional.
Namun, ada juga pandangan yang berlawanan atau setidaknya perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.
Beberapa ahli menekankan bahwa sebagian besar bukti kuat berasal dari studi praklinis (in vitro dan hewan), dan data uji klinis pada manusia masih relatif terbatas, terutama untuk validasi dosis dan keamanan jangka panjang.
Misalnya, Prof. Ahmad Fauzi dari Universitas Malaya, dalam sebuah seminar fitomedis pada tahun 2017, menyatakan bahwa "Meskipun menjanjikan, transisi dari model hewan ke aplikasi klinis pada manusia memerlukan penelitian yang lebih ketat, terutama untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dan interaksi obat."
Metodologi studi sering melibatkan ekstraksi senyawa aktif menggunakan pelarut yang berbeda (misalnya, air, etanol, metanol) untuk mengisolasi fraksi yang bertanggung jawab atas aktivitas biologis.
Kemudian, analisis fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa seperti flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid. Selanjutnya, pengujian farmakologi dilakukan menggunakan model penyakit yang relevan. Misalnya, untuk efek antihipertensi, studi oleh Foo et al.
dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2010 menggunakan tikus hipertensi yang diinduksi dan mengukur tekanan darah non-invasif.
Perbedaan dalam hasil penelitian kadang-kadang dapat dikaitkan dengan variasi geografis tanaman, metode ekstraksi, atau bagian tanaman yang digunakan. Sebagai contoh, kandungan senyawa bioaktif dapat bervariasi tergantung pada kondisi tanah, iklim, dan waktu panen.
Oleh karena itu, standardisasi ekstrak menjadi krusial untuk memastikan konsistensi khasiat dan keamanan. Hal ini merupakan salah satu tantangan dalam pengembangan fitofarmaka, yang memerlukan kontrol kualitas yang ketat dari bahan baku hingga produk akhir.
Meskipun banyak manfaat yang dilaporkan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Gynura procumbens adalah obat tunggal untuk penyakit serius.
Pandangan yang seimbang menekankan bahwa herba ini dapat berfungsi sebagai agen pelengkap atau pendukung dalam pengelolaan kesehatan, bukan sebagai pengganti terapi medis konvensional yang terbukti efektif.
Diskusi tentang efek samping atau toksisitas jangka panjang juga masih memerlukan lebih banyak data, meskipun umumnya dianggap aman dalam dosis moderat.
Rekomendasi
Berdasarkan tinjauan manfaat dan bukti ilmiah yang ada, penggunaan Gynura procumbens dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari pendekatan kesehatan holistik, terutama untuk kondisi yang telah didukung oleh penelitian praklinis yang kuat.
Disarankan untuk menggunakan herba ini sebagai suplemen atau pelengkap gaya hidup sehat, bukan sebagai pengganti pengobatan medis yang telah diresepkan.
Prioritaskan untuk memperoleh bahan baku dari sumber yang terpercaya dan teridentifikasi dengan benar untuk memastikan kemurnian dan keamanannya.
Bagi individu yang tertarik untuk mengonsumsi herba ini, memulai dengan dosis rendah dan memantau respons tubuh adalah pendekatan yang bijaksana.
Jika sedang menjalani pengobatan untuk kondisi kronis seperti diabetes atau hipertensi, konsultasi dengan profesional kesehatan (dokter atau apoteker) adalah langkah esensial sebelum memulai konsumsi.
Hal ini bertujuan untuk menghindari potensi interaksi obat atau efek samping yang tidak diinginkan. Pemantauan rutin terhadap kondisi kesehatan tetap diperlukan.
Penelitian lebih lanjut, khususnya uji klinis acak terkontrol pada manusia dengan sampel yang lebih besar, sangat direkomendasikan untuk mengkonfirmasi efektivitas, dosis optimal, dan profil keamanan jangka panjang dari Gynura procumbens.
Standarisasi ekstrak juga perlu menjadi fokus penelitian untuk memastikan konsistensi kualitas produk. Dengan demikian, potensi penuh dari herba ini dapat terealisasi secara aman dan efektif dalam praktik medis berbasis bukti.
Secara keseluruhan, Gynura procumbens, atau daun sambung nyawa, merupakan tanaman herbal dengan spektrum manfaat kesehatan yang luas, didukung oleh sejumlah besar penelitian praklinis.
Khasiatnya meliputi potensi antidiabetes, antihipertensi, antiinflamasi, antioksidan, dan bahkan antikanker, yang sebagian besar dikaitkan dengan kandungan fitokimia beragam di dalamnya.
Meskipun banyak klaim tradisional telah divalidasi secara ilmiah di laboratorium dan model hewan, transisi ke aplikasi klinis pada manusia memerlukan validasi yang lebih ketat melalui uji klinis berskala besar.
Meskipun menjanjikan, penting untuk mendekati penggunaannya dengan bijaksana, mempertimbangkan potensi interaksi obat dan perlunya konsultasi medis, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan yang sudah ada. Keamanan dan efikasi jangka panjang masih memerlukan penelitian mendalam.
Arah penelitian di masa depan harus fokus pada standardisasi ekstrak, elucidasi mekanisme molekuler yang lebih detail, dan pelaksanaan uji klinis yang komprehensif untuk mengkonfirmasi dosis terapeutik yang aman dan efektif pada populasi manusia.