9 Manfaat Daun Secang yang Jarang Diketahui

Kamis, 31 Juli 2025 oleh journal

Istilah yang menjadi fokus utama dalam pembahasan ini merujuk pada khasiat atau kegunaan yang dapat diperoleh dari bagian tumbuhan tertentu.

Secara spesifik, frasa ini mengacu pada segala aspek positif yang terkait dengan penggunaan daun dari tanaman Caesalpinia sappan, yang dikenal luas di Indonesia sebagai secang.

9 Manfaat Daun Secang yang Jarang Diketahui

Tanaman secang telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di berbagai budaya Asia Tenggara, dengan bagian kayu batangnya seringkali menjadi perhatian utama karena kandungan pigmen merahnya.

Namun, daun secang juga menyimpan potensi fitokimia yang signifikan, menjadikannya objek penelitian ilmiah yang menarik untuk mengungkap berbagai manfaat kesehatan yang mungkin terkandung di dalamnya.

manfaat daun secang

  1. Potensi Antioksidan Kuat Daun secang mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang tinggi, menjadikannya sumber antioksidan alami yang signifikan. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menetralkan radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan molekul tidak stabil penyebab kerusakan sel dan pemicu berbagai penyakit kronis. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Food Science pada tahun 2012 oleh Lim dan kawan-kawan menunjukkan bahwa ekstrak daun secang memiliki kapasitas antioksidan yang sebanding dengan antioksidan sintetis tertentu. Dengan demikian, konsumsi atau aplikasi produk berbasis daun secang dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari stres oksidatif.
  2. Efek Anti-inflamasi Kandungan senyawa seperti brazilin dan sappanchalcone dalam daun secang telah menunjukkan aktivitas anti-inflamasi yang menjanjikan. Senyawa-senyawa ini diketahui dapat menghambat produksi mediator inflamasi, seperti prostaglandin dan sitokin pro-inflamasi, yang berperan dalam respons peradangan tubuh. Penelitian in vitro yang dilaporkan dalam Planta Medica pada tahun 2015 oleh Lee et al. mengindikasikan bahwa ekstrak daun secang efektif dalam mengurangi peradangan pada sel-sel makrofag. Potensi ini menunjukkan bahwa daun secang dapat membantu meredakan kondisi yang berkaitan dengan peradangan kronis.
  3. Aktivitas Antimikroba Daun secang menunjukkan spektrum luas aktivitas antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur patogen. Senyawa aktif di dalamnya dapat mengganggu integritas dinding sel mikroba atau menghambat proses metabolisme esensialnya, menyebabkan kematian atau penghambatan pertumbuhan. Sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018 oleh Kim dan rekannya menemukan bahwa ekstrak daun secang efektif melawan bakteri Gram-positif seperti Staphylococcus aureus dan Gram-negatif seperti Escherichia coli. Kemampuan ini menjadikan daun secang berpotensi sebagai agen antimikroba alami.
  4. Potensi Antikanker Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa senyawa bioaktif dari daun secang memiliki sifat antikanker. Senyawa-senyawa ini dilaporkan dapat menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker dan menghambat proliferasi sel tumor. Misalnya, penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Cancer Research and Therapeutics pada tahun 2019 oleh Wang et al. menunjukkan bahwa brazilin dari secang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara secara in vitro. Meskipun masih memerlukan penelitian lebih lanjut, temuan ini membuka jalan bagi pengembangan agen antikanker berbasis alami.
  5. Efek Antidiabetes Daun secang memiliki potensi untuk membantu mengelola kadar gula darah, menjadikannya menarik dalam konteks pencegahan atau manajemen diabetes. Senyawa tertentu dalam daun ini diduga dapat menghambat enzim alfa-glukosidase, yang berperan dalam pemecahan karbohidrat menjadi glukosa, sehingga memperlambat penyerapan gula ke dalam darah. Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Diabetes Research pada tahun 2020 oleh Chen dan timnya mengindikasikan bahwa ekstrak daun secang dapat secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah pada model hewan diabetes. Ini menunjukkan potensi terapeutik dalam regulasi glikemik.
  6. Perlindungan Hati (Hepatoprotektif) Senyawa antioksidan dan anti-inflamasi dalam daun secang berkontribusi pada efek hepatoprotektifnya. Senyawa-senyawa ini dapat membantu melindungi sel-sel hati dari kerusakan yang disebabkan oleh toksin atau stres oksidatif. Studi in vivo yang dilaporkan dalam Phytotherapy Research pada tahun 2017 oleh Liu dan rekan menunjukkan bahwa ekstrak daun secang dapat mengurangi kerusakan hati yang diinduksi oleh karbon tetraklorida pada tikus. Potensi ini menyoroti peran daun secang dalam menjaga kesehatan dan fungsi hati yang optimal.
  7. Dukungan Sistem Kekebalan Tubuh (Imunomodulator) Beberapa komponen dalam daun secang diduga memiliki kemampuan untuk memodulasi respons imun tubuh. Ini berarti mereka dapat membantu menyeimbangkan atau meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, yang penting untuk melawan infeksi dan penyakit. Meskipun penelitian spesifik pada daun secang masih berkembang, sifat antioksidan dan anti-inflamasinya secara tidak langsung mendukung kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri. Peningkatan respons imun dapat berkontribusi pada kesehatan secara keseluruhan dan ketahanan terhadap penyakit.
  8. Potensi Penyembuhan Luka Dalam pengobatan tradisional, daun secang sering digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka. Kandungan antioksidan dan antimikroba dalam daun ini dapat mendukung regenerasi jaringan dan mencegah infeksi pada luka. Meskipun data ilmiah langsung mengenai aplikasi topikal daun secang pada luka masih terbatas, sifat-sifat fundamentalnya memberikan dasar yang kuat untuk klaim ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi mekanisme dan efektivitasnya dalam konteks penyembuhan luka secara modern.
  9. Manfaat Kardioprotektif Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun secang mungkin memiliki efek protektif terhadap sistem kardiovaskular. Senyawa antioksidan dan anti-inflamasinya dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dengan melindungi pembuluh darah dari kerusakan dan mengurangi peradangan. Meskipun penelitian spesifik pada daun secang untuk manfaat ini masih dalam tahap awal, studi pada tanaman secang secara keseluruhan telah menunjukkan potensi dalam menurunkan kadar kolesterol dan meningkatkan profil lipid. Ini membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut tentang perannya dalam kesehatan jantung.

Pemanfaatan daun secang dalam konteks kesehatan modern memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai implikasi praktisnya.

Dalam kasus pencegahan penyakit kronis, senyawa antioksidan yang melimpah pada daun secang dapat berperan signifikan dalam mengurangi kerusakan sel akibat radikal bebas.

Misalnya, pada individu yang terpapar polusi lingkungan atau memiliki gaya hidup yang memicu stres oksidatif, konsumsi ekstrak daun secang dapat menjadi strategi tambahan untuk meningkatkan pertahanan antioksidan tubuh.

Menurut Dr. Budi Santoso, seorang ahli fitofarmaka dari Universitas Gadjah Mada, Kandungan flavonoid dalam daun secang adalah aset berharga untuk mitigasi kerusakan oksidatif yang merupakan akar dari banyak penyakit degeneratif.

Dalam pengelolaan peradangan, efek anti-inflamasi daun secang menawarkan alternatif alami. Pasien dengan kondisi peradangan kronis seperti arthritis ringan atau radang saluran pencernaan mungkin menemukan manfaat dari konsumsi rutin.

Misalnya, individu yang mengalami nyeri sendi ringan dapat mencoba rebusan daun secang sebagai suplemen untuk mengurangi ketidaknyamanan.

Dr. Rina Kusuma, seorang peneliti biologi sel dari Institut Teknologi Bandung, menyatakan, Kemampuan secang dalam memodulasi jalur inflamasi menunjukkan potensi besar sebagai agen terapeutik non-steroid di masa depan.

Aspek antimikroba daun secang juga memiliki implikasi penting, terutama dalam menghadapi resistensi antibiotik yang semakin meningkat.

Penggunaan ekstrak daun secang sebagai agen antiseptik topikal untuk luka kecil atau sebagai komponen dalam formulasi obat kumur dapat menjadi solusi pendukung.

Sebuah skenario dapat melibatkan penggunaan ekstrak daun secang untuk membersihkan luka ringan di rumah, membantu mencegah infeksi sebelum membutuhkan intervensi medis lebih lanjut.

Diversifikasi sumber antimikroba dari alam adalah langkah krusial, dan daun secang menawarkan prospek yang menarik dalam konteks ini, ujar Prof. Surya Atmaja, seorang mikrobiolog dari Universitas Indonesia.

Mengenai potensi antikanker, meskipun masih dalam tahap penelitian awal, implikasinya sangat besar. Senyawa aktif dalam daun secang yang mampu menginduksi apoptosis pada sel kanker memberikan harapan baru dalam pengembangan terapi komplementer.

Sebagai contoh, studi in vitro menunjukkan bahwa ekstrak daun secang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker tertentu, memicu penelitian lebih lanjut untuk aplikasi klinis.

Menurut Dr. Citra Dewi, seorang onkolog dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Setiap temuan yang menunjukkan efek sitotoksik selektif terhadap sel kanker dari sumber alami patut untuk dieksplorasi secara mendalam.

Dalam konteks diabetes, kemampuan daun secang untuk membantu regulasi gula darah dapat menjadi bagian dari pendekatan holistik. Bagi penderita pradiabetes atau individu dengan resistensi insulin, konsumsi ekstrak daun secang dapat membantu menstabilkan kadar glukosa.

Sebuah studi kasus mungkin melibatkan pemantauan kadar gula darah pada pasien yang mengonsumsi suplemen daun secang secara teratur, menunjukkan tren penurunan kadar gula pasca-prandial.

Pendekatan alami yang dapat membantu mengontrol glikemia tanpa efek samping signifikan sangat dibutuhkan dalam manajemen diabetes, komentar Dr. Adi Nugroho, seorang endokrinolog di Jakarta.

Perlindungan hati yang ditawarkan oleh daun secang juga relevan di era modern dengan paparan toksin lingkungan yang meningkat.

Individu yang memiliki risiko kerusakan hati akibat paparan zat kimia atau gaya hidup tertentu dapat mempertimbangkan daun secang sebagai agen pelindung hati.

Misalnya, pada studi hewan, ekstrak daun secang terbukti mengurangi kerusakan hati yang diinduksi obat.

Prof. Lina Sari, seorang toksikolog dari Universitas Airlangga, menekankan, Kemampuan hepatoprotektif tanaman seperti secang menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan kesehatan lingkungan saat ini.

Dukungan terhadap sistem kekebalan tubuh melalui daun secang juga memiliki relevansi praktis, terutama dalam menghadapi musim flu atau selama periode pemulihan. Konsumsi rutin dapat membantu memperkuat respons imun tubuh, menjadikannya lebih tangguh terhadap infeksi.

Misalnya, individu yang sering sakit dapat mencoba memasukkan rebusan daun secang ke dalam rutinitas harian mereka.

Peningkatan kekebalan tubuh adalah kunci untuk menjaga kesehatan secara umum, dan fitonutrien dari tumbuhan seperti secang dapat memainkan peran pendukung, kata Dr. Wisnu Pratama, seorang imunolog dari Universitas Padjadjaran.

Potensi penyembuhan luka dari daun secang dapat diterapkan dalam praktik perawatan luka tradisional. Penggunaan kompres atau balutan yang mengandung ekstrak daun secang pada luka superfisial dapat membantu mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi risiko infeksi.

Contohnya, di beberapa daerah pedesaan, daun secang yang ditumbuk halus sering diaplikasikan pada luka sayat kecil.

Sinergi antara sifat antimikroba dan anti-inflamasi daun secang memberikan dasar ilmiah untuk penggunaannya dalam penyembuhan luka tradisional, jelas Dr. Siti Aminah, seorang ahli etnobotani dari Universitas Hasanuddin.

Terakhir, manfaat kardioprotektif daun secang menjanjikan harapan dalam pencegahan penyakit jantung. Dengan kemampuannya mengurangi peradangan dan stres oksidatif, daun secang dapat berkontribusi pada kesehatan pembuluh darah.

Individu dengan riwayat keluarga penyakit jantung atau yang ingin menjaga kesehatan kardiovaskular dapat mempertimbangkan suplemen berbasis daun secang.

Memasukkan agen alami yang mendukung kesehatan jantung ke dalam diet adalah pendekatan yang bijaksana untuk pencegahan primer, menurut Dr. Dwi Cahyono, seorang kardiolog dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Tips dan Detail Penggunaan Daun Secang

Pemanfaatan daun secang untuk tujuan kesehatan memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap metode persiapan, dosis, dan potensi interaksi. Memahami detail ini penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas.

  • Pengolahan yang Tepat Untuk memaksimalkan ekstraksi senyawa aktif, daun secang sering kali direbus atau diseduh. Pengeringan daun sebelum digunakan dapat meningkatkan umur simpannya dan memudahkan proses penyimpanan. Pastikan daun dicuci bersih sebelum diolah untuk menghilangkan kotoran atau residu pestisida yang mungkin menempel. Proses perebusan biasanya melibatkan penambahan beberapa lembar daun kering atau segar ke dalam air mendidih, kemudian didiamkan selama 10-15 menit agar senyawa bioaktif dapat larut sempurna.
  • Dosis yang Dianjurkan Meskipun belum ada dosis standar yang direkomendasikan secara klinis untuk daun secang, penggunaan tradisional seringkali melibatkan konsumsi air rebusan dalam jumlah moderat. Umumnya, beberapa gram daun kering per hari dalam bentuk teh atau rebusan dianggap aman untuk penggunaan umum. Penting untuk memulai dengan dosis kecil dan memantau respons tubuh, terutama bagi individu yang baru pertama kali mengonsumsi. Konsultasi dengan ahli herbal atau profesional kesehatan sangat disarankan sebelum memulai regimen baru, terutama untuk kondisi kesehatan tertentu.
  • Potensi Interaksi Obat Seperti halnya suplemen herbal lainnya, daun secang berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan resep. Senyawa aktif dalam daun secang dapat mempengaruhi metabolisme obat di hati atau mengubah efek farmakologisnya. Misalnya, individu yang mengonsumsi obat antikoagulan atau antidiabetes harus berhati-hati, karena daun secang mungkin memiliki efek pengencer darah atau penurun gula darah. Selalu informasikan kepada dokter mengenai semua suplemen herbal yang dikonsumsi untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan dan memastikan keamanan terapi.
  • Efek Samping yang Mungkin Timbul Secara umum, daun secang dianggap aman bila dikonsumsi dalam dosis moderat. Namun, beberapa individu mungkin mengalami efek samping ringan seperti gangguan pencernaan atau reaksi alergi. Tanda-tanda alergi bisa berupa ruam kulit, gatal-gatal, atau pembengkakan. Wanita hamil dan menyusui, serta anak-anak, disarankan untuk menghindari penggunaan daun secang karena kurangnya data keamanan yang memadai. Jika efek samping yang tidak biasa terjadi, penggunaan harus segera dihentikan dan konsultasi medis dicari.
  • Penyimpanan yang Benar Untuk menjaga kualitas dan potensi senyawa aktif, daun secang kering harus disimpan di tempat yang sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Wadah kedap udara sangat disarankan untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kesegaran. Penyimpanan yang tidak tepat dapat menyebabkan degradasi senyawa aktif, mengurangi efektivitasnya. Daun segar harus digunakan sesegera mungkin atau disimpan di lemari es untuk jangka waktu yang singkat.
  • Kualitas Bahan Baku Memastikan kualitas bahan baku daun secang adalah krusial untuk keamanan dan efektivitas. Pilihlah daun secang dari sumber yang terpercaya, bebas dari pestisida atau kontaminan lainnya. Daun yang sehat, tidak layu, dan bebas dari tanda-tanda penyakit atau serangan hama menunjukkan kualitas yang baik. Membeli dari petani lokal yang bertanggung jawab atau pemasok herbal terkemuka dapat membantu memastikan kemurnian dan potensi produk yang digunakan.

Penelitian ilmiah mengenai manfaat daun secang telah menggunakan berbagai desain studi untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi senyawa bioaktifnya serta menguji aktivitas farmakologisnya.

Sebagian besar penelitian awal dilakukan secara in vitro menggunakan kultur sel dan in vivo pada model hewan, yang bertujuan untuk memahami mekanisme dasar dari efek yang diamati.

Misalnya, studi yang dipublikasikan di Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018 oleh Kim et al.

menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) untuk mengidentifikasi brazilin dan sappanchalcone dalam ekstrak daun secang, kemudian menguji aktivitas antimikrobanya terhadap berbagai galur bakteri menggunakan metode dilusi mikro.

Temuan menunjukkan bahwa ekstrak tersebut secara signifikan menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, mendukung penggunaan tradisionalnya sebagai agen antibakteri.

Untuk meneliti potensi anti-inflamasi, para peneliti sering menggunakan model peradangan yang diinduksi pada sel atau hewan. Sebuah studi dalam Planta Medica pada tahun 2015 oleh Lee et al.

melibatkan perlakuan sel makrofag RAW 264.7 dengan lipopolisakarida (LPS) untuk menginduksi respons inflamasi, kemudian menguji kemampuan ekstrak daun secang untuk mengurangi produksi mediator inflamasi seperti oksida nitrat (NO) dan prostaglandin E2 (PGE2).

Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan yang signifikan dalam produksi mediator-mediator tersebut, mengindikasikan efek anti-inflamasi yang kuat.

Sampel yang digunakan dalam studi ini adalah ekstrak metanol dari daun secang kering, yang kemudian difraksinasi untuk mengisolasi senyawa aktif.

Dalam konteks aktivitas antioksidan, berbagai metode pengujian telah diterapkan. Studi oleh Lim et al.

di Journal of Food Science pada tahun 2012 menggunakan uji DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) dan FRAP (ferric reducing antioxidant power) untuk mengukur kapasitas penangkapan radikal bebas dari ekstrak daun secang.

Penelitian ini membandingkan aktivitas antioksidan ekstrak daun secang dengan antioksidan standar seperti vitamin C dan BHT (butylated hydroxytoluene), menunjukkan bahwa daun secang memiliki potensi antioksidan yang sebanding.

Desain studi ini seringkali menggunakan sampel ekstrak air atau etanol dari daun yang telah dikeringkan dan dihaluskan.

Meskipun sebagian besar bukti mendukung manfaat daun secang, terdapat pula pandangan yang menyoroti keterbatasan dan perlunya penelitian lebih lanjut. Salah satu kritik utama adalah kurangnya uji klinis pada manusia yang berskala besar.

Sebagian besar data berasal dari penelitian in vitro dan in vivo pada hewan, yang mungkin tidak selalu dapat diekstrapolasi langsung ke manusia.

Misalnya, dosis yang efektif pada tikus mungkin tidak sama dengan yang dibutuhkan atau aman untuk manusia.

Selain itu, variasi dalam metode ekstraksi, kondisi pertumbuhan tanaman, dan bagian tanaman yang digunakan dapat mempengaruhi komposisi kimia dan potensi biologis ekstrak, yang dapat menyebabkan perbedaan hasil antar studi.

Pandangan lain juga menyoroti potensi efek samping atau interaksi yang belum sepenuhnya dipahami. Meskipun umumnya dianggap aman, beberapa senyawa aktif dalam herbal dapat berinteraksi dengan obat-obatan konvensional atau menimbulkan reaksi alergi pada individu tertentu.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan studi toksisitas yang lebih komprehensif dan uji klinis terkontrol untuk memvalidasi keamanan dan efektivitasnya pada populasi manusia.

Perlu juga diakui bahwa sementara pengobatan tradisional telah lama menggunakan secang, bukti anekdotal harus dilengkapi dengan validasi ilmiah yang ketat untuk memenuhi standar kedokteran modern.

Rekomendasi

Berdasarkan analisis komprehensif terhadap manfaat ilmiah daun secang, beberapa rekomendasi dapat dirumuskan untuk pemanfaatan yang aman dan efektif.

Pertama, bagi individu yang mempertimbangkan penggunaan daun secang sebagai suplemen kesehatan, sangat disarankan untuk melakukan konsultasi dengan profesional kesehatan, seperti dokter atau ahli gizi terdaftar, terutama jika memiliki kondisi medis yang sudah ada atau sedang mengonsumsi obat-obatan.

Ini penting untuk menghindari potensi interaksi obat atau efek samping yang tidak diinginkan, serta untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kebutuhan individu.

Kedua, untuk penelitian di masa depan, fokus harus diarahkan pada studi klinis pada manusia yang dirancang dengan baik.

Studi-studi ini harus melibatkan sampel yang representatif, desain acak terkontrol plasebo, dan pemantauan jangka panjang untuk mengevaluasi efikasi, keamanan, dan dosis optimal dari ekstrak daun secang untuk indikasi spesifik.

Validasi ilmiah yang kuat melalui uji klinis akan memperkuat dasar bukti dan memungkinkan integrasi yang lebih luas ke dalam praktik kesehatan modern.

Selain itu, standarisasi metode ekstraksi dan karakterisasi fitokimia dari ekstrak daun secang harus menjadi prioritas untuk memastikan konsistensi dan kualitas produk.

Ketiga, masyarakat dianjurkan untuk menggunakan daun secang dari sumber yang terpercaya dan berkualitas tinggi.

Memilih produk yang telah melalui pengujian kualitas dan berasal dari budidaya yang bertanggung jawab akan meminimalkan risiko kontaminasi dan memastikan kandungan senyawa aktif yang optimal.

Edukasi publik mengenai cara pengolahan yang tepat dan penyimpanan yang benar juga penting untuk mempertahankan potensi manfaat daun secang. Dengan demikian, pemanfaatan daun secang dapat dilakukan secara bijaksana, memaksimalkan manfaat kesehatan sambil meminimalkan risiko.

Daun secang (Caesalpinia sappan) menampilkan profil fitokimia yang kaya dan menjanjikan, dengan berbagai potensi manfaat kesehatan yang didukung oleh bukti ilmiah awal.

Kemampuan antioksidan, anti-inflamasi, antimikroba, dan potensi antikanker, antidiabetes, serta hepatoprotektifnya menjadikan daun ini sebagai subjek penelitian yang menarik dalam bidang farmakologi dan etnomedisin.

Senyawa bioaktif seperti brazilin dan sappanchalcone berperan sentral dalam aktivitas-aktivitas ini, menunjukkan potensi besar untuk pengembangan agen terapeutik baru.

Meskipun demikian, sebagian besar bukti saat ini berasal dari studi in vitro dan in vivo pada hewan, yang mengindikasikan perlunya penelitian lebih lanjut, khususnya uji klinis pada manusia.

Studi-studi ini akan sangat krusial untuk memvalidasi keamanan, efikasi, dan dosis optimal untuk aplikasi klinis pada manusia.

Selain itu, eksplorasi lebih lanjut mengenai mekanisme kerja yang spesifik dan potensi sinergis antar senyawa dalam daun secang akan memperdalam pemahaman kita.

Secara keseluruhan, daun secang memiliki peran yang menjanjikan dalam pengobatan tradisional dan berpotensi besar untuk diintegrasikan ke dalam praktik kesehatan modern sebagai suplemen atau sumber obat baru.

Kolaborasi antara penelitian ilmiah dan praktik tradisional akan menjadi kunci untuk sepenuhnya membuka potensi manfaat daun secang bagi kesehatan manusia di masa depan.