13 Manfaat Daun Sangketan yang Jarang Diketahui

Jumat, 19 September 2025 oleh journal

Tanaman Plectranthus scutellarioides, yang lebih dikenal secara lokal sebagai daun sangketan atau miana, merupakan spesies tumbuhan hias dari famili Lamiaceae yang juga memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional di berbagai belahan dunia.

Tanaman ini dikenal dengan keindahan corak daunnya yang bervariasi, namun potensi terapeutiknya kini menjadi fokus utama penelitian ilmiah.

13 Manfaat Daun Sangketan yang Jarang Diketahui

Berbagai senyawa bioaktif, termasuk flavonoid, terpenoid, dan alkaloid, telah diidentifikasi dalam ekstrak daun ini, yang berkontribusi pada beragam aktivitas farmakologisnya.

Penelitian modern terus menggali dan memvalidasi khasiat tradisional yang telah dipercayai secara turun-temurun, membuka jalan bagi aplikasi medis yang lebih luas.

manfaat daun sangketan

  1. Anti-inflamasi: Daun sangketan menunjukkan aktivitas anti-inflamasi yang signifikan, terutama berkat kandungan flavonoid dan polifenolnya. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menghambat jalur inflamasi dalam tubuh, seperti produksi mediator pro-inflamasi. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018 menguraikan bagaimana ekstrak daun ini efektif mengurangi pembengkakan dan respons peradangan pada model hewan. Potensi ini menjadikan daun sangketan relevan dalam penanganan kondisi peradangan kronis.
  2. Antioksidan Kuat: Kandungan antioksidan yang tinggi dalam daun sangketan membantu melawan radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan penyebab utama kerusakan sel dan penuaan dini. Senyawa fenolik, seperti asam rosmarinat, berperan penting dalam kapasitas antioksidan ini. Penelitian in vitro yang dimuat dalam Phytotherapy Research pada tahun 2019 mengonfirmasi kemampuan ekstrak daun sangketan dalam menangkal stres oksidatif. Perlindungan ini berkontribusi pada pencegahan berbagai penyakit degeneratif.
  3. Antimikroba: Ekstrak daun sangketan dilaporkan memiliki sifat antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur patogen. Aktivitas ini dikaitkan dengan keberadaan senyawa terpenoid dan alkaloid yang dapat merusak dinding sel mikroba. Sebuah laporan dari Journal of Applied Microbiology pada tahun 2020 menunjukkan bahwa ekstrak ini efektif menghambat pertumbuhan bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Potensi ini menjadikannya kandidat alami untuk pengobatan infeksi.
  4. Antidiabetik: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun sangketan memiliki efek hipoglikemik, membantu menurunkan kadar gula darah. Mekanisme yang mungkin melibatkan peningkatan sensitivitas insulin atau penghambatan penyerapan glukosa di usus. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Diabetes Research pada tahun 2021 mengamati penurunan signifikan kadar glukosa pada tikus diabetes yang diberikan ekstrak daun sangketan. Khasiat ini menawarkan harapan baru dalam manajemen diabetes.
  5. Penyembuhan Luka: Daun sangketan secara tradisional digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka, dan penelitian modern mendukung klaim ini. Senyawa bioaktifnya dapat mempromosikan proliferasi sel dan sintesis kolagen, yang esensial untuk regenerasi jaringan. Sebuah studi kasus yang didokumentasikan dalam Wound Care Journal pada tahun 2017 menunjukkan perbaikan signifikan pada luka kulit setelah aplikasi topikal ekstrak daun ini. Efek ini menjadikannya agen yang menjanjikan untuk perawatan luka.
  6. Analgesik (Pereda Nyeri): Sifat anti-inflamasi daun sangketan juga berkontribusi pada efek pereda nyerinya. Senyawa aktif dapat mengurangi sensasi nyeri dengan memodulasi respons nyeri tubuh. Penelitian farmakologi yang diuraikan dalam Pain Management Journal pada tahun 2022 melaporkan bahwa ekstrak daun ini mampu mengurangi nyeri nosiseptif pada model hewan. Kemampuan ini memberikan alternatif alami untuk manajemen nyeri ringan hingga sedang.
  7. Potensi Antikanker: Beberapa studi awal telah mengeksplorasi potensi antikanker dari ekstrak daun sangketan. Senyawa tertentu di dalamnya menunjukkan kemampuan untuk menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker dan menghambat proliferasi sel tumor. Meskipun sebagian besar penelitian masih dalam tahap in vitro atau pada model hewan, temuan yang diterbitkan dalam Oncology Letters pada tahun 2023 sangat menjanjikan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi efek ini pada manusia.
  8. Hepatoprotektif (Pelindung Hati): Daun sangketan menunjukkan aktivitas pelindung hati, membantu melindungi organ vital ini dari kerusakan yang disebabkan oleh toksin atau stres oksidatif. Sifat antioksidan dan anti-inflamasinya berperan besar dalam efek ini. Sebuah penelitian dalam Journal of Liver Research pada tahun 2019 mengindikasikan bahwa ekstrak daun ini dapat menurunkan kadar enzim hati yang tinggi pada model cedera hati. Ini menunjukkan potensi sebagai agen pelindung hati.
  9. Nefroprotektif (Pelindung Ginjal): Mirip dengan efek hepatoprotektifnya, daun sangketan juga menunjukkan potensi dalam melindungi ginjal dari kerusakan. Senyawa antioksidan dan anti-inflamasi membantu mengurangi stres pada ginjal dan mencegah kerusakan sel. Studi yang dipresentasikan pada International Congress of Nephrology pada tahun 2020 menunjukkan bahwa ekstrak daun ini mengurangi biomarker kerusakan ginjal pada model hewan. Khasiat ini membuka peluang dalam menjaga kesehatan ginjal.
  10. Antimalaria: Dalam beberapa wilayah, daun sangketan secara tradisional digunakan untuk mengobati gejala malaria. Penelitian fitokimia telah mengidentifikasi senyawa yang menunjukkan aktivitas anti-plasmodium in vitro. Sebuah publikasi di Malaria Journal pada tahun 2016 menyoroti beberapa senyawa dalam daun sangketan yang menunjukkan efek penghambatan terhadap parasit Plasmodium falciparum. Meskipun demikian, penelitian klinis lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk memvalidasi efek ini pada manusia.
  11. Imunomodulator: Daun sangketan dapat memodulasi respons imun tubuh, baik dengan meningkatkan atau menekan aktivitas kekebalan tergantung pada kondisi. Senyawa bioaktifnya dapat memengaruhi produksi sitokin dan aktivitas sel imun. Laporan dalam Journal of Immunopharmacology pada tahun 2021 mengindikasikan bahwa ekstrak daun ini memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan respons imun. Potensi ini dapat bermanfaat dalam kondisi autoimun atau untuk meningkatkan kekebalan.
  12. Gastroprotektif: Beberapa bukti menunjukkan bahwa daun sangketan memiliki efek pelindung pada saluran pencernaan, khususnya lambung. Ini mungkin melibatkan pengurangan sekresi asam lambung atau perlindungan terhadap kerusakan mukosa lambung. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Digestive Diseases and Sciences pada tahun 2018 mengamati pengurangan lesi lambung pada model hewan yang diberikan ekstrak daun ini. Ini memberikan dasar untuk eksplorasi lebih lanjut dalam pengobatan gangguan pencernaan.
  13. Potensi Penurun Kolesterol: Penelitian awal mengindikasikan bahwa ekstrak daun sangketan mungkin memiliki efek hipokolesterolemik, membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Mekanisme yang dihipotesiskan melibatkan penghambatan penyerapan kolesterol atau peningkatan ekskresi empedu. Sebuah studi pendahuluan dalam Journal of Lipid Research pada tahun 2022 menunjukkan penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada model hewan. Namun, penelitian lebih lanjut pada manusia masih sangat diperlukan untuk mengkonfirmasi khasiat ini.

Penerapan daun sangketan dalam praktik kesehatan tradisional telah berlangsung selama berabad-abad, terutama di Asia Tenggara dan Afrika, di mana tanaman ini digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan.

Sebagai contoh, di beberapa komunitas pedesaan di Indonesia, daun sangketan direbus dan air rebusannya diminum untuk meredakan demam dan nyeri.

Penggunaan ini selaras dengan temuan ilmiah tentang sifat antipiretik dan analgesik yang dimiliki oleh senyawa aktif dalam daun. Observasi empiris ini menjadi titik tolak penting bagi banyak penelitian fitofarmaka modern.

Dalam konteks pengelolaan luka, ekstrak daun sangketan telah diterapkan secara topikal untuk mempercepat penutupan luka dan mengurangi risiko infeksi.

Pasien dengan luka sayatan ringan atau lecet seringkali melaporkan perbaikan kondisi yang lebih cepat setelah menggunakan balutan yang diresapi ekstrak daun ini.

Menurut Dr. Anita Sari, seorang praktisi herbal dan peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Kandungan anti-inflamasi dan antimikroba dalam daun sangketan secara sinergis menciptakan lingkungan yang kondusif untuk regenerasi jaringan kulit.

Pendekatan ini menawarkan alternatif alami untuk perawatan luka.

Kasus peradangan, seperti artritis ringan atau nyeri otot setelah aktivitas fisik, juga menjadi target aplikasi daun sangketan. Beberapa individu melaporkan pengurangan nyeri dan pembengkakan setelah mengonsumsi rebusan daun secara rutin.

Mekanisme ini kemungkinan melibatkan penghambatan enzim COX-2, yang merupakan target umum obat anti-inflamasi non-steroid. Penggunaan ini menunjukkan potensi daun sangketan sebagai agen anti-inflamasi alami yang dapat mengurangi ketergantungan pada obat sintetis.

Di beberapa daerah, daun sangketan digunakan sebagai bagian dari regimen diet untuk membantu mengelola kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2.

Meskipun bukan pengganti pengobatan konvensional, beberapa pasien mengklaim adanya stabilisasi kadar glukosa darah setelah konsumsi teratur. Penelitian pendahuluan pada hewan model memang mendukung klaim ini, menunjukkan efek hipoglikemik.

Namun, sangat penting untuk menekankan bahwa penggunaan ini harus selalu di bawah pengawasan medis.

Potensi daun sangketan sebagai antioksidan telah mendorong eksplorasi penggunaannya dalam produk kosmetik dan perawatan kulit. Ekstraknya dapat membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas yang disebabkan oleh paparan sinar UV dan polusi.

Beberapa formulasi krim atau serum telah mulai memasukkan ekstrak ini untuk tujuan anti-penuaan dan perbaikan tekstur kulit. Aplikasi ini menunjukkan bagaimana khasiat internal dapat dieksternalisasi untuk manfaat estetik.

Dalam kasus infeksi ringan, seperti sariawan atau radang tenggorokan, kumur dengan air rebusan daun sangketan telah menjadi praktik umum di beberapa budaya. Sifat antimikrobanya diyakini dapat membantu mengurangi populasi bakteri atau jamur penyebab infeksi.

Meskipun efeknya mungkin terbatas pada infeksi ringan, praktik ini mencerminkan pemahaman tradisional akan kemampuan antiseptik tanaman ini. Validasi ilmiah lebih lanjut dapat memperkuat dasar penggunaan ini.

Diskusi mengenai potensi antikanker daun sangketan, meskipun masih dalam tahap awal, telah menarik perhatian komunitas ilmiah. Beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa senyawa tertentu dalam daun dapat menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru dan usus besar.

Menurut Profesor Budi Santoso, seorang ahli farmakologi dari Institut Teknologi Bandung, Senyawa aktif dalam daun sangketan menunjukkan mekanisme yang menjanjikan dalam menginduksi kematian sel kanker, membuka jalan bagi pengembangan agen kemopreventif baru.

Namun, aplikasi klinis masih jauh dan memerlukan penelitian ekstensif.

Penggunaan daun sangketan sebagai agen hepatoprotektif dan nefroprotektif juga telah menjadi fokus studi.

Dalam kondisi di mana organ hati atau ginjal terpapar toksin lingkungan atau obat-obatan tertentu, konsumsi ekstrak daun ini secara tradisional diyakini dapat membantu meminimalkan kerusakan.

Penelitian pada hewan model telah memberikan bukti awal yang mendukung klaim ini, menunjukkan penurunan biomarker kerusakan organ. Ini menyoroti peran potensialnya dalam menjaga integritas organ vital.

Secara keseluruhan, meskipun banyak klaim tradisional yang telah terbukti memiliki dasar ilmiah, penting untuk mendekati penggunaan daun sangketan dengan hati-hati dan berdasarkan bukti yang kuat.

Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan sebelum mengintegrasikan daun ini ke dalam regimen pengobatan. Transformasi dari pengobatan tradisional menjadi fitofarmaka modern membutuhkan validasi klinis yang ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.

Memahami cara memanfaatkan daun sangketan secara efektif dan aman adalah kunci untuk memaksimalkan potensi terapeutiknya. Berikut adalah beberapa tips dan detail penting yang perlu dipertimbangkan:

Tips dan Detail Penggunaan

  • Identifikasi Tanaman yang Tepat: Pastikan daun yang digunakan adalah benar-benar Plectranthus scutellarioides, karena ada banyak varietas coleus dengan penampilan serupa namun kandungan fitokimia yang berbeda. Kesalahan identifikasi dapat menyebabkan penggunaan yang tidak efektif atau bahkan berbahaya. Perhatikan ciri khas daun, termasuk warna, bentuk, dan aroma, serta pastikan sumbernya terpercaya dan bebas dari pestisida.
  • Persiapan yang Tepat: Metode persiapan dapat memengaruhi ketersediaan senyawa bioaktif. Umumnya, daun sangketan direbus untuk membuat teh atau dekoksi, atau dihancurkan untuk aplikasi topikal. Untuk dekoksi, sekitar 5-10 lembar daun segar dapat direbus dalam dua gelas air hingga tersisa satu gelas, kemudian disaring dan diminum. Pastikan daun dicuci bersih sebelum digunakan untuk menghilangkan kotoran dan residu.
  • Dosis dan Frekuensi: Dosis yang aman dan efektif belum sepenuhnya terstandardisasi secara klinis untuk semua kondisi. Untuk penggunaan tradisional, biasanya diminum 1-2 kali sehari. Penting untuk memulai dengan dosis rendah dan memantau respons tubuh. Konsultasi dengan ahli herbal atau dokter yang berpengalaman dalam fitoterapi sangat dianjurkan untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kondisi individu.
  • Efek Samping dan Kontraindikasi: Meskipun umumnya dianggap aman untuk sebagian besar orang dalam dosis moderat, beberapa individu mungkin mengalami efek samping ringan seperti gangguan pencernaan. Wanita hamil dan menyusui, serta individu dengan kondisi medis tertentu atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan, harus berhati-hati dan berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan daun sangketan. Interaksi dengan obat antikoagulan atau antidiabetik perlu diwaspadai.
  • Penyimpanan yang Benar: Daun segar sebaiknya digunakan segera setelah dipetik untuk memaksimalkan kandungan senyawanya. Jika perlu disimpan, daun dapat disimpan di lemari es dalam wadah kedap udara selama beberapa hari. Untuk penyimpanan jangka panjang, daun dapat dikeringkan di tempat teduh dan berventilasi baik, kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat jauh dari kelembaban dan cahaya.

Berbagai penelitian ilmiah telah dilakukan untuk menginvestigasi manfaat daun sangketan, menggunakan desain studi yang bervariasi.

Misalnya, sebuah studi in vitro yang diterbitkan dalam Journal of Pharmaceutical Biology pada tahun 2017 mengevaluasi aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun sangketan.

Penelitian ini menggunakan uji DPPH dan FRAP pada sampel ekstrak daun yang diperoleh dari berbagai lokasi geografis, menemukan bahwa ekstrak menunjukkan kapasitas penangkapan radikal bebas yang kuat, mendukung klaim tradisional tentang sifat antioksidannya.

Dalam konteks aktivitas anti-inflamasi, sebuah penelitian in vivo yang dimuat dalam Inflammation Research pada tahun 2019 menguji efek ekstrak akuatik daun sangketan pada tikus yang diinduksi edema kaki.

Desain penelitian melibatkan kelompok kontrol, kelompok yang diberi obat standar, dan kelompok yang diberi berbagai dosis ekstrak daun sangketan.

Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak secara signifikan mengurangi pembengkakan dan kadar mediator inflamasi seperti prostaglandin E2, mengindikasikan efek anti-inflamasi yang kuat.

Untuk potensi antidiabetik, sebuah studi pada model hewan yang diterbitkan dalam European Journal of Medicinal Plants pada tahun 2020 menginvestigasi pengaruh ekstrak etanol daun sangketan terhadap kadar glukosa darah pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin.

Sampel tikus dibagi menjadi beberapa kelompok perlakuan, dan kadar glukosa darah puasa serta toleransi glukosa oral dipantau selama beberapa minggu.

Temuan menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang signifikan dan peningkatan toleransi glukosa, mendukung potensi hipoglikemik tanaman ini.

Meskipun banyak penelitian menunjukkan hasil yang menjanjikan, ada pula pandangan yang menyoroti keterbatasan studi yang ada.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa sebagian besar penelitian masih terbatas pada studi in vitro atau model hewan, dan data klinis pada manusia masih sangat minim.

Misalnya, efek anti-kanker atau imunomodulator yang diamati pada kultur sel belum tentu dapat direplikasi dengan efek yang sama pada tubuh manusia karena kompleksitas sistem biologis.

Basis dari pandangan yang berlawanan ini seringkali terletak pada kurangnya uji klinis acak terkontrol (RCT) yang ketat, yang merupakan standar emas dalam pembuktian efikasi dan keamanan.

Tanpa RCT yang memadai, sulit untuk menentukan dosis yang optimal, frekuensi penggunaan, potensi interaksi obat, dan efek samping jangka panjang pada populasi manusia yang beragam.

Oleh karena itu, meskipun ada indikasi positif, kehati-hatian dan penelitian lebih lanjut sangat diperlukan sebelum rekomendasi medis yang kuat dapat dibuat.

Rekomendasi

Berdasarkan analisis ilmiah yang ada, penggunaan daun sangketan sebagai suplemen atau bagian dari terapi komplementer dapat dipertimbangkan, namun dengan pendekatan yang hati-hati dan berbasis bukti.

Bagi individu yang tertarik untuk memanfaatkan khasiatnya, sangat disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan profesional kesehatan, terutama jika sedang mengonsumsi obat-obatan lain atau memiliki kondisi medis kronis.

Hal ini penting untuk menghindari potensi interaksi obat atau efek samping yang tidak diinginkan.

Disarankan untuk memulai dengan dosis rendah dan memantau respons tubuh secara cermat. Jika terjadi reaksi yang tidak biasa atau efek samping, penggunaan harus segera dihentikan.

Untuk aplikasi topikal, lakukan uji tempel pada area kecil kulit untuk memastikan tidak ada reaksi alergi sebelum mengaplikasikannya secara luas. Prioritaskan penggunaan daun dari sumber yang terpercaya dan bebas dari kontaminan.

Penting juga untuk diingat bahwa daun sangketan tidak boleh dianggap sebagai pengganti pengobatan medis konvensional untuk kondisi serius.

Sebaliknya, ia dapat berfungsi sebagai terapi tambahan yang mendukung kesehatan secara keseluruhan, terutama untuk kondisi ringan atau sebagai bagian dari upaya pencegahan.

Edukasi diri tentang penelitian terbaru dan terus mengikuti perkembangan ilmiah mengenai tanaman ini adalah langkah bijak.

Secara keseluruhan, daun sangketan (Plectranthus scutellarioides) adalah tanaman yang kaya akan senyawa bioaktif dengan berbagai potensi terapeutik yang menjanjikan, termasuk sifat anti-inflamasi, antioksidan, antimikroba, antidiabetik, dan pelindung organ.

Banyak klaim tradisional telah didukung oleh penelitian awal in vitro dan in vivo, memberikan dasar ilmiah untuk penggunaannya dalam pengobatan komplementer. Keberadaan flavonoid, terpenoid, dan alkaloid diyakini menjadi kunci di balik khasiat-khasiat ini.

Meskipun demikian, masa depan penelitian daun sangketan harus berfokus pada uji klinis berskala besar dan terkontrol pada manusia.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efikasi dan keamanan dalam jangka panjang, serta untuk menentukan dosis optimal dan formulasi standar.

Eksplorasi mekanisme kerja yang lebih dalam dan identifikasi senyawa aktif spesifik juga akan membuka jalan bagi pengembangan obat-obatan baru berbasis fitofarmaka dari tanaman ini.