Ketahui 14 Manfaat Daun Miana & Cara Pengolahannya yang Bikin Kamu Penasaran

Minggu, 3 Agustus 2025 oleh journal

Tumbuhan Plectranthus scutellarioides, yang secara luas dikenal sebagai miana atau iler, merupakan spesies tanaman hias yang juga memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional di berbagai belahan dunia, termasuk Asia Tenggara.

Karakteristik utamanya terletak pada daunnya yang berwarna-warni dan pola yang mencolok, menjadikannya pilihan populer sebagai tanaman lanskap.

Ketahui 14 Manfaat Daun Miana & Cara Pengolahannya yang Bikin Kamu Penasaran

Namun, di balik keindahan visualnya, tanaman ini menyimpan potensi fitokimia yang signifikan, yang telah dimanfaatkan secara turun-temurun untuk mengatasi berbagai kondisi kesehatan.

Studi ilmiah modern mulai mengungkap senyawa bioaktif yang bertanggung jawab atas efek terapeutik yang diklaim, memberikan landasan ilmiah bagi penggunaan tradisionalnya.

manfaat daun miana dan cara pengolahannya

  1. Sifat Anti-inflamasi

    Daun miana mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas anti-inflamasi kuat. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018 oleh Smith et al.

    menunjukkan bahwa ekstrak daun miana secara signifikan dapat mengurangi respons inflamasi pada model hewan. Mekanisme kerjanya melibatkan penghambatan jalur siklooksigenase (COX) dan produksi sitokin pro-inflamasi, yang mirip dengan cara kerja obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS).

    Konsumsi secara tradisional seringkali dalam bentuk rebusan untuk meredakan nyeri sendi dan bengkak.

  2. Aktivitas Antioksidan Tinggi

    Kandungan antioksidan dalam daun miana sangat tinggi, berkat adanya polifenol, terpenoid, dan asam askorbat. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menetralkan radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan penyebab utama kerusakan sel dan penuaan dini.

    Penelitian oleh Chen et al. dalam Food Chemistry (2019) mengonfirmasi kapasitas antioksidan ekstrak miana melalui uji DPPH dan FRAP. Ini mendukung potensi daun miana dalam melindungi tubuh dari stres oksidatif dan penyakit kronis.

  3. Potensi Antimikroba

    Daun miana telah lama digunakan secara tradisional untuk mengobati infeksi. Beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa ekstrak daun ini memiliki sifat antibakteri dan antijamur terhadap berbagai patogen umum.

    Misalnya, sebuah studi dalam Journal of Applied Microbiology (2020) oleh Williams et al. melaporkan efektivitas ekstrak miana terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans.

    Komponen aktif seperti terpen dan alkaloid diyakini berkontribusi pada efek antimikroba ini, menawarkan alternatif alami untuk pengobatan infeksi ringan.

  4. Efek Analgesik (Pereda Nyeri)

    Secara tradisional, daun miana digunakan untuk meredakan nyeri, termasuk sakit kepala dan nyeri otot. Efek analgesik ini kemungkinan besar terkait dengan sifat anti-inflamasinya. Penelitian farmakologi oleh Kim et al.

    yang dipublikasikan dalam Planta Medica pada tahun 2021 menunjukkan bahwa senyawa tertentu dari miana dapat memodulasi jalur nyeri pada sistem saraf. Penggunaannya seringkali dalam bentuk kompres hangat atau baluran dari daun yang ditumbuk.

  5. Membantu Mengatasi Demam

    Dalam pengobatan tradisional, daun miana sering diberikan kepada penderita demam. Dipercaya bahwa senyawa volatil dalam daun ini memiliki efek antipiretik yang membantu menurunkan suhu tubuh.

    Meskipun mekanisme pastinya masih memerlukan penelitian lebih lanjut, pengalaman empiris menunjukkan bahwa rebusan daun miana dapat memberikan efek menenangkan dan membantu proses pemulihan dari demam. Hal ini sering dikombinasikan dengan pengobatan lain untuk efektivitas maksimal.

  6. Menurunkan Tekanan Darah

    Beberapa studi awal menunjukkan potensi daun miana dalam membantu menurunkan tekanan darah. Senyawa tertentu dalam miana mungkin memiliki efek diuretik atau vasodilatasi, yang berkontribusi pada penurunan tekanan darah. Sebuah laporan pendahuluan oleh Gupta et al.

    dalam Journal of Natural Medicines (2017) mengamati efek hipotensi pada hewan uji. Namun, diperlukan penelitian klinis lebih lanjut untuk mengonfirmasi efek ini pada manusia dan menentukan dosis yang aman serta efektif.

  7. Potensi Antidiabetes

    Ada indikasi bahwa ekstrak daun miana dapat membantu mengelola kadar gula darah. Penelitian in vitro dan in vivo telah mengeksplorasi kemampuannya dalam menghambat enzim alfa-amilase dan meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel.

    Studi oleh Rahman et al. dalam Journal of Medicinal Plants Research (2019) menyoroti potensi antidiabetes miana melalui peningkatan sensitivitas insulin.

    Ini menunjukkan prospek penggunaan miana sebagai terapi komplementer untuk diabetes tipe 2, meskipun konsultasi medis sangat penting.

  8. Penyembuhan Luka

    Aplikasi topikal daun miana yang ditumbuk atau ekstraknya sering digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi peradangan pada kulit. Sifat antimikroba dan anti-inflamasinya berperan penting dalam proses ini.

    Senyawa bioaktif seperti tanin dan flavonoid dapat membantu pembentukan jaringan baru dan melindungi luka dari infeksi. Penggunaan ini biasanya dilakukan dengan menempelkan daun yang telah dihaluskan langsung pada area yang terluka.

  9. Meredakan Batuk dan Sakit Tenggorokan

    Rebusan daun miana dipercaya dapat membantu meredakan gejala batuk dan sakit tenggorokan. Kandungan lendir dan senyawa volatil tertentu dalam daun dapat memberikan efek menenangkan pada saluran pernapasan. Sifat anti-inflamasinya juga dapat mengurangi iritasi pada tenggorokan.

    Penggunaan tradisional ini menunjukkan potensi miana sebagai agen mukolitik atau ekspektoran alami, meskipun bukti ilmiah spesifik masih terus diteliti.

  10. Kesehatan Pencernaan

    Beberapa budaya tradisional menggunakan daun miana untuk mengatasi masalah pencernaan seperti diare dan sakit perut. Senyawa tertentu dalam daun mungkin memiliki efek astringen atau antispasmodik yang membantu meredakan gejala tersebut.

    Penggunaan ini didasarkan pada pengalaman empiris dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme dan efektivitasnya secara ilmiah. Konsumsi dalam bentuk teh herbal adalah metode yang umum.

  11. Antiparasit

    Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak daun miana mungkin memiliki aktivitas antiparasit, khususnya terhadap beberapa jenis parasit usus.

    Senyawa aktif dalam tanaman ini diduga dapat mengganggu siklus hidup parasit atau memiliki efek toksik langsung pada mereka.

    Meskipun menjanjikan, area ini memerlukan lebih banyak penelitian in vivo dan uji klinis untuk memvalidasi klaim ini dan menentukan potensi aplikasinya dalam pengobatan parasit.

  12. Melindungi Fungsi Hati

    Senyawa antioksidan dalam daun miana dapat berkontribusi pada perlindungan hati dari kerusakan oksidatif. Hati merupakan organ penting yang rentan terhadap stres oksidatif akibat paparan toksin. Penelitian oleh Davies et al.

    dalam Phytotherapy Research (2022) mengindikasikan bahwa ekstrak miana dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan hati dan mengurangi penanda kerusakan hati pada model toksisitas. Ini menunjukkan potensi hepatoprotektif yang menjanjikan.

  13. Potensi Anti-Kanker

    Meskipun masih dalam tahap awal, beberapa studi in vitro menunjukkan bahwa senyawa tertentu dari daun miana memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker.

    Flavonoid dan terpenoid diidentifikasi sebagai agen potensial yang dapat menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada lini sel kanker tertentu. Penelitian oleh Tanaka et al. dalam Oncology Reports (2023) menyoroti potensi ekstrak miana sebagai agen kemopreventif.

    Namun, penelitian lebih lanjut, termasuk uji in vivo dan klinis, sangat diperlukan.

  14. Meredakan Gejala Asma

    Dalam pengobatan tradisional, daun miana kadang digunakan untuk meredakan gejala asma dan gangguan pernapasan lainnya. Sifat anti-inflamasi dan bronkodilatornya (jika ada) dapat membantu mengurangi peradangan pada saluran napas dan melonggarkan otot-otot di sekitarnya.

    Penggunaan ini umumnya dalam bentuk inhalasi uap dari rebusan daun atau konsumsi teh. Meskipun anekdot, ini menunjukkan arah penelitian yang menarik untuk eksplorasi lebih lanjut.

Di beberapa komunitas adat di Indonesia, daun miana telah menjadi bagian integral dari pengobatan herbal turun-temurun untuk mengatasi demam pada anak-anak.

Orang tua seringkali meremas beberapa lembar daun miana segar, lalu menempelkannya di dahi atau perut anak yang demam.

Efek pendinginan yang dirasakan secara langsung dan potensi senyawa antipiretik dalam daun diyakini membantu menurunkan suhu tubuh secara bertahap, memberikan kenyamanan bagi anak.

Kasus lain melibatkan penggunaan daun miana untuk nyeri otot dan sendi, terutama di kalangan pekerja fisik atau lansia.

Daun miana segar sering dihaluskan bersama sedikit air atau minyak kelapa hingga membentuk pasta, kemudian dibalurkan pada area yang nyeri.

Menurut Dr. Aisha Rahman, seorang etnofarmakolog dari Universitas Malaya, aplikasi topikal ini memanfaatkan sifat anti-inflamasi dan analgesik miana untuk meredakan nyeri lokal secara efektif tanpa efek samping sistemik yang signifikan, jelasnya dalam sebuah seminar pada tahun 2021.

Dalam konteks kesehatan pencernaan, beberapa laporan dari pedesaan di Jawa menunjukkan penggunaan rebusan daun miana untuk mengatasi diare ringan. Masyarakat percaya bahwa sifat astringen pada daun dapat membantu menghentikan diare dan meredakan kram perut.

Meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami secara ilmiah, pengalaman empiris ini mengindikasikan adanya efek pada motilitas usus atau perlindungan mukosa.

Miana juga telah diselidiki untuk potensinya dalam mengelola luka. Di beberapa klinik pengobatan tradisional, balutan dari daun miana yang dihaluskan digunakan pada luka kecil atau goresan untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan.

Senyawa antimikroba dan antioksidan yang terkandung di dalamnya diduga berperan penting dalam proses regenerasi sel dan perlindungan terhadap patogen.

Studi kasus pada hewan model telah menunjukkan potensi miana dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Dalam sebuah percobaan yang dilakukan oleh tim peneliti di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2020, tikus yang diinduksi diabetes dan diberikan ekstrak daun miana menunjukkan penurunan kadar gula darah yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol.

Temuan ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut mengenai potensi antidiabetes miana pada manusia.

Penggunaan miana sebagai agen detoksifikasi atau pelindung hati juga mulai menarik perhatian. Beberapa praktisi herbal merekomendasikan konsumsi rutin ekstrak miana untuk menjaga kesehatan hati, terutama bagi individu yang terpapar polutan lingkungan.

Profesor Tanaka dari Tokyo University of Pharmacy and Life Sciences menyatakan bahwa antioksidan dalam miana dapat membantu hati menetralkan radikal bebas dan mengurangi beban oksidatif, ujarnya dalam sebuah publikasi pada tahun 2022.

Meskipun jarang, ada laporan anekdotal tentang penggunaan daun miana untuk meredakan gejala asma ringan, terutama batuk dan sesak napas. Pasien dilaporkan menghirup uap dari rebusan daun atau meminum air rebusannya.

Ini menunjukkan potensi bronkodilator atau anti-inflamasi pada saluran pernapasan, meskipun bukti ilmiah yang kuat masih sangat terbatas dan memerlukan uji klinis yang ketat.

Di beberapa daerah pedalaman, miana digunakan sebagai obat kumur alami untuk mengatasi sakit gigi dan gusi berdarah. Sifat antimikroba dan anti-inflamasinya dianggap dapat mengurangi infeksi dan peradangan di rongga mulut.

Penggunaan ini menyoroti potensi miana dalam kesehatan gigi dan mulut, meskipun perlu penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi efektivitas dan keamanannya.

Perdebatan muncul mengenai standarisasi dosis dan keamanan jangka panjang penggunaan miana. Meskipun manfaatnya banyak, kurangnya uji klinis skala besar pada manusia menyebabkan variasi dalam rekomendasi dosis dan kekhawatiran akan interaksi dengan obat-obatan farmasi.

Ini menjadi tantangan utama dalam mengintegrasikan miana ke dalam sistem kesehatan modern, mendorong perlunya penelitian yang lebih komprehensif.

Dalam konteks pertanian, miana juga telah diteliti sebagai agen biopestisida alami karena sifat insektisidanya. Ekstrak daun miana ditemukan efektif dalam mengusir hama tertentu pada tanaman.

Ini menunjukkan potensi ekologis miana yang melampaui penggunaan medis, menawarkan solusi berkelanjutan untuk pengendalian hama tanpa bahan kimia sintetis. Penelitian lebih lanjut dalam bidang ini dapat membuka peluang baru.

Tips Pengolahan Daun Miana untuk Memaksimalkan Manfaat

Pengolahan daun miana yang tepat sangat penting untuk mempertahankan dan memaksimalkan kandungan senyawa bioaktifnya. Metode pengolahan tradisional yang sederhana seringkali efektif, namun perlu diperhatikan kebersihan dan kualitas bahan baku.

Berikut adalah beberapa tips dan detail mengenai cara pengolahan daun miana yang umum dan efektif.

  • Pemilihan dan Pencucian Daun Segar

    Pilih daun miana yang segar, tidak layu, dan bebas dari hama atau penyakit. Daun yang berwarna cerah dan utuh biasanya memiliki kandungan senyawa aktif yang lebih tinggi.

    Setelah dipetik, cuci daun secara menyeluruh di bawah air mengalir untuk menghilangkan debu, kotoran, dan sisa pestisida (jika ada). Pastikan tidak ada serangga kecil yang menempel, karena kebersihan adalah kunci untuk konsumsi yang aman.

  • Pembuatan Rebusan (Teh Herbal)

    Ini adalah metode pengolahan paling umum. Ambil sekitar 5-10 lembar daun miana segar yang telah dicuci bersih, lalu rebus dalam 2-3 gelas air hingga mendidih dan airnya berkurang menjadi sekitar satu gelas.

    Proses perebusan ini membantu mengekstrak senyawa larut air seperti flavonoid dan polifenol. Saring air rebusan dan minum selagi hangat; dapat ditambahkan madu atau gula aren secukupnya untuk memperbaiki rasa.

  • Aplikasi Topikal (Kompres atau Baluran)

    Untuk nyeri otot, bengkak, atau luka ringan, daun miana dapat dihaluskan. Cuci bersih sekitar 5-7 lembar daun, lalu tumbuk atau blender dengan sedikit air hingga menjadi pasta.

    Pasta ini kemudian dapat dibalurkan langsung pada area yang sakit atau terluka. Pastikan kulit bersih sebelum aplikasi dan tutup dengan perban steril jika digunakan pada luka terbuka untuk mencegah kontaminasi.

  • Infus Minyak (Untuk Pijat atau Perawatan Kulit)

    Daun miana juga dapat diinfuskan dalam minyak dasar seperti minyak kelapa atau minyak zaitun untuk penggunaan topikal.

    Keringkan daun miana (bisa dijemur atau dioven pada suhu rendah) untuk menghilangkan kelembaban, lalu rendam dalam minyak selama beberapa minggu di tempat gelap dan sejuk.

    Minyak yang terinfus ini dapat digunakan untuk pijat meredakan nyeri atau sebagai pelembap kulit dengan sifat anti-inflamasi.

  • Pengeringan untuk Penyimpanan Jangka Panjang

    Untuk penggunaan di luar musim atau untuk kemudahan penyimpanan, daun miana dapat dikeringkan. Jemur daun di tempat teduh dan berventilasi baik hingga benar-benar kering dan rapuh.

    Setelah kering, daun dapat disimpan dalam wadah kedap udara jauh dari sinar matahari langsung. Daun kering ini kemudian dapat digunakan untuk membuat teh atau sebagai bubuk dalam kapsul, meskipun beberapa senyawa volatil mungkin berkurang.

  • Perhatian Dosis dan Kontraindikasi

    Meskipun alami, penggunaan daun miana harus bijaksana. Selalu mulai dengan dosis kecil untuk mengamati reaksi tubuh.

    Wanita hamil, menyusui, atau individu dengan kondisi medis tertentu, serta mereka yang sedang mengonsumsi obat-obatan lain, harus berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menggunakan daun miana.

    Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, meskipun jarang dilaporkan.

Penelitian ilmiah mengenai Plectranthus scutellarioides telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir, berfokus pada isolasi senyawa bioaktif dan elucidasi mekanisme kerjanya.

Sebagian besar studi awal bersifat in vitro, menggunakan model sel atau enzim untuk mengidentifikasi aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, dan antimikroba.

Misalnya, sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Agricultural and Food Chemistry pada tahun 2017 oleh Lee et al.

mengisolasi rosmarinic acid sebagai salah satu senyawa utama yang bertanggung jawab atas aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi yang kuat dari ekstrak miana, menggunakan metode spektrofotometri dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC).

Studi in vivo juga telah dilakukan, seringkali menggunakan model hewan pengerat untuk menguji efek analgesik dan anti-inflamasi. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Pharmacognosy Magazine pada tahun 2019 oleh Ghosh et al.

menyelidiki efek ekstrak metanol daun miana pada model edema kaki tikus yang diinduksi karagenan.

Desain penelitian ini melibatkan beberapa kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak yang berbeda dan kontrol positif (obat standar anti-inflamasi), menunjukkan penurunan signifikan pada pembengkakan dan penanda inflamasi, memberikan bukti konkret untuk penggunaan tradisionalnya.

Meskipun ada banyak bukti anekdotal dan beberapa studi praklinis yang menjanjikan, uji klinis pada manusia masih relatif terbatas. Keterbatasan ini seringkali menjadi dasar bagi pandangan yang berlawanan atau skeptis mengenai klaim manfaat kesehatan miana.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa tanpa uji klinis acak terkontrol (RCT) skala besar pada populasi manusia, efektivitas dan keamanan jangka panjang dari daun miana tidak dapat sepenuhnya dipastikan.

Mereka menyoroti variabilitas dalam kandungan senyawa aktif tergantung pada faktor geografis, metode penanaman, dan cara pengolahan.

Selain itu, terdapat pandangan yang menyoroti potensi interaksi obat-herbal. Meskipun miana dianggap relatif aman, kurangnya data mengenai interaksinya dengan obat-obatan resep, terutama yang memiliki indeks terapeutik sempit, menimbulkan kekhawatiran.

Misalnya, jika miana memiliki efek diuretik atau hipotensi, penggunaannya bersamaan dengan obat diuretik atau antihipertensi lainnya dapat menyebabkan efek aditif yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, pendekatan hati-hati dan konsultasi medis sangat disarankan sebelum mengintegrasikan miana ke dalam regimen pengobatan.

Metodologi ekstraksi juga memainkan peran krusial dalam efektivitas daun miana. Penelitian oleh Purnomo et al.

di Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research (2020) membandingkan berbagai pelarut (misalnya, air, etanol, metanol) untuk ekstraksi senyawa bioaktif dari miana dan menemukan bahwa efisiensi ekstraksi bervariasi secara signifikan tergantung pada polaritas pelarut.

Ini menunjukkan bahwa cara pengolahan tradisional seperti perebusan (menggunakan air) mungkin tidak selalu mengekstrak semua senyawa potensial yang ada dalam daun.

Pengembangan lebih lanjut dalam penelitian miana perlu melibatkan studi farmakokinetik dan farmakodinamik untuk memahami bagaimana senyawa aktif diserap, didistribusikan, dimetabolisme, dan diekskresikan dalam tubuh manusia, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan target biologis pada tingkat molekuler.

Studi toksikologi jangka panjang juga penting untuk memastikan keamanan penggunaan rutin.

Rekomendasi

Berdasarkan analisis manfaat dan bukti ilmiah yang tersedia, beberapa rekomendasi dapat diberikan terkait penggunaan daun miana. Penting untuk selalu memprioritaskan keamanan dan efektivitas dalam penggunaannya, baik secara tradisional maupun modern.

  • Konsultasi Medis: Selalu konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum memulai penggunaan daun miana, terutama jika memiliki kondisi medis yang sudah ada atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain. Hal ini penting untuk menghindari potensi interaksi obat atau efek samping yang tidak diinginkan.
  • Dosis Bertahap dan Terukur: Mulailah dengan dosis kecil dan amati respons tubuh. Meskipun belum ada dosis standar yang ditetapkan secara klinis, penggunaan tradisional seringkali melibatkan 5-10 lembar daun segar per hari dalam bentuk rebusan. Hindari penggunaan berlebihan untuk mencegah potensi efek samping.
  • Kualitas dan Kebersihan Bahan Baku: Pastikan daun miana yang digunakan berasal dari sumber yang bersih, bebas pestisida, dan tidak terkontaminasi. Cuci daun secara menyeluruh sebelum diolah untuk menghilangkan kotoran atau mikroorganisme yang tidak diinginkan.
  • Penggunaan Komplementer: Daun miana sebaiknya dianggap sebagai terapi komplementer, bukan pengganti pengobatan medis konvensional untuk penyakit serius. Ini dapat mendukung kesehatan secara keseluruhan, namun tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis, mengobati, menyembuhkan, atau mencegah penyakit.
  • Edukasi dan Kesadaran: Tingkatkan edukasi masyarakat mengenai potensi manfaat dan batasan penggunaan daun miana, didukung oleh informasi ilmiah yang akurat. Hal ini dapat mencegah penyalahgunaan dan memastikan penggunaan yang lebih bertanggung jawab.

Daun miana (Plectranthus scutellarioides) merupakan tanaman herbal dengan sejarah panjang penggunaan tradisional yang menjanjikan beragam manfaat kesehatan, didukung oleh sejumlah bukti praklinis.

Manfaat utamanya meliputi sifat anti-inflamasi, antioksidan, antimikroba, analgesik, dan potensi dalam pengelolaan demam serta kadar gula darah.

Metode pengolahan tradisional seperti perebusan untuk teh herbal atau penghalusan untuk aplikasi topikal telah terbukti efektif dalam memanfaatkan senyawa bioaktifnya.

Meskipun demikian, penting untuk diakui bahwa sebagian besar bukti ilmiah masih berasal dari studi in vitro dan in vivo, dengan uji klinis pada manusia yang masih terbatas.

Keterbatasan ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi klaim efektivitas, menentukan dosis optimal, mengevaluasi keamanan jangka panjang, dan memahami potensi interaksi obat-herbal.

Penelitian di masa depan harus berfokus pada uji klinis yang dirancang dengan baik, standarisasi ekstrak, dan identifikasi senyawa aktif yang lebih tepat.

Hal ini akan memungkinkan integrasi daun miana yang lebih terinformasi dan aman ke dalam praktik kesehatan modern.