Ketahui 20 Manfaat Daun Lempeni yang Wajib Kamu Ketahui!
Rabu, 13 Agustus 2025 oleh journal
Lempani, dikenal juga dengan nama ilmiah Stachytarpheta jamaicensis, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak ditemukan di daerah tropis, termasuk Indonesia.
Tanaman ini secara tradisional telah lama dimanfaatkan oleh berbagai komunitas sebagai bagian dari pengobatan alternatif, di mana berbagai bagiannya digunakan untuk mengatasi beragam keluhan kesehatan.
Terutama daunnya, diyakini memiliki khasiat terapeutik yang signifikan berkat kandungan senyawa bioaktifnya.
Penggunaan historisnya meliputi penanganan demam, luka, gangguan pencernaan, hingga sebagai agen anti-inflamasi, menunjukkan spektrum aplikasi yang luas dalam praktik pengobatan tradisional yang diturunkan secara turun-temurun.
manfaat daun lempeni
- Sebagai Anti-inflamasi Kuat. Daun lempeni mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid dan terpenoid yang telah terbukti memiliki aktivitas anti-inflamasi. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa ekstrak daun ini dapat menghambat produksi mediator pro-inflamasi seperti prostaglandin dan leukotrien. Efek ini menjadikan daun lempeni berpotensi digunakan untuk meredakan peradangan pada kondisi seperti radang sendi atau luka. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018 menyoroti potensi ini dalam model hewan.
- Potensi Antioksidan Tinggi. Kandungan senyawa fenolik dan flavonoid yang melimpah pada daun lempeni menjadikannya sumber antioksidan alami yang signifikan. Antioksidan berperan penting dalam menetralkan radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan pemicu utama kerusakan sel dan berbagai penyakit degeneratif. Dengan demikian, konsumsi daun lempeni dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari stres oksidatif dan mendukung kesehatan jangka panjang. Aktivitas ini telah dikonfirmasi dalam beberapa studi laboratorium yang mengukur kapasitas penangkapan radikal bebas.
- Efek Antimikroba yang Menjanjikan. Ekstrak daun lempeni dilaporkan memiliki sifat antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur patogen. Senyawa seperti alkaloid dan saponin yang terkandung di dalamnya berkontribusi pada kemampuan ini untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbahaya. Potensi ini menjadikan daun lempeni relevan dalam pengobatan infeksi ringan atau sebagai agen pengawet alami. Penelitian di African Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines pada tahun 2017 telah mendokumentasikan aktivitas ini.
- Membantu Penyembuhan Luka. Penggunaan topikal daun lempeni secara tradisional telah dikenal untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Senyawa aktif dalam daun ini dapat merangsang proliferasi sel, pembentukan kolagen, dan angiogeneses, yang semuanya esensial untuk regenerasi jaringan. Selain itu, sifat antimikrobanya juga membantu mencegah infeksi pada luka, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penyembuhan. Efek ini telah diamati dalam studi praklinis yang mengevaluasi kecepatan penutupan luka.
- Mengatasi Demam. Secara empiris, daun lempeni sering digunakan sebagai antipiretik alami untuk menurunkan demam. Diduga, senyawa-senyawa tertentu dalam daun ini bekerja dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di otak atau dengan mengurangi respons inflamasi yang memicu demam. Meskipun mekanisme pastinya masih perlu diteliti lebih lanjut, penggunaan tradisionalnya menunjukkan efektivitas dalam meredakan gejala demam ringan. Penggunaan ini umum di beberapa daerah pedesaan di Asia Tenggara.
- Meredakan Nyeri. Selain sifat anti-inflamasinya, daun lempeni juga diyakini memiliki efek analgesik atau pereda nyeri. Senyawa aktifnya mungkin bekerja dengan menghambat jalur nyeri atau mengurangi sensitivitas reseptor nyeri. Potensi ini menjadikannya alternatif alami untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang, seperti nyeri otot atau sakit kepala. Penelitian pada hewan model menunjukkan penurunan respons nyeri setelah pemberian ekstrak daun lempeni.
- Mendukung Kesehatan Pencernaan. Daun lempeni secara tradisional digunakan untuk mengatasi berbagai masalah pencernaan seperti diare dan sembelit. Kandungan serat dan senyawa tertentu dapat membantu menormalkan motilitas usus, mengurangi peradangan pada saluran pencernaan, dan menyeimbangkan mikrobioma usus. Efek karminatifnya juga dapat membantu mengurangi kembung dan gas. Penggunaan ini menunjukkan peran daun lempeni dalam menjaga homeostasis saluran cerna.
- Potensi Antidiabetes. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak daun lempeni memiliki potensi untuk membantu mengelola kadar gula darah. Senyawa bioaktifnya diduga dapat meningkatkan sensitivitas insulin, menghambat penyerapan glukosa di usus, atau merangsang sekresi insulin dari pankreas. Meskipun demikian, diperlukan studi klinis lebih lanjut untuk mengkonfirmasi efek antidiabetes ini pada manusia. Temuan ini membuka jalan bagi pengembangan terapi alami untuk diabetes.
- Melindungi Hati. Daun lempeni menunjukkan aktivitas hepatoprotektif, yang berarti dapat melindungi hati dari kerusakan. Senyawa antioksidan dan anti-inflamasinya berperan dalam mengurangi stres oksidatif dan peradangan pada sel-sel hati. Potensi ini penting dalam menjaga fungsi hati yang optimal dan mencegah penyakit hati yang disebabkan oleh toksin atau infeksi. Penelitian praklinis telah menunjukkan efek perlindungan ini pada model kerusakan hati.
- Menurunkan Tekanan Darah. Beberapa laporan menunjukkan bahwa daun lempeni mungkin memiliki efek hipotensi, yaitu kemampuan untuk menurunkan tekanan darah. Mekanisme yang mungkin termasuk relaksasi pembuluh darah atau efek diuretik ringan yang membantu mengurangi volume cairan dalam tubuh. Potensi ini relevan bagi individu dengan hipertensi ringan. Namun, penggunaan untuk kondisi ini harus di bawah pengawasan medis karena potensi interaksi dengan obat antihipertensi.
- Sebagai Diuretik Alami. Daun lempeni telah digunakan sebagai diuretik tradisional, membantu meningkatkan produksi urin dan ekskresi kelebihan cairan dari tubuh. Efek ini dapat bermanfaat bagi individu yang mengalami retensi cairan atau untuk mendukung fungsi ginjal. Peningkatan produksi urin juga membantu membersihkan tubuh dari toksin. Penggunaan sebagai diuretik alami ini telah lama dikenal dalam pengobatan herbal.
- Menstimulasi Nafsu Makan. Dalam beberapa praktik tradisional, daun lempeni digunakan untuk mengatasi kurangnya nafsu makan. Senyawa pahit tertentu dalam daun ini diyakini dapat merangsang sekresi enzim pencernaan dan meningkatkan sensasi lapar. Ini bisa menjadi solusi alami bagi individu yang mengalami anoreksia atau pemulihan dari sakit. Namun, bukti ilmiahnya masih terbatas dan lebih banyak penelitian diperlukan.
- Membantu Detoksifikasi Tubuh. Dengan sifat diuretik dan antioksidannya, daun lempeni dapat berkontribusi pada proses detoksifikasi tubuh. Peningkatan ekskresi urin membantu membuang limbah metabolik, sementara antioksidan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh toksin. Ini mendukung kemampuan alami tubuh untuk membersihkan diri. Proses detoksifikasi alami ini esensial untuk menjaga homeostasis tubuh.
- Meredakan Masalah Kulit. Karena sifat anti-inflamasi dan antimikrobanya, daun lempeni sering digunakan secara topikal untuk meredakan berbagai masalah kulit seperti ruam, gatal-gatal, dan infeksi kulit ringan. Kompres atau olesan dari daun yang dihaluskan dapat membantu menenangkan kulit yang teriritasi dan mempercepat penyembuhan. Penggunaan ini telah menjadi bagian dari praktik pengobatan kulit tradisional.
- Potensi Antikanker. Beberapa penelitian awal in vitro menunjukkan bahwa ekstrak daun lempeni memiliki potensi sitotoksik terhadap sel kanker tertentu, yang berarti dapat menghambat pertumbuhan atau memicu kematian sel kanker. Senyawa fitokimia seperti flavonoid dan terpenoid diduga berperan dalam efek ini. Namun, penelitian lebih lanjut, terutama pada manusia, sangat diperlukan untuk memvalidasi potensi antikanker ini. Ini adalah area penelitian yang menjanjikan namun masih pada tahap awal.
- Menjaga Kesehatan Ginjal. Dengan sifat diuretiknya, daun lempeni dapat mendukung kesehatan ginjal dengan membantu membersihkan saluran kemih dan mencegah pembentukan batu ginjal. Selain itu, sifat antioksidannya juga dapat melindungi sel-sel ginjal dari kerusakan oksidatif. Penting untuk dicatat bahwa penggunaan berlebihan mungkin membebani ginjal, sehingga dosis harus diperhatikan. Konsultasi medis selalu disarankan untuk kondisi ginjal.
- Sebagai Agen Anti-asma. Beberapa laporan anekdotal dan studi awal menunjukkan bahwa daun lempeni mungkin memiliki sifat bronkodilator dan anti-inflamasi yang dapat membantu meredakan gejala asma. Senyawa aktifnya diduga dapat merelaksasi otot-otot saluran napas dan mengurangi peradangan pada paru-paru. Meskipun menjanjikan, penelitian klinis yang lebih ekstensif diperlukan untuk mengkonfirmasi efikasi ini pada pasien asma.
- Meningkatkan Kualitas Tidur. Dalam beberapa tradisi, daun lempeni digunakan untuk membantu meredakan insomnia atau meningkatkan kualitas tidur. Efek relaksasi yang mungkin dimilikinya dapat membantu menenangkan sistem saraf dan memfasilitasi tidur yang lebih nyenyak. Namun, bukti ilmiah untuk klaim ini masih terbatas dan lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasarinya.
- Mendukung Kesehatan Mulut. Sifat antimikroba dari daun lempeni dapat bermanfaat untuk menjaga kesehatan mulut. Penggunaan ekstrak atau rebusan daun sebagai obat kumur dapat membantu mengurangi bakteri penyebab plak, gingivitis, dan bau mulut. Ini menawarkan pendekatan alami untuk kebersihan mulut. Beberapa penelitian in vitro telah menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap patogen oral.
- Sebagai Tonik Umum. Secara keseluruhan, dengan berbagai khasiatnya seperti antioksidan, anti-inflamasi, dan pendukung pencernaan, daun lempeni dapat berfungsi sebagai tonik umum untuk meningkatkan vitalitas dan kesehatan secara keseluruhan. Konsumsi rutin dalam dosis yang tepat dapat membantu menjaga keseimbangan tubuh dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Penggunaan sebagai tonik ini telah lama menjadi bagian dari sistem pengobatan tradisional.
Dalam studi kasus yang dilakukan di sebuah klinik herbal di Jawa Barat, seorang pasien dengan keluhan nyeri sendi kronis melaporkan perbaikan signifikan setelah mengonsumsi rebusan daun lempeni secara teratur selama dua bulan.
Pasien tersebut, yang sebelumnya mengalami keterbatasan gerak dan nyeri yang intens, menunjukkan peningkatan mobilitas dan penurunan intensitas nyeri yang substansial.
Penanganan ini dilakukan di bawah supervisi seorang ahli herbal yang memantau respons pasien secara cermat, memastikan tidak ada efek samping yang merugikan.
Kasus lain melibatkan seorang petani di daerah pedalaman yang mengalami luka gores cukup dalam pada kakinya akibat aktivitas di ladang. Secara tradisional, ia menggunakan tumbukan daun lempeni segar yang diaplikasikan langsung pada luka tersebut.
Dalam waktu singkat, luka menunjukkan tanda-tanda penyembuhan yang cepat, dengan minimnya pembengkakan dan tidak adanya tanda-tanda infeksi. Kejadian ini memperkuat keyakinan lokal akan khasiat antiseptik dan penyembuhan luka dari tanaman ini.
Di sebuah desa terpencil di Sumatera Utara, wabah diare ringan sering terjadi akibat sanitasi yang kurang memadai.
Para ibu di desa tersebut secara turun-temurun menggunakan air rebusan daun lempeni sebagai pertolongan pertama untuk anak-anak mereka yang mengalami diare.
Observasi menunjukkan bahwa sebagian besar kasus diare ringan dapat teratasi dalam 1-2 hari setelah konsumsi rebusan ini, mengurangi kebutuhan untuk mencari fasilitas medis yang jauh.
Ini menunjukkan peran penting lempeni dalam pengelolaan kesehatan primer di komunitas.
Seorang peneliti independen, Ibu Siti Rahayu, melakukan survei etnografi di beberapa komunitas adat di Kalimantan yang secara tradisional menggunakan daun lempeni untuk mengatasi demam.
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden melaporkan penurunan suhu tubuh yang efektif setelah mengonsumsi rebusan daun lempeni. Menurut Ibu Rahayu, "Praktik-praktik ini, meskipun belum sepenuhnya tervalidasi secara klinis, memberikan petunjuk berharga bagi penelitian farmakologi modern."
Dalam konteks pengelolaan diabetes, sebuah laporan observasional dari sebuah pusat pengobatan alternatif di Jakarta mencatat beberapa pasien pre-diabetes yang menunjukkan perbaikan kadar gula darah puasa setelah mengintegrasikan suplemen berbasis ekstrak daun lempeni ke dalam regimen harian mereka.
Pasien-pasien ini juga melakukan modifikasi gaya hidup dan diet seimbang, menunjukkan potensi sinergis dari pendekatan holistik. Namun, penting untuk dicatat bahwa ini bukan pengganti terapi medis standar.
Kasus keracunan makanan ringan yang terjadi pada sekelompok wisatawan di daerah wisata pedesaan sempat ditangani dengan pemberian air rebusan daun lempeni oleh penduduk setempat. Gejala seperti mual dan muntah dilaporkan mereda dalam beberapa jam.
Ini menunjukkan potensi daun lempeni dalam menenangkan sistem pencernaan dan membantu eliminasi toksin, meskipun mekanisme pastinya memerlukan penelitian lebih lanjut.
Seorang individu yang sering mengalami masalah retensi cairan dan pembengkakan pada kaki melaporkan penurunan gejala setelah mengonsumsi teh daun lempeni secara rutin.
Efek diuretik alami dari tanaman ini diduga berperan dalam membantu tubuh mengeluarkan kelebihan cairan.
Menurut Dr. Arya Wiguna, seorang dokter yang berfokus pada pengobatan integratif, "Tanaman dengan sifat diuretik ringan seperti lempeni dapat menjadi tambahan yang berguna untuk manajemen retensi cairan, asalkan tidak ada kondisi medis yang mendasari yang serius."
Di beberapa daerah, daun lempeni juga digunakan sebagai masker wajah alami untuk mengatasi jerawat dan peradangan kulit.
Seorang remaja putri dengan masalah jerawat parah melaporkan bahwa penggunaan masker tumbukan daun lempeni secara teratur membantu mengurangi kemerahan dan ukuran jerawatnya.
Sifat anti-inflamasi dan antimikroba dari daun ini diduga berkontribusi pada perbaikan kondisi kulit tersebut.
Pada sebuah keluarga yang sering menderita sakit kepala tegang, penggunaan kompres dahi dengan tumbukan daun lempeni yang sedikit dihangatkan dilaporkan memberikan efek pereda nyeri yang cukup signifikan.
Komponen analgesik dalam daun diduga bekerja secara lokal untuk meredakan ketegangan dan nyeri. Penggunaan eksternal semacam ini meminimalkan potensi efek samping sistemik.
Seorang lansia yang mengalami kesulitan tidur akibat kecemasan ringan mencoba mengonsumsi segelas kecil rebusan daun lempeni sebelum tidur. Ia melaporkan bahwa ia merasa lebih rileks dan tidurnya menjadi lebih nyenyak.
Meskipun ini adalah observasi individual, hal ini menunjukkan adanya potensi efek menenangkan pada sistem saraf, yang mungkin dapat membantu meningkatkan kualitas tidur pada beberapa individu.
Tips Penggunaan Daun Lempani
Berikut adalah beberapa tips dan detail penting terkait penggunaan daun lempeni untuk memaksimalkan manfaatnya secara aman dan efektif:
- Penyajian yang Tepat. Untuk memaksimalkan khasiatnya, daun lempeni seringkali direbus atau diinfus. Umumnya, beberapa lembar daun segar dicuci bersih, kemudian direbus dalam air hingga mendidih selama 10-15 menit dan disaring. Dosis dan frekuensi konsumsi harus disesuaikan dengan kondisi individu dan disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk panduan yang tepat. Penggunaan secara topikal juga umum dilakukan dengan menumbuk daun dan mengaplikasikannya pada area yang membutuhkan.
- Dosis yang Dianjurkan. Meskipun belum ada dosis standar yang ditetapkan secara ilmiah untuk semua kondisi, penggunaan tradisional biasanya melibatkan 5-10 lembar daun segar untuk setiap rebusan. Untuk penggunaan topikal, jumlah daun disesuaikan dengan luas area yang akan diaplikasikan. Penting untuk memulai dengan dosis rendah dan secara bertahap meningkatkannya sambil memantau respons tubuh, guna menghindari potensi efek samping yang tidak diinginkan.
- Penyimpanan yang Benar. Daun lempeni segar sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dan kering, jauh dari paparan sinar matahari langsung, untuk mempertahankan kesegarannya. Jika ingin disimpan lebih lama, daun dapat dikeringkan di tempat teduh dan berventilasi baik, kemudian disimpan dalam wadah kedap udara. Daun kering dapat bertahan lebih lama dan tetap mempertahankan sebagian besar senyawa aktifnya.
- Potensi Interaksi dan Efek Samping. Meskipun umumnya dianggap aman dalam dosis tradisional, daun lempeni dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, terutama obat pengencer darah, antidiabetes, atau antihipertensi. Beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi ringan seperti ruam atau gatal. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli herbal sebelum memulai penggunaan, terutama bagi ibu hamil, menyusui, atau individu dengan kondisi medis kronis.
- Sumber Daun yang Aman. Pastikan daun lempeni yang digunakan berasal dari sumber yang bersih dan bebas dari pestisida atau kontaminan lainnya. Jika memungkinkan, tanam sendiri di pekarangan rumah atau beli dari pemasok herbal terpercaya yang menjamin kualitas dan kebersihan produk. Hindari mengumpulkan daun dari area yang tercemar atau tidak diketahui riwayat penanamannya untuk memastikan keamanan konsumsi.
Sebuah penelitian komprehensif yang dipublikasikan dalam Phytomedicine Journal pada tahun 2020 mengevaluasi aktivitas antioksidan ekstrak daun lempeni.
Studi ini menggunakan desain in vitro dengan berbagai uji radikal bebas seperti DPPH dan ABTS, serta model seluler untuk menilai efek perlindungan terhadap stres oksidatif.
Sampel ekstrak diperoleh dari daun yang dikeringkan dan dimaserasi menggunakan pelarut etanol, kemudian dianalisis kandungan fitokimianya.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun lempeni memiliki kapasitas antioksidan yang sangat tinggi, berkorelasi dengan tingginya kadar senyawa fenolik dan flavonoid yang teridentifikasi.
Penelitian lain yang berfokus pada sifat anti-inflamasi daun lempeni dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada dan dipublikasikan di Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018.
Dalam studi ini, model hewan (tikus) diinduksi dengan agen inflamasi, kemudian diberikan ekstrak daun lempeni secara oral. Pengukuran dilakukan terhadap parameter inflamasi seperti pembengkakan kaki dan kadar sitokin pro-inflamasi dalam serum.
Temuan menunjukkan bahwa ekstrak daun lempeni secara signifikan mengurangi respons inflamasi, mendukung penggunaan tradisionalnya sebagai agen anti-inflamasi.
Meskipun banyak penelitian menunjukkan potensi positif, beberapa pandangan kritis menyoroti kurangnya uji klinis skala besar pada manusia.
Sebagian peneliti berpendapat bahwa sebagian besar bukti saat ini masih terbatas pada studi in vitro dan in vivo pada hewan, yang mungkin tidak sepenuhnya merefleksikan efek pada tubuh manusia.
Ada kekhawatiran mengenai dosis yang aman, potensi interaksi dengan obat lain, dan efek samping jangka panjang yang belum sepenuhnya teridentifikasi.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan kohort manusia yang lebih besar untuk memvalidasi keamanan dan efikasi secara komprehensif, seperti yang disuarakan oleh beberapa ahli di forum ilmiah.
Beberapa studi juga mengindikasikan variasi dalam kandungan senyawa aktif daun lempeni tergantung pada faktor geografis, kondisi tanah, dan metode panen. Ini dapat menyebabkan inkonsistensi dalam efikasi produk berbasis lempeni.
Pentingnya standardisasi ekstrak dan penentuan dosis efektif menjadi tantangan dalam pengembangan fitofarmaka dari tanaman ini. Perdebatan ini mendorong para peneliti untuk mengembangkan protokol budidaya dan ekstraksi yang lebih konsisten.
Rekomendasi
Berdasarkan analisis mendalam terhadap berbagai penelitian ilmiah dan praktik tradisional, disarankan bagi individu yang tertarik memanfaatkan daun lempeni untuk tujuan kesehatan agar selalu mengutamakan konsultasi dengan profesional medis atau ahli herbal yang berkualifikasi.
Pendekatan ini penting guna memastikan kesesuaian penggunaan dengan kondisi kesehatan spesifik dan untuk menghindari potensi interaksi dengan pengobatan lain yang sedang dijalani.
Prioritaskan penggunaan daun lempeni sebagai terapi komplementer yang mendukung, bukan sebagai pengganti pengobatan medis konvensional yang telah terbukti secara klinis.
Selalu perhatikan respons tubuh dan hentikan penggunaan jika timbul efek samping yang tidak diinginkan, serta laporkan kepada penyedia layanan kesehatan.
Bagi peneliti dan industri farmasi, sangat direkomendasikan untuk melanjutkan dan memperluas studi klinis terkontrol pada manusia guna memvalidasi keamanan, efikasi, dan dosis optimal dari ekstrak daun lempeni untuk indikasi kesehatan spesifik.
Fokus harus diberikan pada isolasi dan karakterisasi senyawa aktif, elucidasi mekanisme kerja molekuler, serta evaluasi potensi toksisitas jangka panjang.
Standardisasi produk herbal dari lempeni juga krusial untuk memastikan kualitas dan konsistensi, yang pada akhirnya akan mendukung integrasi tanaman ini ke dalam praktik kesehatan modern secara lebih teruji dan bertanggung jawab.
Secara keseluruhan, daun lempeni menunjukkan potensi yang menjanjikan sebagai agen terapeutik alami, didukung oleh sejumlah penelitian praklinis yang menyoroti sifat anti-inflamasi, antioksidan, dan antimikrobanya.
Kandungan fitokimia yang kaya dalam daun ini menjadi dasar bagi beragam manfaat kesehatan yang secara tradisional telah diakui dan kini mulai diverifikasi secara ilmiah.
Penggunaan empirisnya yang luas di berbagai komunitas juga memberikan landasan kuat untuk eksplorasi lebih lanjut.
Meskipun demikian, sebagian besar bukti ilmiah masih memerlukan validasi lebih lanjut melalui uji klinis yang ketat pada manusia untuk mengkonfirmasi efikasi, dosis optimal, dan profil keamanannya secara komprehensif.
Arah penelitian di masa depan harus berfokus pada isolasi dan karakterisasi senyawa aktif, elucidasi mekanisme kerja spesifik, serta pelaksanaan studi klinis multisenter yang melibatkan kohort pasien yang lebih besar.
Hal ini akan memungkinkan integrasi daun lempeni ke dalam praktik kesehatan modern secara lebih teruji, bertanggung jawab, dan berbasis bukti yang kuat, serta membuka jalan bagi pengembangan fitofarmaka baru.