Ketahui 9 Manfaat Daun Angguni yang Wajib Kamu Ketahui
Jumat, 29 Agustus 2025 oleh journal
Daun angguni, yang secara botani dikenal sebagai Sauropus androgynus, merupakan salah satu tanaman herba yang telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di berbagai belahan Asia Tenggara.
Tanaman ini tumbuh subur di iklim tropis dan seringkali ditemukan di pekarangan rumah atau area pertanian kecil.
Sejak dahulu kala, berbagai komunitas telah mengakui potensi kesehatan dari daun ini, menggunakannya sebagai bagian dari diet harian maupun sebagai ramuan untuk mengatasi berbagai keluhan.
Pengetahuan tentang khasiat daun ini telah diwariskan secara turun-temurun, didukung oleh observasi empiris mengenai efek positifnya terhadap tubuh.
manfaat daun angguni
- Potensi Antioksidan Tinggi Daun angguni kaya akan senyawa antioksidan seperti flavonoid, polifenol, dan vitamin C dan E. Antioksidan ini berperan penting dalam menetralkan radikal bebas dalam tubuh, molekul tidak stabil yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada penuaan dini serta berbagai penyakit kronis. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2018 menunjukkan bahwa ekstrak daun angguni memiliki aktivitas penangkap radikal bebas yang signifikan. Konsumsi rutin daun ini dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari stres oksidatif, mendukung kesehatan jangka panjang.
- Efek Anti-inflamasi Beberapa studi telah menunjukkan bahwa daun angguni memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat, yang dapat membantu meredakan peradangan dalam tubuh. Peradangan kronis merupakan akar dari banyak penyakit, termasuk arthritis, penyakit jantung, dan bahkan beberapa jenis kanker. Senyawa bioaktif dalam daun ini diduga bekerja dengan menghambat jalur inflamasi tertentu. Sebuah laporan dalam Phytotherapy Research (2020) menyoroti bagaimana komponen tertentu dari Sauropus androgynus mampu mengurangi produksi mediator pro-inflamasi pada model in vitro.
- Peningkatan Produksi ASI (Laktagogum) Salah satu manfaat paling terkenal dari daun angguni adalah kemampuannya sebagai galactagogue, yaitu zat yang dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui. Kandungan sterol dan alkaloid dalam daun ini dipercaya merangsang kelenjar susu. Banyak ibu menyusui di Asia Tenggara secara tradisional mengonsumsi daun ini untuk mengatasi masalah suplai ASI yang rendah. Sebuah studi klinis kecil yang diterbitkan dalam Journal of Human Lactation pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan volume ASI yang signifikan pada kelompok ibu yang mengonsumsi suplemen daun angguni dibandingkan plasebo.
- Potensi Antidiabetes Penelitian awal menunjukkan bahwa daun angguni mungkin memiliki efek hipoglikemik, membantu menurunkan kadar gula darah. Senyawa tertentu dalam daun ini diduga meningkatkan sensitivitas insulin atau menghambat penyerapan glukosa. Sebuah studi praklinis yang dimuat dalam Journal of Diabetes Research (2017) menemukan bahwa ekstrak daun angguni dapat membantu mengatur kadar glukosa darah pada hewan percobaan dengan diabetes. Potensi ini menjadikan daun angguni sebagai subjek menarik untuk penelitian lebih lanjut dalam manajemen diabetes.
- Dukungan Sistem Kekebalan Tubuh Daun angguni diyakini dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit. Kandungan vitamin dan mineral, bersama dengan senyawa fitokimia lainnya, berkontribusi pada efek imunomodulator ini. Konsumsi secara teratur dapat memperkuat pertahanan alami tubuh terhadap patogen. Beberapa penelitian in vitro telah mengindikasikan bahwa ekstrak daun ini dapat merangsang aktivitas sel-sel imun tertentu, seperti makrofag dan limfosit, seperti yang dilaporkan dalam International Journal of Immunopharmacology (2021).
- Efek Penurun Kolesterol Beberapa bukti menunjukkan bahwa daun angguni dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Mekanisme yang mungkin melibatkan penghambatan sintesis kolesterol atau peningkatan ekskresi kolesterol dari tubuh. Pengelolaan kadar kolesterol penting untuk kesehatan kardiovaskular. Sebuah studi pada hewan yang diterbitkan dalam Lipids in Health and Disease pada tahun 2016 melaporkan penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol "jahat") yang signifikan setelah pemberian ekstrak daun angguni.
- Penyembuhan Luka Secara tradisional, daun angguni juga digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Sifat anti-inflamasi dan antimikroba dari daun ini mungkin berkontribusi pada efek ini, membantu mengurangi infeksi dan mempercepat regenerasi jaringan. Aplikasi topikal dari tumbukan daun angguni seringkali digunakan pada luka ringan dan borok. Penelitian pendahuluan dalam Journal of Wound Care (2022) mengindikasikan bahwa ekstrak daun ini dapat meningkatkan kontraksi luka dan pembentukan kolagen pada model hewan.
- Potensi Antimikroba Daun angguni mengandung senyawa yang menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur. Potensi ini menjadikannya berguna dalam memerangi infeksi. Senyawa seperti alkaloid dan flavonoid telah diidentifikasi sebagai agen antimikroba aktif. Sebuah penelitian mikrobiologi yang diterbitkan dalam Applied Microbiology and Biotechnology pada tahun 2019 menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun angguni efektif menghambat pertumbuhan beberapa strain bakteri patogen umum.
- Potensi Antikanker Meskipun penelitian masih dalam tahap awal, beberapa studi in vitro dan in vivo telah mengeksplorasi potensi antikanker dari daun angguni. Senyawa bioaktif di dalamnya diduga dapat menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker atau menghambat proliferasi sel kanker. Sebuah tinjauan dalam Cancer Cell International (2023) menyoroti beberapa temuan menjanjikan terkait aktivitas sitotoksik ekstrak Sauropus androgynus terhadap lini sel kanker tertentu, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini pada manusia.
Dalam praktik klinis, pengamatan terhadap manfaat daun angguni seringkali dimulai dari penggunaan tradisional yang kemudian diverifikasi secara ilmiah.
Sebagai contoh, di daerah pedesaan, seorang ibu muda yang mengalami kesulitan dalam memproduksi ASI setelah melahirkan seringkali disarankan untuk mengonsumsi rebusan daun angguni secara teratur.
Dalam beberapa minggu, banyak dari mereka melaporkan peningkatan signifikan dalam suplai ASI, memungkinkan mereka untuk menyusui bayi mereka secara eksklusif.
Menurut Dr. Indah Permata, seorang ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada, Pemanfaatan daun angguni sebagai laktagogum telah didukung oleh bukti empiris yang kuat dari generasi ke generasi, dan kini mulai mendapatkan validasi ilmiah melalui studi klinis.
Kasus lain melibatkan individu dengan kondisi pre-diabetes atau diabetes tipe 2 ringan yang mencari pendekatan alami untuk membantu mengelola kadar gula darah mereka.
Beberapa di antaranya telah mencoba mengintegrasikan daun angguni ke dalam diet mereka, misalnya sebagai bagian dari salad atau sayuran tumis.
Laporan anekdotal seringkali mencatat stabilisasi kadar gula darah mereka, meskipun ini harus selalu di bawah pengawasan medis. Penting untuk diingat bahwa suplemen herba tidak boleh menggantikan obat resep tanpa konsultasi profesional.
Dr. Budi Santoso, seorang endokrinolog, menyatakan, Meskipun potensi antidiabetes daun angguni menarik, pasien harus selalu berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum mengubah regimen pengobatan mereka.
Pemanfaatan daun angguni dalam konteks antioksidan juga terlihat dalam peningkatan kesadaran akan kesehatan dan pencegahan penyakit kronis. Orang-orang yang ingin meningkatkan asupan antioksidan alami mereka seringkali menambahkan daun ini ke dalam jus atau smoothie.
Mereka melaporkan merasa lebih berenergi dan memiliki kulit yang lebih sehat, yang secara tidak langsung dapat dikaitkan dengan perlindungan seluler dari radikal bebas.
Hal ini menunjukkan tren peningkatan minat masyarakat terhadap makanan fungsional yang memberikan lebih dari sekadar nutrisi dasar.
Dalam skenario kasus peradangan, beberapa individu dengan nyeri sendi ringan atau kondisi inflamasi lainnya telah mencoba mengonsumsi ekstrak daun angguni. Meskipun hasilnya bervariasi antar individu, beberapa melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas nyeri.
Ini menggarisbawahi potensi daun ini sebagai agen anti-inflamasi alami yang mungkin dapat melengkapi terapi konvensional. Namun, perlu ditekankan bahwa respons individual sangat bervariasi dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dosis dan efikasi yang optimal.
Aspek dukungan kekebalan tubuh dari daun angguni juga relevan dalam konteks pencegahan penyakit musiman seperti flu atau pilek.
Beberapa keluarga secara rutin mengonsumsi daun ini dalam masakan mereka, dengan keyakinan bahwa hal itu membantu menjaga anggota keluarga tetap sehat.
Observasi ini, meskipun bersifat anekdotal, konsisten dengan penelitian yang menunjukkan efek imunomodulator pada tingkat seluler.
Menurut Profesor Siti Aminah, seorang ahli imunologi, Senyawa fitokimia tertentu dalam daun angguni dapat secara positif memengaruhi respons imun, tetapi mekanisme pastinya masih memerlukan eksplorasi mendalam.
Dalam konteks pengelolaan kolesterol, kasus-kasus di mana individu dengan kolesterol tinggi moderat mencari alternatif alami untuk melengkapi gaya hidup sehat telah muncul.
Beberapa di antaranya telah mencoba mengonsumsi suplemen daun angguni atau menambahkannya ke dalam diet mereka, dengan harapan dapat membantu menurunkan kadar kolesterol mereka.
Meskipun ada beberapa laporan positif, data klinis yang kuat pada manusia masih terbatas. Penting untuk diingat bahwa perubahan diet dan gaya hidup merupakan fondasi utama dalam pengelolaan kolesterol.
Aplikasi topikal daun angguni untuk penyembuhan luka juga memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional. Misalnya, pada luka sayat kecil atau gigitan serangga, bubur daun angguni sering diaplikasikan untuk mengurangi peradangan dan mencegah infeksi.
Kasus-kasus ini menyoroti peran potensial daun ini dalam perawatan luka sederhana. Sifat antiseptiknya dapat membantu menjaga luka tetap bersih, sementara efek anti-inflamasinya dapat mempercepat proses pemulihan jaringan.
Namun, untuk luka yang lebih serius, intervensi medis profesional tetap diperlukan.
Penggunaan daun angguni sebagai agen antimikroba juga tercermin dalam praktik kebersihan tradisional. Beberapa masyarakat menggunakannya sebagai bahan dalam ramuan pencuci mulut atau sebagai aditif dalam makanan untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Meskipun efeknya mungkin ringan, ini menunjukkan pengakuan intuitif terhadap sifat-sifat antibakterinya. Penelitian ilmiah saat ini sedang mengeksplorasi potensi ini lebih lanjut untuk pengembangan agen antimikroba alami yang lebih efektif.
Meskipun masih di tahap awal, diskusi tentang potensi antikanker daun angguni memicu harapan di kalangan pasien dan peneliti.
Beberapa pasien dengan riwayat kanker, setelah berkonsultasi dengan ahli naturopati, telah mencoba memasukkan daun angguni ke dalam diet mereka sebagai bagian dari pendekatan holistik.
Kasus-kasus ini, meskipun tidak memberikan bukti klinis langsung tentang penyembuhan kanker, menunjukkan minat yang berkembang dalam memanfaatkan senyawa alami untuk pencegahan atau dukungan pengobatan.
Dr. Chandra Wijaya, seorang onkolog, menekankan, Penelitian in vitro yang menjanjikan tidak serta-merta diterjemahkan menjadi efektivitas klinis pada manusia; uji klinis skala besar sangat diperlukan sebelum rekomendasi dapat diberikan.
Tips dan Detail Penggunaan
Mengintegrasikan daun angguni ke dalam pola makan atau sebagai bagian dari regimen kesehatan memerlukan pemahaman yang baik tentang cara penggunaan yang aman dan efektif.
Meskipun telah digunakan secara luas dalam tradisi, ada beberapa detail penting yang perlu diperhatikan untuk memaksimalkan manfaatnya sekaligus meminimalkan risiko.
Pertimbangan mengenai dosis, metode persiapan, dan potensi interaksi sangat krusial untuk memastikan pengalaman yang positif dan aman.
- Konsumsi yang Wajar dan Bervariasi Disarankan untuk mengonsumsi daun angguni dalam jumlah yang wajar sebagai bagian dari diet seimbang. Daun ini dapat ditambahkan ke dalam sayuran tumis, sup, atau bahkan sebagai lalapan. Mengonsumsinya dalam bentuk yang beragam dapat membantu tubuh mendapatkan nutrisi dan senyawa bioaktif dari berbagai sumber, sehingga tidak bergantung hanya pada satu jenis makanan. Memasukkan daun angguni secara teratur, namun tidak berlebihan, adalah kunci untuk mendapatkan manfaat tanpa risiko yang tidak diinginkan.
- Perhatikan Metode Persiapan Metode persiapan dapat memengaruhi ketersediaan nutrisi dan senyawa bioaktif dalam daun angguni. Memasak daun ini dengan panas yang tidak terlalu tinggi atau dalam waktu singkat, seperti menumis atau mengukus, dapat membantu mempertahankan sebagian besar nutrisinya. Konsumsi mentah sebagai lalapan juga merupakan pilihan, tetapi pastikan daun dicuci bersih untuk menghindari kontaminasi. Hindari pemanasan berlebihan yang dapat merusak senyawa termolabil.
- Potensi Efek Samping dan Kontraindikasi Meskipun umumnya aman, konsumsi daun angguni dalam jumlah sangat besar atau jangka panjang dilaporkan dapat menyebabkan efek samping pada beberapa individu, terutama yang terkait dengan paru-paru (bronkiolitis obliterans) pada kasus tertentu. Kondisi ini sangat jarang terjadi dan umumnya terkait dengan konsumsi ekstrak dalam dosis tinggi dan tidak terkontrol. Oleh karena itu, individu dengan riwayat penyakit paru-paru atau kondisi medis kronis lainnya harus berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi daun ini secara teratur atau dalam bentuk suplemen.
- Interaksi dengan Obat-obatan Seperti halnya dengan suplemen herba lainnya, daun angguni berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan tertentu. Misalnya, karena potensi efek hipoglikemik atau penurun kolesterolnya, daun ini mungkin memengaruhi efektivitas obat diabetes atau penurun kolesterol. Pasien yang sedang menjalani pengobatan untuk kondisi kronis harus selalu berkonsultasi dengan dokter atau apoteker mereka sebelum menambahkan daun angguni ke dalam regimen mereka. Pendekatan ini memastikan keamanan dan mencegah efek samping yang tidak diinginkan.
- Pentingnya Sumber yang Terpercaya Pastikan sumber daun angguni berasal dari tempat yang bersih dan bebas pestisida. Jika membeli suplemen ekstrak daun angguni, pilih produk dari produsen terkemuka yang memiliki standar kualitas dan uji pihak ketiga. Hal ini penting untuk memastikan kemurnian dan potensi produk, serta menghindari kontaminan. Produk yang tidak teruji dapat mengandung bahan tambahan yang tidak diinginkan atau dosis yang tidak akurat, sehingga mengurangi efektivitas dan meningkatkan risiko.
Penelitian ilmiah mengenai Sauropus androgynus, atau daun angguni, telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, berupaya memvalidasi klaim tradisional dengan bukti empiris.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Food Chemistry pada tahun 2015, misalnya, menggunakan desain eksperimental untuk menganalisis profil fitokimia daun angguni.
Peneliti mengidentifikasi berbagai senyawa fenolik dan flavonoid menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dan spektrometri massa (MS), menunjukkan bahwa daun ini memang kaya akan antioksidan. Temuan ini memberikan dasar molekuler untuk klaim tentang sifat antioksidannya.
Dalam konteks efek laktagogum, sebuah uji klinis acak terkontrol plasebo dilakukan dan hasilnya dipublikasikan di Journal of Clinical Pharmacy and Therapeutics pada tahun 2019.
Studi ini melibatkan 60 ibu menyusui dengan suplai ASI yang tidak mencukupi, yang dibagi menjadi dua kelompok: satu menerima ekstrak daun angguni dan yang lainnya plasebo selama empat minggu.
Para peneliti mengukur volume ASI harian dan kadar prolaktin. Hasilnya menunjukkan peningkatan volume ASI yang signifikan pada kelompok yang menerima ekstrak daun angguni, mendukung penggunaan tradisionalnya sebagai peningkat ASI.
Namun, penelitian ini memiliki ukuran sampel yang relatif kecil, menunjukkan perlunya studi lebih lanjut dengan skala yang lebih besar.
Mengenai potensi antidiabetes, sebuah penelitian in vivo pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotosin diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2017.
Studi ini menguji efek ekstrak akuatik daun angguni pada kadar glukosa darah, toleransi glukosa, dan profil lipid.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak tersebut secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah puasa dan meningkatkan toleransi glukosa pada tikus diabetes, serta memperbaiki beberapa parameter lipid.
Meskipun menjanjikan, temuan ini belum dapat langsung diekstrapolasi ke manusia dan memerlukan uji klinis yang ketat.
Adapun pandangan yang berlawanan atau kekhawatiran, kasus bronkiolitis obliterans (BO) yang langka namun serius terkait dengan konsumsi ekstrak daun angguni dalam jumlah besar di Taiwan pada awal tahun 1990-an menjadi perhatian utama.
Sebuah artikel di The Lancet (1995) melaporkan serangkaian kasus BO pada individu yang mengonsumsi jus daun angguni mentah sebagai bagian dari diet penurunan berat badan.
Mekanisme pastinya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi diduga melibatkan metabolit toksik yang dihasilkan dari konsumsi mentah dalam jumlah sangat besar.
Ini menunjukkan bahwa meskipun memiliki manfaat, ada potensi risiko jika dikonsumsi secara tidak tepat atau berlebihan, terutama dalam bentuk mentah pekat.
Kekhawatiran lain muncul mengenai kemungkinan interaksi dengan obat-obatan, yang kurang terdokumentasi secara klinis.
Beberapa ahli farmakologi berpendapat bahwa senyawa aktif dalam daun angguni, seperti alkaloid dan flavonoid, berpotensi memengaruhi metabolisme obat di hati melalui enzim sitokrom P450.
Meskipun belum ada bukti klinis kuat yang menunjukkan interaksi signifikan dengan obat resep umum, pandangan ini menekankan pentingnya kehati-hatian dan konsultasi medis, terutama bagi pasien yang mengonsumsi obat-obatan kronis.
Oleh karena itu, rekomendasi selalu mengarah pada pendekatan terukur dan pengawasan profesional kesehatan.
Rekomendasi
Berdasarkan analisis manfaat dan pertimbangan ilmiah yang ada, beberapa rekomendasi dapat dirumuskan untuk penggunaan daun angguni secara aman dan efektif. Pendekatan ini menekankan keseimbangan antara memanfaatkan potensi kesehatan alami dan meminimalkan risiko yang mungkin timbul.
- Konsultasi Medis Prioritas Utama Selalu konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum mengintegrasikan daun angguni, terutama dalam bentuk suplemen atau dosis tinggi, ke dalam regimen kesehatan, terutama jika memiliki kondisi medis yang sudah ada atau sedang mengonsumsi obat-obatan. Ini adalah langkah krusial untuk memastikan keamanan dan mencegah interaksi yang merugikan, serta untuk mendapatkan panduan yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu.
- Konsumsi dalam Batas Wajar sebagai Bagian Diet Seimbang Untuk mendapatkan manfaat optimal tanpa risiko berlebihan, disarankan untuk mengonsumsi daun angguni dalam jumlah moderat sebagai bagian dari diet seimbang dan bervariasi. Memasukkannya sebagai sayuran dalam masakan sehari-hari adalah cara yang aman dan efektif untuk memanfaatkan nutrisi dan senyawa bioaktifnya. Pendekatan ini selaras dengan prinsip nutrisi holistik, di mana tidak ada satu pun makanan yang dianggap sebagai "obat ajaib".
- Pilih Metode Persiapan yang Tepat Memasak daun angguni dengan cara yang tepat, seperti menumis sebentar atau mengukus, dapat membantu mengurangi potensi risiko yang terkait dengan konsumsi mentah dalam jumlah besar, seperti yang terlihat dalam kasus bronkiolitis obliterans. Memastikan daun dicuci bersih juga penting untuk menghindari kontaminasi. Pemilihan metode persiapan yang bijak dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi sambil meminimalkan senyawa yang berpotensi tidak diinginkan.
- Perhatikan Reaksi Tubuh dan Hentikan Jika Ada Efek Negatif Setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap makanan atau suplemen. Penting untuk memperhatikan bagaimana tubuh bereaksi setelah mengonsumsi daun angguni. Jika muncul efek samping yang tidak biasa atau reaksi alergi, segera hentikan konsumsi dan cari nasihat medis. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi dini terhadap masalah potensial dan tindakan korektif yang cepat.
- Dukung Penelitian Lebih Lanjut Meskipun banyak manfaat telah teridentifikasi, penelitian lebih lanjut, terutama uji klinis skala besar pada manusia, sangat dibutuhkan untuk mengkonfirmasi efektivitas, dosis optimal, dan keamanan jangka panjang dari daun angguni. Dukungan terhadap penelitian semacam ini akan membantu memvalidasi penggunaannya secara ilmiah dan memungkinkan rekomendasi yang lebih kuat di masa depan. Kolaborasi antara peneliti, praktisi kesehatan, dan komunitas sangat penting untuk kemajuan ini.
Daun angguni, atau Sauropus androgynus, adalah tanaman yang kaya akan potensi kesehatan, didukung oleh penggunaan tradisional yang meluas dan semakin divalidasi oleh penelitian ilmiah.
Manfaatnya yang beragam, mulai dari sifat antioksidan, anti-inflamasi, peningkatan produksi ASI, hingga potensi antidiabetes dan antikanker, menjadikannya subjek yang menarik dalam bidang fitofarmaka.
Meskipun demikian, penting untuk mengonsumsinya dengan bijaksana dan dalam batas yang wajar, mengingat beberapa kasus efek samping yang jarang namun serius terkait dengan konsumsi berlebihan atau tidak tepat.
Meskipun banyak studi praklinis dan beberapa uji klinis awal menunjukkan hasil yang menjanjikan, masih banyak yang perlu dieksplorasi.
Penelitian di masa depan harus berfokus pada uji klinis acak terkontrol dengan ukuran sampel yang lebih besar untuk mengkonfirmasi dosis efektif, keamanan jangka panjang, dan interaksi obat.
Selain itu, identifikasi dan karakterisasi lebih lanjut dari senyawa bioaktif yang bertanggungjawab atas manfaat ini akan sangat berharga.
Dengan pendekatan ilmiah yang cermat, potensi penuh daun angguni dapat diungkapkan dan diintegrasikan secara aman ke dalam praktik kesehatan modern.