Temukan 14 Manfaat Daun Keji Beling yang Wajib Kamu Intip
Selasa, 12 Agustus 2025 oleh journal
Keji beling, yang secara ilmiah dikenal sebagai Strobilanthes crispus, adalah tanaman herbal yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di berbagai belahan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia.
Tanaman ini dikenal karena daunnya yang berkhasiat, sering dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Secara turun-temurun, masyarakat lokal menggunakan ekstrak daun ini, baik dalam bentuk rebusan maupun aplikasi topikal, untuk meredakan keluhan penyakit.
Kepentingan ilmiah terhadap keji beling terus meningkat seiring dengan penemuan senyawa bioaktif di dalamnya yang berpotensi memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.
apa manfaat daun keji beling
- Sebagai Diuretik Alami
Daun keji beling dikenal luas karena sifat diuretiknya, yang membantu meningkatkan produksi urine dan ekskresi cairan dari tubuh. Efek ini sangat bermanfaat dalam membantu membersihkan ginjal dan saluran kemih dari zat-zat sisa metabolisme.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2000 oleh Israf et al. menunjukkan bahwa ekstrak daun ini dapat meningkatkan volume urine secara signifikan pada hewan percobaan.
Kemampuan diuretik ini juga berperan dalam pencegahan pembentukan batu ginjal dan kandung kemih.
- Potensi Antidiabetes
Penelitian ilmiah telah menyoroti potensi daun keji beling dalam membantu mengelola kadar gula darah. Senyawa aktif dalam daun ini diduga dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sebuah studi oleh Ahmad et al.
pada tahun 2008 yang dimuat di Journal of Medical Sciences melaporkan adanya penurunan kadar glukosa darah pada tikus diabetes yang diberikan ekstrak daun keji beling.
Manfaat ini menjadikan keji beling sebagai objek penelitian menarik untuk pengembangan terapi komplementer bagi penderita diabetes.
- Aktivitas Antikanker dan Antitumor
Beberapa penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa ekstrak daun keji beling memiliki sifat sitotoksik terhadap beberapa jenis sel kanker.
Senyawa fitokimia seperti flavonoid dan polifenol diyakini berperan dalam menghambat proliferasi sel kanker dan menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram). Misalnya, studi oleh Al-Suede et al.
pada tahun 2014 di BMC Complementary and Alternative Medicine mengidentifikasi kemampuan ekstrak air daun keji beling untuk menghambat pertumbuhan sel kanker payudara. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut pada manusia masih diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini.
- Sifat Antioksidan Kuat
Daun keji beling kaya akan senyawa antioksidan seperti flavonoid, fenolik, dan vitamin C, yang berperan penting dalam melawan radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan memicu berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan kanker.
Dengan menetralkan radikal bebas, antioksidan membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif dan mendukung kesehatan secara keseluruhan. Kandungan antioksidan yang tinggi ini menjadikan keji beling sebagai agen pelindung sel yang menjanjikan.
- Efek Antiinflamasi
Peradangan merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, namun peradangan kronis dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Daun keji beling telah terbukti memiliki sifat antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi respons peradangan dalam tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun ini dapat menghambat produksi mediator inflamasi, sehingga meredakan nyeri dan pembengkakan. Manfaat ini sering dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi kondisi seperti rematik dan radang sendi.
- Menurunkan Tekanan Darah (Antihipertensi)
Bagi penderita hipertensi, daun keji beling menawarkan potensi sebagai agen penurun tekanan darah alami.
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa senyawa tertentu dalam daun ini dapat membantu melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah, sehingga mengurangi tekanan pada dinding arteri.
Mekanisme pasti masih dalam penelitian, namun efek relaksasi otot polos pembuluh darah diduga menjadi salah satu faktor. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan untuk hipertensi harus di bawah pengawasan medis.
- Aktivitas Antimikroba
Ekstrak daun keji beling juga menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri dan jamur. Senyawa bioaktif di dalamnya diduga memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen.
Manfaat ini dapat berkontribusi pada pencegahan dan pengobatan infeksi ringan, baik secara internal maupun eksternal. Studi-studi in vitro telah menunjukkan efektivitasnya terhadap bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
- Melarutkan Batu Ginjal
Salah satu klaim paling terkenal dari daun keji beling adalah kemampuannya untuk membantu melarutkan dan mengeluarkan batu ginjal.
Sifat diuretiknya membantu pembilasan saluran kemih, sementara beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa dalam daun ini dapat mencegah kristalisasi mineral atau bahkan membantu memecah batu yang sudah terbentuk.
Penggunaan tradisional untuk kondisi ini sangat kuat di Indonesia. Meskipun demikian, mekanisme pastinya masih memerlukan penelitian klinis yang lebih luas pada manusia.
- Mengatasi Asam Urat (Gout)
Kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan peradangan sendi yang menyakitkan, dikenal sebagai gout. Daun keji beling diyakini dapat membantu menurunkan kadar asam urat dalam darah melalui efek diuretiknya yang meningkatkan ekskresi asam urat.
Selain itu, sifat antiinflamasinya juga membantu meredakan nyeri dan pembengkakan akibat serangan gout. Penggunaan daun keji beling sebagai ramuan untuk asam urat telah menjadi praktik umum dalam pengobatan tradisional.
- Meringankan Wasir (Hemoroid)
Daun keji beling juga digunakan secara tradisional untuk membantu meredakan gejala wasir atau hemoroid. Sifat antiinflamasi dan analgesiknya dapat membantu mengurangi nyeri, pembengkakan, dan ketidaknyamanan yang terkait dengan kondisi ini.
Selain itu, efek diuretiknya mungkin secara tidak langsung mendukung fungsi pencernaan yang lebih baik, meskipun mekanisme spesifik untuk wasir masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Aplikasi topikal atau konsumsi internal dapat menjadi pilihan.
- Mengatasi Sembelit
Beberapa sumber tradisional mengklaim bahwa daun keji beling dapat membantu mengatasi sembelit. Meskipun bukan pencahar kuat, efek detoksifikasi dan kemungkinan pengaruhnya pada sistem pencernaan dapat membantu melancarkan buang air besar.
Peningkatan asupan cairan akibat efek diuretik juga dapat berkontribusi pada feses yang lebih lunak. Namun, manfaat ini lebih anekdotal dan memerlukan validasi ilmiah yang lebih mendalam.
- Menurunkan Kadar Kolesterol
Penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak daun keji beling mungkin memiliki potensi untuk membantu menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah.
Senyawa fitosterol atau serat larut dalam daun ini diduga berperan dalam menghambat penyerapan kolesterol dari usus atau meningkatkan ekskresinya. Manfaat ini dapat berkontribusi pada pencegahan penyakit kardiovaskular.
Penelitian lebih lanjut pada manusia masih sangat dibutuhkan untuk mengkonfirmasi efek ini secara definitif.
- Membantu Penyembuhan Luka
Secara tradisional, daun keji beling juga diaplikasikan secara topikal pada luka untuk mempercepat penyembuhan. Sifat antiinflamasi dan antimikrobanya dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi peradangan di area luka.
Selain itu, beberapa senyawa dalam daun ini mungkin mendukung regenerasi sel kulit. Namun, penggunaan topikal harus dilakukan dengan hati-hati dan kebersihan yang terjaga untuk menghindari infeksi sekunder.
- Meningkatkan Kesehatan Umum dan Imunitas
Berkat kandungan antioksidan, vitamin, dan mineralnya, daun keji beling dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan umum dan sistem kekebalan tubuh.
Konsumsi rutin dapat membantu tubuh melawan stres oksidatif, yang pada gilirannya memperkuat pertahanan alami tubuh terhadap berbagai penyakit. Sebagai tanaman herbal, keji beling dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat untuk menjaga vitalitas dan kesejahteraan.
Namun, ia tidak dimaksudkan sebagai pengganti obat-obatan medis.
Penggunaan daun keji beling dalam pengobatan tradisional telah mendokumentasikan banyak kasus di mana tanaman ini menjadi solusi bagi berbagai penyakit.
Di pedesaan Indonesia dan Malaysia, masyarakat sering merebus daunnya dan meminum air rebusannya sebagai ramuan untuk batu ginjal.
Banyak laporan anekdotal dari pasien yang mengklaim berhasil mengeluarkan batu setelah mengonsumsi keji beling secara teratur, seringkali disertai dengan rasa nyeri yang berkurang secara signifikan.
Fenomena ini telah memicu minat besar dari komunitas ilmiah untuk memvalidasi klaim-klaim tersebut melalui penelitian yang lebih ketat.
Dalam konteks diabetes, beberapa studi klinis skala kecil telah dilakukan untuk mengevaluasi efek hipoglikemik daun keji beling. Misalnya, sebuah penelitian di Malaysia melibatkan pasien diabetes tipe 2 yang diberikan ekstrak keji beling sebagai suplemen.
Hasil awal menunjukkan adanya tren penurunan kadar gula darah puasa, meskipun efeknya bervariasi antar individu dan memerlukan penelitian dengan sampel yang lebih besar.
Menurut Dr. Nor Azah Mohd Ali dari Universiti Malaya, "Potensi keji beling sebagai agen antidiabetes sangat menjanjikan, namun dosis optimal dan interaksi dengan obat-obatan konvensional perlu diteliti lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan efikasinya."
Kasus peradangan kronis, seperti artritis dan gout, juga sering diatasi dengan keji beling. Pasien yang mengalami nyeri sendi dan pembengkakan akibat penumpukan asam urat seringkali beralih ke ramuan ini.
Sifat antiinflamasi dan diuretiknya dianggap bekerja sinergis untuk mengurangi kadar asam urat dan meredakan gejala. Observasi ini mengindikasikan bahwa keji beling dapat berfungsi sebagai agen paliatif yang efektif, meskipun tidak menggantikan terapi medis konvensional.
Namun, ada juga diskusi mengenai standardisasi ekstrak daun keji beling. Karena sering digunakan dalam bentuk mentah atau rebusan tradisional, konsentrasi senyawa aktif dapat bervariasi. Hal ini menimbulkan tantangan dalam menjamin konsistensi efek terapeutik.
Menurut Profesor Dr. Mustafa Ali Mohd dari Universiti Kebangsaan Malaysia, "Untuk mengintegrasikan keji beling ke dalam praktik medis modern, kita harus mengembangkan metode ekstraksi dan formulasi standar yang dapat menjamin kualitas dan kuantitas senyawa aktif."
Kasus penggunaan keji beling untuk masalah kulit, seperti luka dan bisul, juga umum terjadi. Daun segar yang ditumbuk halus sering ditempelkan pada area yang terkena.
Laporan anekdotal menunjukkan bahwa aplikasi ini membantu mengurangi peradangan dan mempercepat proses penyembuhan.
Sifat antimikroba dan antiinflamasi yang ditemukan dalam penelitian laboratorium memberikan dasar ilmiah bagi praktik tradisional ini, meskipun studi klinis yang terverifikasi masih terbatas.
Diskusi lain berpusat pada potensi interaksi daun keji beling dengan obat-obatan farmasi. Mengingat efek diuretik dan hipoglikemiknya, ada kekhawatiran bahwa konsumsi bersamaan dengan diuretik atau obat antidiabetes lain dapat menyebabkan efek yang berlebihan.
Pasien yang sedang menjalani pengobatan medis dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi keji beling. Kehati-hatian ini penting untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan dan memastikan keamanan pasien.
Penelitian tentang efek antikanker keji beling telah memicu antusiasme besar di kalangan peneliti. Beberapa studi in vitro menunjukkan kemampuan ekstrak untuk menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, payudara, dan usus besar.
Meskipun hasil ini menjanjikan, penting untuk diingat bahwa penelitian in vitro tidak selalu mereplikasi kondisi in vivo pada manusia.
Menurut Dr. Syahida Hasim dari Universiti Putra Malaysia, "Sementara data laboratorium sangat positif, kita perlu bergerak ke uji coba hewan dan akhirnya uji klinis pada manusia untuk memahami sepenuhnya potensi antikanker keji beling."
Penting juga untuk membahas keberlanjutan pasokan keji beling. Popularitasnya yang meningkat telah menyebabkan peningkatan permintaan, yang berpotensi menimbulkan isu penanaman dan panen yang tidak berkelanjutan.
Upaya konservasi dan budidaya yang bertanggung jawab diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya alam ini tetap tersedia untuk generasi mendatang. Praktik budidaya yang baik dan pengumpulan yang etis harus dipromosikan untuk menjaga ekosistem.
Meskipun banyak manfaat yang dilaporkan, ada pula kasus di mana pasien tidak merasakan efek signifikan atau bahkan mengalami efek samping ringan. Hal ini menyoroti variabilitas respons individu terhadap pengobatan herbal dan pentingnya dosis yang tepat.
Variasi genetik, kondisi kesehatan pasien, dan kualitas bahan baku dapat memengaruhi hasil akhir. Oleh karena itu, pendekatan personalisasi mungkin diperlukan dalam penggunaannya.
Secara keseluruhan, diskusi kasus seputar daun keji beling mencerminkan perpaduan antara kearifan lokal dan penyelidikan ilmiah modern.
Banyak klaim tradisional yang kini mendapatkan dukungan dari penelitian laboratorium, namun validasi klinis yang ketat masih menjadi prioritas utama.
Kolaborasi antara praktisi pengobatan tradisional dan ilmuwan modern akan sangat penting untuk membuka potensi penuh dari tanaman obat ini secara aman dan efektif.
Tips dan Detail Penting
Meskipun daun keji beling menawarkan berbagai potensi manfaat kesehatan, penting untuk mengonsumsinya dengan bijak dan memperhatikan beberapa tips serta detail penting guna memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Pendekatan yang hati-hati sangat dianjurkan, terutama mengingat variasi dalam kualitas produk herbal dan respons individu.
- Konsultasi Medis Adalah Prioritas
Sebelum memulai penggunaan daun keji beling sebagai bagian dari regimen kesehatan, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan.
Hal ini penting terutama bagi individu yang sedang mengonsumsi obat-obatan resep, memiliki kondisi medis kronis, atau sedang hamil/menyusui.
Profesional medis dapat memberikan saran yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan Anda dan membantu menghindari interaksi yang tidak diinginkan.
- Perhatikan Dosis yang Tepat
Dosis yang tepat untuk daun keji beling belum sepenuhnya terstandardisasi secara ilmiah untuk semua kondisi. Penggunaan berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Jika menggunakan produk komersial, ikuti petunjuk dosis yang tertera pada kemasan.
Untuk ramuan tradisional, mulailah dengan dosis kecil dan amati respons tubuh Anda, dan jangan ragu untuk mencari panduan dari ahli herbal yang berpengalaman.
- Pilih Sumber Terpercaya
Pastikan Anda memperoleh daun keji beling dari sumber yang terpercaya dan berkualitas. Daun yang terkontaminasi pestisida atau bahan kimia lain dapat membahayakan kesehatan.
Jika membeli produk olahan, pastikan memiliki sertifikasi keamanan dan kualitas dari lembaga yang berwenang. Memilih petani atau pemasok yang menerapkan praktik budidaya organik adalah pilihan yang lebih aman.
- Waspadai Potensi Efek Samping
Meskipun umumnya dianggap aman, beberapa individu mungkin mengalami efek samping ringan seperti gangguan pencernaan atau reaksi alergi. Efek diuretiknya yang kuat juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit jika dikonsumsi berlebihan tanpa asupan cairan yang cukup.
Segera hentikan penggunaan dan cari bantuan medis jika Anda mengalami reaksi yang merugikan.
- Penyimpanan yang Benar
Daun keji beling segar atau kering harus disimpan dengan benar untuk mempertahankan khasiatnya. Simpan daun kering di tempat yang sejuk, gelap, dan kering dalam wadah kedap udara untuk mencegah pertumbuhan jamur dan mempertahankan senyawa aktifnya.
Daun segar sebaiknya segera digunakan atau disimpan di lemari es untuk jangka waktu yang singkat.
- Interaksi dengan Obat Lain
Daun keji beling dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat, terutama diuretik, obat antidiabetes, dan obat tekanan darah. Kombinasi ini dapat memperkuat efek obat-obatan tersebut, yang berpotensi menyebabkan hipoglikemia atau hipotensi berlebihan.
Selalu informasikan kepada dokter Anda tentang semua suplemen herbal yang Anda konsumsi untuk menghindari interaksi yang berbahaya.
Penelitian ilmiah tentang Strobilanthes crispus telah dilakukan dengan berbagai desain studi untuk menguji klaim tradisionalnya. Untuk efek diuretik, studi pada hewan coba, seperti yang dilakukan oleh Israf et al.
pada tahun 2000 yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology, melibatkan pemberian ekstrak air daun keji beling kepada tikus. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam volume urine dan ekskresi elektrolit, mendukung klaim diuretiknya.
Metode ini melibatkan pengumpulan urine dan analisis komposisi elektrolit untuk mengukur respons fisiologis.
Mengenai potensi antidiabetes, banyak penelitian telah menggunakan model tikus diabetes yang diinduksi. Sebuah studi oleh Ahmad et al.
pada tahun 2008 dalam Journal of Medical Sciences menginvestigasi efek hipoglikemik ekstrak metanolik daun keji beling pada tikus yang diinduksi diabetes.
Penelitian ini menggunakan metode pengukuran kadar glukosa darah secara berkala setelah pemberian ekstrak, menunjukkan penurunan yang signifikan.
Namun, studi klinis pada manusia masih terbatas, seringkali dengan ukuran sampel kecil dan durasi yang singkat, sehingga memerlukan validasi lebih lanjut.
Aktivitas antikanker telah banyak dieksplorasi melalui studi in vitro menggunakan berbagai lini sel kanker. Al-Suede et al.
pada tahun 2014, dalam BMC Complementary and Alternative Medicine, meneliti efek ekstrak air daun keji beling pada sel kanker payudara manusia.
Metode yang digunakan meliputi uji viabilitas sel (MTT assay) dan analisis apoptosis, yang menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mampu menginduksi kematian sel kanker.
Meskipun hasil ini menjanjikan, penting untuk diingat bahwa model in vitro tidak selalu mencerminkan kompleksitas sistem biologis in vivo.
Untuk efek antioksidan, berbagai metode pengujian seperti DPPH scavenging assay, FRAP assay, dan ORAC assay telah digunakan untuk mengukur kapasitas antioksidan ekstrak daun keji beling.
Penelitian yang dipublikasikan dalam International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research pada tahun 2010 oleh Marimuthu et al. menunjukkan bahwa ekstrak daun ini memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas yang kuat.
Keberadaan flavonoid dan senyawa fenolik diidentifikasi sebagai kontributor utama sifat antioksidan ini.
Namun, terdapat pula pandangan yang berlawanan atau keterbatasan dalam penelitian yang ada.
Beberapa kritikus berpendapat bahwa sebagian besar studi masih bersifat pre-klinis (in vitro atau pada hewan) dan belum banyak melibatkan uji klinis berskala besar pada manusia.
Kurangnya standardisasi ekstrak dan variabilitas kandungan senyawa aktif antara spesimen yang berbeda juga menjadi tantangan. Hal ini menyulitkan penentuan dosis yang konsisten dan efektif untuk penggunaan terapeutik.
Selain itu, ada kekhawatiran mengenai potensi toksisitas jangka panjang atau efek samping yang belum teridentifikasi pada penggunaan dosis tinggi.
Meskipun studi toksisitas akut pada hewan umumnya menunjukkan keamanan, data untuk penggunaan kronis pada manusia masih terbatas.
Diskusi ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut yang berfokus pada uji klinis yang ketat, standarisasi produk, dan profil keamanan jangka panjang untuk mengkonfirmasi manfaat dan meminimalkan risiko.
Rekomendasi
Berdasarkan analisis manfaat dan bukti ilmiah yang ada, beberapa rekomendasi dapat diberikan terkait penggunaan daun keji beling.
Pertama, penelitian lebih lanjut yang melibatkan uji klinis acak terkontrol pada manusia dengan skala yang lebih besar sangat diperlukan untuk memvalidasi klaim kesehatan yang menjanjikan secara definitif.
Studi-studi ini harus berfokus pada penentuan dosis optimal, durasi pengobatan, dan profil keamanan jangka panjang untuk berbagai kondisi medis.
Kedua, upaya standardisasi ekstrak daun keji beling perlu ditingkatkan. Pengembangan metode ekstraksi yang konsisten dan identifikasi penanda kimia untuk standarisasi produk akan memastikan kualitas dan potensi terapeutik yang seragam.
Hal ini akan memungkinkan integrasi keji beling yang lebih baik ke dalam praktik medis modern dan memfasilitasi penelitian lebih lanjut yang lebih andal.
Ketiga, bagi masyarakat umum yang tertarik menggunakan daun keji beling, sangat disarankan untuk selalu berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai konsumsi.
Ini sangat penting bagi individu yang sedang mengonsumsi obat-obatan lain atau memiliki kondisi medis yang sudah ada. Pendekatan ini akan membantu mencegah potensi interaksi obat dan memastikan penggunaan yang aman serta sesuai dengan kebutuhan individu.
Keempat, pendidikan publik mengenai penggunaan daun keji beling yang aman dan bijak harus digalakkan. Informasi yang akurat tentang dosis, potensi efek samping, dan pentingnya mencari sumber terpercaya dapat memberdayakan konsumen untuk membuat keputusan yang terinformasi.
Peningkatan kesadaran ini akan mengurangi risiko penggunaan yang tidak tepat atau berlebihan.
Secara keseluruhan, daun keji beling ( Strobilanthes crispus) adalah tanaman herbal dengan sejarah panjang penggunaan dalam pengobatan tradisional yang kini semakin didukung oleh bukti ilmiah.
Berbagai penelitian telah mengidentifikasi potensi manfaatnya sebagai diuretik, antidiabetes, antioksidan, antiinflamasi, dan bahkan antikanker, meskipun sebagian besar studi masih berada pada tahap pre-klinis. Senyawa bioaktif seperti flavonoid dan polifenol diyakini menjadi dasar dari khasiat-khasiat tersebut.
Meskipun potensi keji beling sangat menjanjikan, penting untuk mengakui adanya keterbatasan dalam bukti ilmiah yang ada, terutama kurangnya uji klinis berskala besar pada manusia dan variasi dalam standardisasi produk.
Oleh karena itu, penelitian di masa depan harus fokus pada pengujian klinis yang ketat, elucidasi mekanisme aksi yang lebih mendalam, dan pengembangan formulasi standar untuk memastikan keamanan dan efikasi.
Dengan pendekatan ilmiah yang sistematis, daun keji beling berpotensi menjadi sumber berharga dalam pengembangan terapi komplementer dan obat-obatan modern di masa mendatang.